Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Sejumlah peneliti muda yang juga merupakan mahasiswa fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pakuan Bogor menghawatirkan ancaman hilangnya habitat berang-berang di aliran Sungai Ciliwung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal itu diduga akibat berkurangnya ikan sebagai sumber makanan. Berkurangnya ikan disebabkan penurunan kualitas air dan serta maraknya aktivitas perburuan liar oleh warga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Memang kami masih melihat berang-berang, baik berkelompok ataupun individu, di Sungai Ciliwung, namun keberadaanya semakin sulit ditemukan," ungkap Wildan Syah, mahasiswa yang melakukan penelitian keanekaragaman hayati di DAS Ciliwung.
Padahal, kata dia, berang-berang merupakan hewan akuatik dan aliran sungai menjadi habitat asli mereka. Sepanjang hidupnya berang-berang hanya melahirkan 1-3 anak saja dan tak semua bisa hidup lama. "Aliran sungai yang rusak akibat makin banyak bangunan yang tidak ditata baik, menjadi pemicu musnahnya berang-berang di Ciliwung," kata dia.
Personel pemadam Kebakaran Kota Depok usai mengevakuasi seekor berang-berang yang masuk ke sumur warga di RT. 3, RW. 13, Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos, Depok, Senin, 10 Juli 2023. Foto: Damkar Depok
Segmen empat aliran sungai Ciliwung menjadi lokasi untuk penelitian keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh Wildan bersama beberapa mahasiswa. Keberadaan berang-berang mereka temukan di lima lokasi, yakni di daerah Pondok Rajeg, Kelapa Dua, GDC, Juanda dan Kerukut.
Tempat kemunculan berang-berang itu diduga merupakan sarangnya karena kondisi tanah yang basah dikelilingi pohon bambu, selain banyak sampah plastik bekas minuman, kayu, kaleng. "Kami pun melihat langsung individu berang-berang. Hewan itu ada yang muncul secara individu dan kami juga melihat beberapa berkelompok," kata dia.
Menurut Wildan, tidak jaduh dari gundukan sampah yang diduga merupakan sarangnya, mereka juga menemukan sisa kotoran atau feses yang ditinggalkan berang-berang. "Saat kami teliti feses tersebut ternyata mengandung bioplastik, dan ini kami masih kaji lebih lanjut, " kata dia.