Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Satyawan Pudyatmoko, mengatakan lembaganya berupaya mengedukasi masyarakat agar tidak memusuhi orangutan. Upaya itu menyusul kasus kematian orangutan yang sedang diselidiki oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kami baru melakukan penyelidikan terkait peristiwa orang utan yang masuk ke perkebunan masyarakat," kata Satyawan saat ditemui di Kantor KLHK, Jakarta, pada Selasa, 16 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tim BKSDA Kalimantan Barat sebelumnya mendapatkan informasi ihwal orangutan yang mati di sekitar kebun masyarakat Desa Riam Berasap Jaya, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Tim BKSDA Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah I Ketapang BKSDA menemukan bangkai orangutan betina yang usianya berkisar 19-20 tahun. Di lokasi bangkai tersebut, tim juga menemukan orangutan betina remaja berusia 4-5 tahun yang bergelantungan di atas pohon.
Dalam penyelidikan bersama Balai Taman Nasional Gunung Palung dan tim medis Yayasan IAR Indonesia (YIARI), tim BKSDA menemukan adanya luka di punggung bawah bangkai orangutan tersebut. Luka itu ditemukan dalam proses nekropsi-pembedahan bangkai untuk mengetahui penyebab kematian hewan tersebut.
“Ditemukan luka pada bagian punggung bawah dengan lebar 3 Cm dan kedalaman 7 cm yang diindikasikan terkena benda tajam," kata Kepala BKSDA Kalimantan Barat, RM Wiwied Widodo, di Pontianak, dilansir dari Antara, Senin, 15 Juli 2024.
Menurut Wiwied, kauss itu sedang didalami bersama Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK) Kalimantan Wilayah III Pontianak, juga dengan Kepolisian Daerah Kalimantan Barat.
Tim juga menemukan luka pada kaki orangutan remaja. Orangutan tersebut sudah dirawat ke pusat rehabilitas. “Untuk memulihkan kondisinya terlebih dahulu, sebelum dikembalikan ke habitat alaminya," tutur Wiwied.