KAPAL Andreas Smit mendapat muatan khusus, yaitu sampah nuklir.
Tujuannya: suatu titik di lautan Arlantik. Kelihatannya gampang,
tapi ternyata ruwet.
Ketika berlabuh di pelabuhan IJmuiden, 25 km sebelah barat
Amsterdam, kapal itu memuat 1.800 ton sampah nuklir dari seluruh
Negeri Belanda. Kegiatannya tidak disukai oleh organisasi
anti-nuklir Greenpeace. Organisasi ini pernah berusaha tapi
gagal mencegah keberangkatan suatu kapal dengan muatan yang sama
dari Inggris setahun lalu.
Sekali ini kelompok itu mencoba lagi mencegah keberangkatan
Andreas Smit. Puluhan kapal kecil dikerahkannya untuk menghalang
Andreas Smit keluar pelabuhan IJmuiden. Namun Andreas Smit
akhirnya bisa lolos dan tiba di pelabuhan Zeebrugge, Belgia. Di
situ bertambah lagi muatannya hingga sejumlah 5000 drum baja
--semua berisi sampah nuklir, termasuk yang datang dari Prancis
dan Swiss.
Dari Zeebrugge itu pekan lalu, Andreas Smit sudah hendak
berangkat ke tempat tujuannya untuk membuang semua muatan tadi
di Atlantik, 500 km sebelah baratdaya lepas pantai Lands End,
Inggris. Tiba-tiba sejumlah orang dapat naik ke kapal itu,
meskipun dijaga ketat oleh polisi. Mereka merusak peralatan
kemudi otomatis, radar dan radiokomunikasi terutama sekali,
dengan tujuan supaya kapal itu tidak bisa berangkat.
Air Terjun Niagara
Kenapa dicegah? Sudah biasa negara Eropa, Amerika dan Jepang
membuang sampah nuklir ke laut. Para ahli justru memberi jaminan
bahwa pembuangan ke laut itu tidak berbahaya.
Tapi sebuah penelitian terhadap sampah nuklir yang sudah lama
dikubur Amerika Serikat di Samudera Pasifik, dekat Teluk San
Fransisco, dan di Laut Atlantik, membuktikan sebaliknya.
Sejumlah drum, yang diangkat kembali dengan bantuan sebuah kapal
selam tak berawak, ternyata memancarkan radiasi kuat yang
berasal dari zat radioaktif seperti Plutonium 238, 239 dan 240
serta Cesium 13 7. Kenyataan ini cukup mengejutkan para ahli,
apalagi ternyata ikan pun sudah tercemar zat radioakti.
Sementara itu sampah nuklir makin banyak. Sebanyak 233 reaktor
nuklir diseluruh dunia kini beroperasi. Ada 323 lagi sedang
dibangun atau dipesan. Semua itu menghasilkan limbah radioaktif.
Mau dibuang ke mana? Pembuatan senjata nuklir di AS saja
menghasilkan 250 ribu m3 limbah radioaktif yang sampai sekarang
berada dalam penyimpanan sementara.
Cara pembuangannya ke dalam tambang garam bekas di Lyons,
Kansas-pernah dicanangkan. Atomic Energi Commission (Komisi
Energi Atom AS) kemudian membatalkannya, karena ada kemungkinan
bahwa air tanah dapat menyusup ke dalam tempat pembuangan itu.
Agaknya kewaDahan mencari jalan keluar, AEC -- ketika itu
diketuai James Schlesinger -- pernah secara serius
mempertimbangkan untuk melontarkan sampah berbahaya itu ke ruang
angkasa. Sebuah perusahaan, Aerospace Corporation, mengusulkan
kepada AEC agar 5 ton sampah nuklir dipadatkan ke dalam bola
tembaga berdiameter 75 cm. Bola tembaga itu kemudian
diluncurkan ke dalam suatu orbit keliling Matahari.
Untuk itu diperlukan 40 kali peluncuran. Biayanya ditaksir US$ 9
juta (Rp 5,7 milyar) untuk sekali peluncuran. Anthony Tucker,
kolumnis surat kabar Inggris, Manchester Guardian mengomentari
bahwa "rencana itu hanya dapat disetujui, bila terjamin semua
jatuhan akibat peluncuran yang gagal, menimpa kepala
Schlesinger."
Tapi 3 orang ahli ruang angkasa baru-baru ini mengusulkan lagi
cara itu. Menurut mereka, bila ditempatkan dalam suatu orbit
keliling Matahari antara orbit Bumi dan orbit Venus sampah itu
tidak akan membahayakan karena jaraknya yang terdekat nanti
melebihi 22,5 juta km.
NASA (badan ruang angkasa nasional AS) tertarik akan gagasan
ini. Akhir Mei lalu program kerjasamanya dengan Departemen
Energi AS (DOE) menyediakan dana US$ 296.000 (Rp 187 juta)
kepada Boeing Corporation untuk menjajaki kemungkinan itu.
Tentu saja gagasan itu belum meyakinkan berbagai kelompok
anti-nuklir dan pelestarian alam. Kebetulan gagasan ini muncul
di tengah persoalan pencemaran oleh sampah kimia di Love Canal,
wilayah perumahan, 13 km dari kota Niagara Falls dekat air
terjun Niagara di New York, AS.
Wilayah perumahan itu dibangun atas sebuah parit yang ditimbun.
Sebelumnya perusahaan Hooker Chemicals and Plastics Corporation
menggunakan parit yang dinamakan Love Canal, sebagai tempat
pembuangan.
Selama belasan tahun sejak 1940 perusahaan itu membuang 21.000
ton sampah kimia ke dalam parit itu. Akibat hujan lebat
terus-menerus di tahun 70-an, sampah kimia itu larut dan
merembes ke atas melalui timbunan tanah. Bau dahsyat meliputi
daerah itu. Pohon .lan tumbuhan berubah warna menjadi hitam. Dan
anak-anak menyaksikan percikan api bila mereka melesatkan batu
ke permukaan jalan. Beberapa bayi kemudian lahir cacat. Jumlah
wanita hamil yang mengalami keguguran 50% lehih banyak daripada
di daerah lain. Banyak orang mengeluh karena penyakil gatal dan
luka di kulit, gangguan pada ati dan saraf.
Di tahun 1978 pernah 237 keluarga diungsikan. Tapi sebanyak 710
keluarga nlasih menetap di situ.
Sejak itu Love Canal menjadi lambang bagi segala persoalan
pencemaran leh industri, seperti juga halnya nama Three Mile
Island bagi kecelakaan di industri nuklir. Belakangan ini Love
Canal menghebohkan lagi. Sebuah penelitian membuktikan bahwa
sejumlah penduduknya mengalami kerusakan pada unsur khromosom
dalam sel tubuh mereka. Ini diakibatkan pengaruh zat kimia
beracun yang terkubur di wilayah kedlaman mereka.
Presiden Carter telah menyatakan wilayah itu sebagai keadaan
darurat dan memerintahkan agar semua penduduknya diungsikan.
Tapi soal ganti kerugian belum dapat diselesaikan. Sedang
pemerintah menuntut perusahaan Hooker, pembuang sampah kimia
itu, di pengadilan supaya membayar kerugian.
Sementara itu pemerintah negara bagian New York menemukan bukti
bahwa Pentagon (Departemen Pertahanan AS) pernah membuang sampah
nuklir di parit Love Canal itu. Pentagon membantahnya, namun
persoalannya di pengadilan menjadi keruh. Soalnya ialah siapa
yang harus membayar kerugian penduduk. Perusahaan yang membuang
sampah kimia, atau Pentagon yang membuang sampah nuklir di
tempat itu.
Pembuangan sampah ke laut dikhawatirkan akan jadi malapetaka
pula di kemudian hari. Tapi tak akan mungliin manusia menuntut
kerugian, seperti kasus Love Canal, dari sekian banyak negara
pembuang sampah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini