Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Gunung Merapi Lontarkan 29 Kali Lava Pijar, Ketinggian Asap Kawah 50 Meter

BPPTKG menyatakan seluruh lontaran lava pijar itu mengarah ke sisi barat daya Gunung Merapi.

21 Februari 2021 | 18.04 WIB

Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu 27 Januari 2021. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan pada tanggal 27 Januari 2021 telah terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimal 1200 meter ke arah hulu Sungai Krasak. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Perbesar
Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu 27 Januari 2021. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan pada tanggal 27 Januari 2021 telah terjadi awan panas guguran di Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimal 1200 meter ke arah hulu Sungai Krasak. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi melontarkan sedikitnya 29 kali lava pijar dalam periode pengamatan 00.00-12.00 WIB pada Minggu, 21 Februari 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan seluruh lontaran lava pijar itu mengarah ke sisi barat daya gunung.

"Jarak luncur maksimum 1.000 meter ke arah barat daya," ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida Minggu.

Selama intensitas luncuran lava pijar itu, BPPTKG mencatat visual asap kawah berwarna putih dengan intensitas cukup tebal dan ketinggiannya 20-50 meter di atas puncak.

BPPTKG pun belakangan mendapat banyak pertanyaan masyarakat terkait intensitas asap Merapi yang makin tebal itu terkait potensi peningkatan aktivitas yang terjadi.

Hanik menuturkan munculnya asap Sulfatara di atas kawah Merapi yang tebal seperti yang terjadi pada Jumat lalu tak berkorelasi dengan peningkatan atau penurunan aktivitas Merapi.

Menurutnya, asap itu terbentuk karena tingginya curah hujan saat ini di atas kawasan Merapi yang saat luruh bercampur dengan panasnya permukaan kawah yang kini dibarengi pertumbuhan kubah lava. Kubah lava Merapi sendiri saat ini ada dua, di bagian barat dan tengah kawah.

"Nah uap atau asap yang terbentuk ini lebih dipengaruhi dari kawah Merapi bagian tengah, bukan barat daya yang signifikan," ujarya.

Soal peningkatan aktivitas Merapi, ujar Hanik, bukan diukur dari intensitas visual asap yang dikeluarkan, melainkan salah satunya dari intensitas guguran yang terjadi sebagai satu parameter.

"Jadi bukan dengan parameter asap, asap di atas puncak hanya fenomena yang terjadi ketika air hujan turun mengenai kondisi panas kawah yang ada di tengah," katanya.

"Status masih Siaga atau level III dan masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," ujar Hanik menambahkan.

Daerah potensi bahaya yang dimaksud merujuk pada ketetapan yang telah dibuat BPPTKG bahwa potensi bahaya Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.

Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak Gunung Merapi.

PRIBADI WICAKSONO

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus