Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) perkirakan fenomena equinox akan terjadi di Sumatera Selatan pada hari ini dan besok, 20 hingga 21 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala BMKG Sultan Mahmud Badarudin II Siswanto yang menjelaskan bahwa sebelum equinox, beberapa wilayah di Sumatera Selatan mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat antara 17-19 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami menegaskan bahwa fenomena ini tidak akan meningkatkan suhu udara secara ekstrem di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan," ujar Siswanto kepada Tempo saat dihubungi pada Senin, 17 Maret 2025.
Equinox sendiri merupakan fenomena yang terjadi ketika matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa. Pada saat terjadinya fenomena tersebut, durasi siang dan malam hampir sama di seluruh penjuru dunia. Istilah "equinox" berasal dari bahasa Latin, yang terdiri dari kata "aequus" yang berarti "sama" dan "nox" yang berarti "malam".
Saat terjadinya equinox, seluruh bagian Bumi menerima jumlah cahaya matahari yang hampir seragam. Hal ini mengakibatkan durasi siang dan malam menjadi hampir sama di seluruh dunia. Fenomena ini disebut equinox vernal pada bulan Maret dan equinox autumnal pada bulan September. Peristiwa ini merupakan momen yang signifikan karena menandakan pergantian musim.
Fenomena astrologi ini terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada tanggal 21 Maret dan 23 September, ketika matahari melintasi garis khatulistiwa, menyebabkan penyinaran matahari yang lebih merata di wilayah tropis.
Meskipun demikian, Siswanto menjelaskan bahwa equinox bukanlah penyebab langsung dari fenomena gelombang panas yang terjadi di beberapa negara Asia. Suhu maksimum di Indonesia tetap berada dalam kisaran yang normal, yaitu antara 32 hingga 36°C. Setelah periode kekeringan yang terjadi selama fenomena equinox ini, diperkirakan curah hujan akan meningkat kembali mulai 22 Maret 2025 dan berlanjut hingga akhir bulan.
"Baru setelah memasuki April 2025, curah hujan secara umum akan mulai berkurang di sebagian besar wilayah Sumatera Selatan," ucap dia.
Namun, beberapa wilayah, seperti Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir, Banyuasin, Palembang, Muara Enim, dan Ogan Komering Ulu (OKU) diperkirakan masih akan mengalami curah hujan yang cukup tinggi hingga awal Mei 2025. Hal ini menunjukkan bahwa Sumatera Selatan sedang memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau atau musim pancaroba.
Musim pancaroba biasanya ditandai dengan perubahan cuaca yang cepat dan tidak stabil. Meskipun demikian, BMKG mengimbau masyarakat agar dapat memantau informasi cuaca terbaru melalui aplikasi Info BMKG dan saluran resmi lainnya guna lebih siap menghadapi dampak perubahan cuaca.
“Pada pagi hari cuaca bisa cerah, lalu siang terasa panas terik, dan menjelang sore berpotensi hujan lebat dalam waktu singkat. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang tidak menentu,” tambah Siswanto.
Dilansir dari Antara, sejalan dengan Siswanto, pakar iklim lingkungan dari Fakultas Geografi UGM, turut menyebut equinox bukanlah fenomena yang berbahaya. Ini merupakan peristiwa iklim yang wajar dan tidak menimbulkan bahaya.
Walaupun suhu rata-rata mungkin sedikit meningkat, perubahan tersebut tidak cukup signifikan untuk dianggap berbahaya. Para pakar juga menyarankan beberapa tindakan pencegahan sederhana, seperti meningkatkan konsumsi air, untuk mengatasi kemungkinan kenaikan suhu tersebut.
Yuni Rohmawati turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Apa Itu Equinox dalam Astronomi?