Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Bidang Klimatologi dan Perubahan Iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin mengatakan badai tropis 92P yang terbentuk di Laut Arafura, sebelah barat Samudra Pasifik, telah menjadi siklon tropis kategori 1 pada hari ini, Sabtu, 12 April 2025. Kecepatan angin badai 92P yang awalnya 45 kilometer per jam meningkat menjadi 75 kilometer per jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Siklon tropis ini diprediksi terus bergerak menuju barat daya,” ucapnya melalui keterangan tertulis pada Sabtu, 12 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bila terus ke berat daya, siklon itu diprakirakan masuk ke sekitar perairan selatan Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara Barat pada Kamis, 17 April mendatang. “Dengan kekuatan level 2 yang kecepatan angin maksimumnya mencapai 140 kilometer per jam," kata Erma.
Menurut dia, pergerakan siklon tersebut meningkatkan potensi ekstrem, berupa hujan deras persisten dan angin kencang. Dampaknya terasa di Jawa, sebagian Sumatra (barat dan selatan, Lampung), serta sebagian Kalimantan (selatan, tengah, dan timur).
Hujan deras persisten ini datang dari pembentukan sel-sel hujan deras yang bersifat tunggal dan lokal, serta menyebar secara acak. Tahap berikutnya adalah penggabungan berbagai sel hujan menjadi klaster berbentuk bulat atau Mesoscale Convective Complex (MCC), serta pola garis memanjang atau squall line.
Kedua sistem hujan berskala meluas tersebut masih dapat berkembang dengan pembentukan MCC dan SL lainnya. Keduanya bisa menyatu dalam fase pematangan. Tahap terakhir, Erma meneruskan, merupakan proses pecahnya MCC dan SL yang sekaligus dapat menimbulkan hujan.
“Sifatnya meluas meski intensitasnya menurun karena telah menuju tahap peluruhan," tutur dia.
Empat tahap cuaca ekstrem skala meso tersebut membuat durasi hujan deras semakin panjang. Hujan bisa awet hingga 12-24 jam. Karakteristik hujan harian ini bersifat konsisten hingga akhir April 2025. "Oleh karena itu, pemerintah daerah dan masyarakat dihimbau waspada dengan kenaikan signifikan hujan,” ujar Erma.
Pilihan Editor: Jurnal Ilmiah Lingkungan UI Kini Terindeks Scopus