Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Karena Keliru Buang Sampah

Masalah pembuangan sampah kimia/nuklir, sejumlah negara membuang sampah nuklir ke laut. pencemaran oleh sampah nuklir di love canal dekat air terjun niagara di new york, a.s.(ling)

28 Juni 1980 | 00.00 WIB

Karena Keliru Buang Sampah
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KAPAL Andreas Smit mendapat muatan khusus, yaitu sampah nuklir. Tujuannya: suatu titik di lautan Arlantik. Kelihatannya gampang, tapi ternyata ruwet. Ketika berlabuh di pelabuhan IJmuiden, 25 km sebelah barat Amsterdam, kapal itu memuat 1.800 ton sampah nuklir dari seluruh Negeri Belanda. Kegiatannya tidak disukai oleh organisasi anti-nuklir Greenpeace. Organisasi ini pernah berusaha tapi gagal mencegah keberangkatan suatu kapal dengan muatan yang sama dari Inggris setahun lalu. Sekali ini kelompok itu mencoba lagi mencegah keberangkatan Andreas Smit. Puluhan kapal kecil dikerahkannya untuk menghalang Andreas Smit keluar pelabuhan IJmuiden. Namun Andreas Smit akhirnya bisa lolos dan tiba di pelabuhan Zeebrugge, Belgia. Di situ bertambah lagi muatannya hingga sejumlah 5000 drum baja --semua berisi sampah nuklir, termasuk yang datang dari Prancis dan Swiss. Dari Zeebrugge itu pekan lalu, Andreas Smit sudah hendak berangkat ke tempat tujuannya untuk membuang semua muatan tadi di Atlantik, 500 km sebelah baratdaya lepas pantai Lands End, Inggris. Tiba-tiba sejumlah orang dapat naik ke kapal itu, meskipun dijaga ketat oleh polisi. Mereka merusak peralatan kemudi otomatis, radar dan radiokomunikasi terutama sekali, dengan tujuan supaya kapal itu tidak bisa berangkat. Air Terjun Niagara Kenapa dicegah? Sudah biasa negara Eropa, Amerika dan Jepang membuang sampah nuklir ke laut. Para ahli justru memberi jaminan bahwa pembuangan ke laut itu tidak berbahaya. Tapi sebuah penelitian terhadap sampah nuklir yang sudah lama dikubur Amerika Serikat di Samudera Pasifik, dekat Teluk San Fransisco, dan di Laut Atlantik, membuktikan sebaliknya. Sejumlah drum, yang diangkat kembali dengan bantuan sebuah kapal selam tak berawak, ternyata memancarkan radiasi kuat yang berasal dari zat radioaktif seperti Plutonium 238, 239 dan 240 serta Cesium 13 7. Kenyataan ini cukup mengejutkan para ahli, apalagi ternyata ikan pun sudah tercemar zat radioakti. Sementara itu sampah nuklir makin banyak. Sebanyak 233 reaktor nuklir diseluruh dunia kini beroperasi. Ada 323 lagi sedang dibangun atau dipesan. Semua itu menghasilkan limbah radioaktif. Mau dibuang ke mana? Pembuatan senjata nuklir di AS saja menghasilkan 250 ribu m3 limbah radioaktif yang sampai sekarang berada dalam penyimpanan sementara. Cara pembuangannya ke dalam tambang garam bekas di Lyons, Kansas-pernah dicanangkan. Atomic Energi Commission (Komisi Energi Atom AS) kemudian membatalkannya, karena ada kemungkinan bahwa air tanah dapat menyusup ke dalam tempat pembuangan itu. Agaknya kewaDahan mencari jalan keluar, AEC -- ketika itu diketuai James Schlesinger -- pernah secara serius mempertimbangkan untuk melontarkan sampah berbahaya itu ke ruang angkasa. Sebuah perusahaan, Aerospace Corporation, mengusulkan kepada AEC agar 5 ton sampah nuklir dipadatkan ke dalam bola tembaga berdiameter 75 cm. Bola tembaga itu kemudian diluncurkan ke dalam suatu orbit keliling Matahari. Untuk itu diperlukan 40 kali peluncuran. Biayanya ditaksir US$ 9 juta (Rp 5,7 milyar) untuk sekali peluncuran. Anthony Tucker, kolumnis surat kabar Inggris, Manchester Guardian mengomentari bahwa "rencana itu hanya dapat disetujui, bila terjamin semua jatuhan akibat peluncuran yang gagal, menimpa kepala Schlesinger." Tapi 3 orang ahli ruang angkasa baru-baru ini mengusulkan lagi cara itu. Menurut mereka, bila ditempatkan dalam suatu orbit keliling Matahari antara orbit Bumi dan orbit Venus sampah itu tidak akan membahayakan karena jaraknya yang terdekat nanti melebihi 22,5 juta km. NASA (badan ruang angkasa nasional AS) tertarik akan gagasan ini. Akhir Mei lalu program kerjasamanya dengan Departemen Energi AS (DOE) menyediakan dana US$ 296.000 (Rp 187 juta) kepada Boeing Corporation untuk menjajaki kemungkinan itu. Tentu saja gagasan itu belum meyakinkan berbagai kelompok anti-nuklir dan pelestarian alam. Kebetulan gagasan ini muncul di tengah persoalan pencemaran oleh sampah kimia di Love Canal, wilayah perumahan, 13 km dari kota Niagara Falls dekat air terjun Niagara di New York, AS. Wilayah perumahan itu dibangun atas sebuah parit yang ditimbun. Sebelumnya perusahaan Hooker Chemicals and Plastics Corporation menggunakan parit yang dinamakan Love Canal, sebagai tempat pembuangan. Selama belasan tahun sejak 1940 perusahaan itu membuang 21.000 ton sampah kimia ke dalam parit itu. Akibat hujan lebat terus-menerus di tahun 70-an, sampah kimia itu larut dan merembes ke atas melalui timbunan tanah. Bau dahsyat meliputi daerah itu. Pohon .lan tumbuhan berubah warna menjadi hitam. Dan anak-anak menyaksikan percikan api bila mereka melesatkan batu ke permukaan jalan. Beberapa bayi kemudian lahir cacat. Jumlah wanita hamil yang mengalami keguguran 50% lehih banyak daripada di daerah lain. Banyak orang mengeluh karena penyakil gatal dan luka di kulit, gangguan pada ati dan saraf. Di tahun 1978 pernah 237 keluarga diungsikan. Tapi sebanyak 710 keluarga nlasih menetap di situ. Sejak itu Love Canal menjadi lambang bagi segala persoalan pencemaran leh industri, seperti juga halnya nama Three Mile Island bagi kecelakaan di industri nuklir. Belakangan ini Love Canal menghebohkan lagi. Sebuah penelitian membuktikan bahwa sejumlah penduduknya mengalami kerusakan pada unsur khromosom dalam sel tubuh mereka. Ini diakibatkan pengaruh zat kimia beracun yang terkubur di wilayah kedlaman mereka. Presiden Carter telah menyatakan wilayah itu sebagai keadaan darurat dan memerintahkan agar semua penduduknya diungsikan. Tapi soal ganti kerugian belum dapat diselesaikan. Sedang pemerintah menuntut perusahaan Hooker, pembuang sampah kimia itu, di pengadilan supaya membayar kerugian. Sementara itu pemerintah negara bagian New York menemukan bukti bahwa Pentagon (Departemen Pertahanan AS) pernah membuang sampah nuklir di parit Love Canal itu. Pentagon membantahnya, namun persoalannya di pengadilan menjadi keruh. Soalnya ialah siapa yang harus membayar kerugian penduduk. Perusahaan yang membuang sampah kimia, atau Pentagon yang membuang sampah nuklir di tempat itu. Pembuangan sampah ke laut dikhawatirkan akan jadi malapetaka pula di kemudian hari. Tapi tak akan mungliin manusia menuntut kerugian, seperti kasus Love Canal, dari sekian banyak negara pembuang sampah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus