Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Penyelidik Bumi Utama dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Badan Geologi Supartoyo mengatakan ada beberapa faktor yang menjadikan gempa yang terjadi di Bogor dan Sukabumi pada 8 Desember 2023 berdampak kerusakan yang relatif parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain disebabkan oleh sumber gempa bumi berada di kedalaman yang relatif dangkal, juga diperparah dengan efek amplifikasi. “Meskipun magnitudo gak besar, tapi kedalamannya dangkal, kemudian letak episentrumnya ini di sekitar permukiman penduduk, serta kualitas bangunan kurang bagus. Ada satu lagi, istilahnya efek topografi atau efek morfologi,” kata Supartoyo, saat dihubungi Tempo, Senin, 11 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Supartoyo mengatakan, efek topografi tersebut menyebabkan kekuatan guncangan gempa di sejumlah lokasi menjadi lebih kuat. “Jadi bangunan-bangunan ini terletak di pinggiran di tepi-tepi lereng sehingga mengalami penguatan atau amplifikasi yang lebih besar dibandingkan daerah lain,” kata dia.
Menurutnya, amplifikasi atau penguatan tersebut juga dipengaruhi kondisi morfologi tanah berupa tanah lunak yang cukup tebal dan jenuh air yang membuat guncangan gempa yang merambat melewatinya bisa makin diperkuat. “Gelombang gempa bumi bisa bolak-balik sehingga terjadi efek penguatan,” kata dia.
Gempa bumi pada 8 Desember 2023 tersebut dicatatkan oleh BMKG dengan magnitudon 4 dan kedalaman 5 kilometer. Sementara USGS tidak merekam gempa tersebut.
Supartoyo mengatakan, sumber gempa tersebut merupakan sesar aktif. “Sesarnya belum begitu jelas karena tertutup endapan batuan rombakan gunung api muda erupsi Gunung Salak,” kata dia.
Tim Badan Geologi yang diterjunkan mendapati kerusakan akibat gempa bumi tersebut terjadi di Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, serta empat desa di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, yang letaknya relatif berdekatan. Episentrum gempa bumi tersebut berada di sekitar Desa Purwabakti.
BMKG mencatat guncangan gempa tersebut di pusat lokasi gempa diperkirakan pada skala IV-V MMI (Modified Mercalli Intensity). Sebaran permukiman penduduk berada di kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi dan menengah.
Supartoyo menambahkan, di lokasi tersebut sempat dilanda dua kali gempa merusak dengan kedalaman dangkal pada tahun 2012 (4,8 magnitudo) dan tahun 2020 (5 magnitudo). Salah satunya tercatat terjadi tahun 2020 dengan dampak kerusakan berada di Cibunian, Kabupaten Bogor. “Jadi dengan yang terjadi pada 2023 ini sudah tiga kali di lokasi yang sama. Kerusakan juga di sekitar situ juga,” kata dia.
Badan Geologi sebelumnya sudah merekomendasikan agar rumah hunian warga dibangun dengan konstruksi bangunan tahan gempa, selain itu lereng-lereng di daerah tersebut juga diminta dikuatkan. Rekomendasi untuk bencana gempa bumi yang terjadi saat ini akan disusulkan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.