Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status aktivitas Gunung Awu di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, menjadi Level III (Siaga), Rabu, 11 Mei 2022, pukul 24.00 WIB. Badan Geologi sebelumnya menetapkan status aktivitas gunung tersebut di Level II (Waspada) sejak 31 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mengingat karakteristik erupsi Gunung Awu, potensi ancaman bahaya, hasil pemantauan kegempaan serta antisipasi untuk gejala peningkatan menuju erupsi, maka tingkat aktivitas Gunung Awu dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga),” ujar Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam keterangannya, Kamis, 12 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masyarakat diminta menghindari radius 3,5 kilometer dari puncak Gunung Awu. “Masyarakat di sekitar Gunung Awu diharap tetap tenang, tidak terpancing isu-isu mengenai aktivitas Gunung Awu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat harap mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat,” kata dia.
Gunung Awu memiliki interval erupsi antara satu hingga 101 tahun. Erupsi terakhir pada Juni 2004 berupa erupsi magmatik dengan menghasilkan kolom erupsi setinggi 3.000 meter dari puncak.
“Karakteristik erupsi Gunung Awu dapat bersifat magmatik eksplosif, efusif maupun freatik. Erupsi terakhirnya pada Juni 2004 menyisakan kubah lava di dalam kawahnya yang memiliki diameter sekitar 370 meter dan tinggi sekitar 30 meter,” kata Eko.
Eko mengatakan potensi ancaman bahaya erupsi Gunung Awu bisa berupa erupsi magmatik yang menghasilkan material pijar dan aliran piroklastik. Kemungkinan lainnya berupa erupsi freatik yang dominan uap, gas gunung api, serta material erupsi sebelumya. “Potensi pembongkaran kubah lava dapat terjadi jika tekanan dalam sistem magmatik mengalami peningkatan signifikan,” kata dia.
Potensi bahaya lainnya berupa emisi gas gunung api, seperti CO, CO2, H2S, N2, serta CH4. Gas tersebut berbahaya jika dihirup melebihi nilai ambang batas.
“Potensi bahaya sekunder jika erupsi telah terjadi berupa aliran lahar yang berasal dari material piroklastik yang jatuh di bagian lereng dan terbawa air hujan mengikuti alur-alur sungai yang berhulu dari Gunung Awu,” kata Eko.
Eko mengatakan pengamatan visual mendapati munculnya asap. “Saat cuaca cerah umumnya tidak teramati adanya hembusan gas dari arah kawah, namun pada 11 Mei 2022 pukul 15.00 WITA teramati asap kawah berwarna putih sedang setinggi 30 meter di atas puncak,” kata dia.
Badan Geologi juga memantau kenaikan aktivitas kegempaan yang terjadi pada Gunung Awu. Kenaikan frekuensi aktivitas kegempaan terpantau terjadi mulai 9 Mei 2022. “Pada 10 Mei 2022 kenaikan jumlah gempa vulkanik semakin signifikan, yaitu 90 kali gempa vulkanik dangkal dan 203 kali gempa vulkanik dalam,” kata dia.
Peningkatan aktivitas kegempaan dan kemunculan asap dari kawah Gunung Awu mengindikasikan terjadinya proses pergerakan material fluida dari dalam perut gunung api menuju ke permukaan yang lebih dangkal. “Nilai energi gempa menunjukkan peningkatan drastis pada periode 9 dan 10 Mei, berkaitan dengan kenaikan jumlah gempa-gempa vulkanik,” kata Eko.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.