Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen IPB University Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL) IPB University, Allen Kurniawan menyebut krisis air bersih di Jakarta merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Allen menekankan pentingnya pendekatan yang menyeluruh, karena pengelolaan air bersih tidak terpisah dari pengolahan limbah dan pencemaran. “Ketika kualitas air bersih menurun, salah satu penyebabnya adalah pencemaran dari limbah yang masuk ke badan air,” kata Allen melalui keterangan tertulis, Kamis, 22 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada sejumlah inovasi terbaru dalam teknologi pengelolaan air. Salah satunya adalah penggunaan internet of things (IoT) untuk monitoring secara realtime, yang memungkinkan pemantauan dan pengendalian sistem air dengan lebih efisien.
Allen menyebut teknologi desalinasi air laut yang digunakan oleh Singapura sebagai contoh. “Singapura, dengan keterbatasan sumber air, telah menerapkan teknologi desalinasi dan pengolahan air hujan untuk mengurangi ketergantungan pada negara tetangga,” ucapnya.
Adapun nanoteknologi, kata Allen, meskipun belum sepenuhnya diterapkan di negara berkembang, menjadi potensi besar dalam solusi pemurnian air. Teknologi seperti ini dapat meningkatkan kualitas air secara signifikan.
Allen menyoroti perlunya kolaborasi antara berbagai pihak dalam menangani krisis air ini. “Penting bagi pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah air bersih. Setiap pihak memiliki perannya masing-masing,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya edukasi masyarakat sejak dini tentang penggunaan air yang hemat dan efisien. Saat ini, Jakarta sangat bergantung pada pasokan air dari Bendungan Jatiluhur.
Namun, kata Dr Allen, kualitas air dari sumber tersebut semakin menurun akibat pencemaran. “Kita perlu mengevaluasi dan menyesuaikan kebijakan serta menerapkan teknologi yang lebih baik untuk mengatasi masalah ini,” katanya.
Pilihan Editor: KLHK Prediksi Kategori Kualitas Udara Jabodetabek Masih Tidak Sehat Hingga September Nanti