Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Limbah Fukushima dan Pasar Seafood Dunia

Air dari reaktor nuklir Fukushima akan dibuang ke laut. Bakal berdampak pada konstelasi ekspor-impor hasil laut dunia.

 

21 April 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tangki penyimpanan untuk air olahan di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, Jepang, 13 Februari 2021. Reuters/Kyodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima di Jepang meledak akibat gempa dan tsunami pada 2011.

  • Bekas air pendingin reaktor intinya akan dibuang ke laut pada bulan-bulan mendatang.

  • Meski otoritas menyatakan aman, pelepasan air limbah Fukushima bakal mengubah perdagangan hasil laut dunia.

Dalam hitungan bulan, lebih dari 1 juta ton air dari reaktor nuklir Fukushima, Jepang, dituangkan ke Samudra Pasifik. Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima hancur akibat gempa dan tsunami pada 2011. Ini menjadi bencana nuklir terburuk sejak ledakan Chernobyl pada 1986.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebanyak 1,3 juta ton air tersebut berfungsi sebagai pendingin tiga reaktor inti. Selama ini, air disimpan di lokasi. Namun, kini, kapasitas tangkinya tak lagi mencukupi sehingga harus dilepas ke laut. Pemerintah Jepang dan pelaksana operasi, The Tokyo Electric Power Company, menyatakan eks air pendingin itu aman. Sebab, ia telah menjalani serangkaian proses untuk menghilangkan isotop-isotop radioaktif yang berbahaya. Klaim itu didukung International Atomic Energy Agency.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun banyak pihak tidak serta-merta menerima klaim tersebut. Negara-negara di Pasifik, yang dulu menjadi lokasi uji coba nuklir, khawatir akan dampak air limbah Fukushima pada perairan mereka. Negara-negara tetangga Jepang deg-degan atas alasan yang sama. Sementara itu, nelayan Jepang, yang megap-megap selepas bencana nuklir, kesulitan menggapai konsumen yang ketakutan akan hasil laut yang terkontaminasi.

Di 360 Info—situs web ilmiah yang dikurasi pakar dari Monash University, Australia—Ming Wang, pakar ekonomi maritim di Dalian Maritime University, Cina, menyatakan pelepasan air limbah Fukushima akan membuat guncangan di pasar seafood dunia. Wang, yang merupakan mahasiswa doktoral ekonometrik, memprediksinya dengan penghitungan permodelan komputer.

Hidangan laut merupakan satu komoditas makanan terbesar dalam perdagangan internasional, jauh di atas daging sapi dan susu. Data Komisi Perdagangan PBB menyebutkan perdagangan boga bahari tumbuh 63,2 persen dari US$ 7,57 miliar pada 2009 menjadi US$ 12,36 miliar pada 2019.

Rencana pemerintah Jepang melepas air bekas pendingin reaktor nuklir Fukushima ke laut, meski diklaim aman, menimbulkan persepsi negatif di tingkat global. Penelitian di Amerika Serikat menyatakan 30 persen responden mengurangi konsumsi makanan laut selepas bencana nuklir Fukushima. Separuh dari mereka menyebutkan hasil laut dari Asia mengandung risiko kesehatan tinggi akibat musibah tersebut. Pasca-bencana pada 2011 itu, Cina, Rusia, India, dan Korea Selatan melarang konsumsi semua jenis makanan asal Fukushima dan sekitarnya.

Permodelan dampak pelepasan air limbah Fukushima terhadap pasar seafood dihitung menggunakan data ekspor-impor dari 26 negara, yang menyumbang 96 persen hasil laut dunia. Perdagangan tersebut dipisahkan dalam tiga kelompok, yang di dalamnya intensitas jual-beli antar-anggota masing-masing kelompok jauh lebih intens dibanding kelompok lain. 

Nelayan mencuci mie untuk dijual di pelabuhan perikanan Tsurisihama di Shinchimachi, sekitar 55 km dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Dai-ichi, di Prefektur Fukushima, Jepang, 2 Maret 2023. REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Kelompok pertama adalah Ekuador, Italia, Maroko, Portugal, dan Spanyol. Kelompok kedua adalah Denmark, Prancis, Islandia, Selandia Baru, Nigeria, Norwegia, Polandia, Swedia, dan Britania Raya. Sedangkan kelompok ketiga terdiri atas Cina, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Rusia, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam.

Permodelan komputer menghasilkan pergeseran volume ekspor-impor setelah Jepang melepas air limbah Fukushima pada bulan-bulan mendatang. Negara-negara di kelompok ketiga, bersama Jepang, akan terkena dampak lebih besar akibat pelepasan air limbah Fukushima, termasuk Indonesia. Cina, misalnya, bisa mendatangkan hasil laut Jepang senilai US$ 414 juta per tahun. Namun, setelah pelepasan air limbah Fukushima, nilainya menjadi US$ 308 juta. Sementara itu, Vietnam turun dari US$ 52,5 juta menjadi US$ 44,3 juta. 

Negara di luar kelompok ketiga tidak banyak terpengaruh secara langsung. Impor seafood Jepang oleh Ekuador, misalnya, cuma turun dari US$ 715 ribu menjadi US$ 648 ribu per tahun. 

Namun ada dampak berantai. Misalnya, Cina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat akan menambah impor seafood dari Denmark, Prancis, dan negara-negara kelompok kedua. Adapun ekspor Cina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat ke kelompok kedua turun. Sebab, ketiga negara itu telah mengurangi perdagangan mereka dengan Jepang.

Didominasi Ikan dan Kaviar

Berkurangnya stok hasil laut di kelompok kedua—akibat ekspor besar ke Cina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat—membuat transaksi di antara anggota kelompok itu mengecil. Denmark, Norwegia, dan Prancis, misalnya, mengalami penurunan volume jual-beli boga bahari satu sama lain.

Opini publik pasca-pelepasan air limbah Fukushima memberikan dampak berbeda terhadap ekspor-impor hasil laut, terutama bagi negara-negara mitra dagang Jepang. Semakin tinggi impor dari Jepang, semakin negatif persepsi publiknya. Permodelan komputer juga menyatakan impor seafood bakal berkurang. 

Besarannya tergantung penerimaan warga lokal akan hasil laut mereka. Pemerintah Jepang telah mengalokasikan anggaran US$ 260 juta untuk membeli hasil tangkapan nelayan lokal jika pasar domestik mereka terkena dampak pelepasan air limbah Fukushima. Permodelan komputer menyatakan, jika 40 persen ekspor hasil laut Jepang terserap pasar lokal, Jepang bisa mengurangi impornya senilai US$ 272 juta. Semua penghitungan tersebut bakal terjawab saat air limbah Fukushima memasuki perairan Samudra Pasifik pada bulan-bulan mendatang.

---

Artikel ini diolah dari tulisan Ming Wang, pakar ekonomi kelautan dari Dalian Maritime University, Cina, yang terbit di 360 Info. Diterjemahkan oleh Reza Maulana.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Reza Maulana

Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus