Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hutan mangrove atau dikenal sebagai hutan bakau merupakan bagian wilayah pesisir di dekat pantai yang dipengaruhi oleh air payau dan ditanami oleh tumbuhan bakau. Hutan bakau banyak ditemui di daerah pesisir pantai yang digunakan sebagai indikator sehatnya ekosistem tepi pantai dan laut. Terutama di era gawatnya pemanasan global saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemanasan global saat ini menuju ke arah yang mengkhawatirkan. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah kelebihan jumlah karbon di atmosfer yang. Hal ini akhirnya membuat terjadinya ketidakseimbangan fungsi atmosfer dan mengakibatkan terjadinya perubahan iklim yang dirasakan saat ini. Bumi kian memanas dan akhirnya cuaca menjadi sulit diprediksi karena iklim juga tidak stabil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai negara maritim Indonesia memiliki potensi wilayah pesisir yang sangat kaya. Tak hanya soal hasil perikanan, tetapi juga potensi lain yang salah satunya berasal dari hutan bakau. Karena hutan bakau sendiri memiliki fungsi fundamental dalam ekosistem.
Hutan bakau dapat menjadi tempat berkembang biak aneka biota laut, sebagai penahan abrasi dan tsunami, serta tempat hidup aneka flora dan fauna. Selain itu, dikutip dari laman Kementerian Kehutanan hutan bakau juga memiliki fungsi istimewa yaitu sebagai penyerap emisi karbon yang lebih efektif dibandingkan dengan hutan hujan atau lahan gambut.
Fungsi Hutan Bakau
Masih dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di Indonesia luas total hutan bakaunya mencapai 3 juta hektar, yang setara dengan populasi 30 persen bakau di dunia. Disusul dengan Australia di posisi kedua dan Brazil di tempat ketiga. Hal ini sangat berpengaruh pada upaya mengurangi jumlah emisi karbon di dunia saat ini.
Menurut artikel berjudul “Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon” yang ditulis oleh Hery Purnobasuki dari Departemen Biologi Universitas Airlangga, menyebutkan ekosistem mangrove memiliki peran sebagai absorber atau penyerap CO2. Seperti tumbuhan pada umumnya yang menyerap karbon dioksida untuk proses fotosintesis, peran tanaman bakau lebih kompleks daripada itu. Tanaman bakau dikatakan lebih banyak mengikat karbon.
Pada pohon mangrove memiliki proses fotosintesis yang sedikit berbeda dari tumbuhan lain. Mangrove dapat mengubah karbon anorganik dalam bentuk (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi.
Tanamanan mangrove juga memiliki sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Jadi, setelah proses membuat makanan, sisa-sisanya dapat digunakan sebagai bahan vegetasi oleh mangrove. Karena itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon. Selain itu, kelebihan lain mangrove adalah banyaknya daun sehingga lebih berpotensi menyerap karbon lebih banyak dari tumbuhan lain.
Mengutip dari laman Mangrove Tag, sebuah lembaga konservasi yang mempromosikan Mangrove, menjelaskan jika penting untuk memperluas lahan hutan mangrove saat ini. Hal ini dikarenakan hutan mangrove dapat memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi emisi karbon. Keunikan tanaman mangrove juga pada biomasa yang ada di bawah tanah dan di atas permukaan tanah dapat menyimpan sejumlah besar karbon. Jadi, tak hanya pada tanamannya saja.
Habitat di pesisir pantai yang ditumbuhi oleh tanaman bakau pasti kaya akan lumpur dan endapan organik. Kondisi ini menyebabkan adanya sistem anaerobik di dalam lumpur yang memperlambat proses penguraian organik. Artinya materi organik yang tersimpan di dalam lumpur tidak terurai dengan cepat dan malahan akan tetap terkubur. Hal itu kemudian membuat mangrove sebagai penyimpan karbon alami.
Pilihan Editor: Konservasi Hutan Mangrove Muara Angke Mampu Menahan Banjir