Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang panas adalah sebuatn untuk kondisi periode cuaca panas yang tidak umum. Gelombang panas ditandai dengan tingkat suhu di luar rata-ata historis area tertentu. Biasanya, gelombang panas bisa terjadi selama dua hari atau bahkan, berminggu-minggu. Berikut adalah ulasan lebih lanjut mengenai gelombang panas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang-orang di banyak bagian di Cina sudah selama dua bulan ini mengalami cuaca panas ekstrem. Ratusan stasiun pengukur cuacanya terus melaporkan suhu udara lebih dari 40 derajat Celsius dan banyak angka yang dicatat adalah rekor baru. Bahkan stasiun-stasiun kereta bawah tanah harus menyediakan rest area di mana penumpang bisa memulihkan diri dari hawa panas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 18 Agustus lalu, suhu udara di Chongqing, Provinsi Sichuan, terukur mencapai 45 derajat Celsius, angka tertinggi yang pernah dicatat di luar wilayah gurun Xinjiang. Pada 20 Agustus, suhu udara terendah di Chongqing hanya sampai 34,9 derajat Celsius, atau suhu minimum tertinggi yang pernah dicatat pada Agustus.
Dampak Gelombang Panas
Dikutip metoffice.gov.uk, gelombang panas ialah fenomena kenaikan suhu harian, (biasanya lebih dari 35 derajat celsius) dalam jangka waktu relatif panjang dan disertai kelembapan udara yang tinggi. Melansir directenergy.com, gelombang panas bisa berlangsung saat udara bertekanan tinggi mendorong udara dengan suhu panas menuju ke permukaan bumi sehingga menimbulkan kegerahan yang dirasakan oleh manusia di permukaan.
Dalam fenomena gelombang panas, tekanan udara tersebut berlangsung secara terus-menerus hingga menciptakan kubah udara panas yang memerangkap panas di dekat tanah dan mencegah perputaran udara dengan suhu yang lebih dingin di bagian atas.
Melansir metoffice.gov.uk, gelombang panas juga memperkirakan bahwa fenomena ini terjadi karena perubahan iklim global yang sedang terjadi. Studi yang dilakukan BMKG milik Inggris ini menunjukkan bahwa gelombang panas sangat mungkin dan akan sering terjadi belakangan ini karena konsentrasi karbondioksida atau gas rumah kaca yang sangat tinggi di permukaan atmosfer. Hal ini karena gas-gas rumah kaca yang terperangkap di sekitar permukaan tanah tersebut sehingga meningkatkan suhu di permukaan bumi. Kondisi ini menimbulkan gelombang panas yang menyerang ke berbagai wilayah di dunia.
Melansir who.int, paparan panas dari gelombng panas memberika dampak yang cukup signifikan bagi manusia secara fisiologis. Panas yang ekstrem berpotensi membahayakan kemampuan tubuh untuk mengatur suhu. Selain itu, dampak lain dari gelombang panas bagi kesehatan manusia yakni melahirkan penyakit, termasuk hipertermia, kelelahan, kram, dan sengatan yang disebabkan paparan panas yang tunggi.
Meskipun demikian, masyarakat tidak perlu khawatir karena menurut BMKG, fenomena gelombang panas tidak mungkin terjadi di Indonesia. Kondisi ini karena secara geografis dan klimatologis, letak Indonesia dekat dengan garis ekuator atau khatulistiwa sehingga memiliki iklim dan cuaca yang cenderung konstan dan terprediksi.
NAOMY A. NUGRAHENI I SDA
Baca: Gelombang Panas Berbahaya Diprediksi akan Terjadi 3 Kali Lebih Sering di Masa Depan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.