Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak ular muncul di kawasan perumahan warga ketika musim hujan. Musim hujan memang musim di saat ular sedang bertelur, sehingga mereka membutuhkan tempat lembab untuk menetaskan telur. Karena itu Anda perlu waspada, terutama terhadap ular berbisa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari situs Institut Teknologi Bandung (ITB), ahli reptil yang juga kurator Museum Zoologi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, Ganjar Cahyadi, ular berbisa dapat dikelompokkan menjadi dua famili, yaitu Elapidae dan Viperidae.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ular yang termasuk Elapidae contohnya adalah Naja sputatrix (kobra jawa), Bungarus candidus (ular welang), dan Calliophis intestinalis (ular cabe). Adapun famili Viperidae cirinya adalah bagian kepala berbentuk seperti segitiga. Kalau di daun warnanya hijau dan jika di tanah warnanya kecokelatan.
Dikutip dari nps.gov, berikut ciri-ciri ular berbisa:
1. Kepala lebar, pipih, berbentuk panah dengan leher sempit, sedangkan kepala ular tidak berbisa panjang dan ramping.
2. Ular berbisa memiliki mata berbentuk elips mirip dengan mata kucing, sedangkan mata ular tidak berbisa berbentuk bulat.
3. Lubang sensorik yang terletak di dekat lubang hidung untuk ular berbisa.
Bisa ular terdiri campuran kompleks enzim dan protein dengan berbagai ukuran, amina, lipid, nukleosida, dan karbohidrat. Selain itu terkandung racun seperti neurotoxins, hemotoxins, kardiotoksin, sitotoksin, dan miotoksin.
Racun ular yang masuk ke dalam aliran darah dapat menimbulkan luka. Racun itu harus segera dikeluarkan dari tubuh. Bila tidak, dapat menimbulkan pendarahan, pembengkakan, gangguan pernapasan, gangguan saraf, hingga kematian.
MELINDA KUSUMA NINGRUM
Baca juga: 3 Jenis Ular Kobra, Apa Saja Bedanya?