Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Mandi Cahaya, Meneguk Minyak

Kota samarinda akan dialiri listrik dari pltd berkekuatan 4,4 mw di karang asam. sungai asyura, anak sungai mahakam yang dipakai penduduk untuk minum, mandi dan cuci, dicemari minyak dan oli. (ling)

25 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOTA Samarinda tak lama lagi akan bermandi cahaya. Namun sekitar 3000 penduduk Karang Asam, tempat proyek PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Disel) dilokasikan, kini semakin kerap bermandi air bercampur solar bekas. Masalah lingkungan ini timbul dengan dibangunnya PLTD dengan enam generator bertenaga 4,4 megawat, hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda. Kabarnya PLTD itu "terbesar di Indonesia." Paling tidak, biaya investasinya tak tanggung-tanggung: Rp 46 milyar. Pembangkit listrik itu sudah dicoba. Jalannya sip. Tapi karena terletak di lereng bukit. di hulu Sungai Asyura, di waktu hujan air menyeret minyak dan oli yang berceceran di bukit ke dalam sungai. "Minyak itu membuat kami tak dapat mengambil air minum. Bahkan mandi dan cuci pun susah," keluh seorang penduduk Karang Asam yang bermukim di tepi sungai itu. Mulanya, pencemaran sungai kecil itu tak terlalu parah. Tapi semakin hari semakin memburuk. "Kami terpaksa menunggu air Mahakam meluap baru dapat mengambil air minum," ujar Nandrin yang juga tinggal di tepi sungai. Meluapnya air Mahakam - induk Sungai Asyura--dimanfaatkan penduduk dengan cepat-cepat menimba air. Soalnya, luapan Mahakam dapat mendorong genangan minyak kembali ke hulu. Sayangnya pasang besar hadiah Mahakam itu tak tiap hari. Paling banter "lima kali sebulan," kata Nandrin lagi. Itupun kalau musim hujan. Toh ada repotnya lagi: bah Mahakam itu merugikan para peladang. Sebab air pasang itu ikut menyiram minyak ke tanah mereka. Tanaman seperti ubi kayu dan labu, banyak yang mati muda. Genangan minyak bahkan merembes pula ke kolong rumah. Betapapun, kalau air Mahakam belum juga meluap sementara persediaan air minum sudah habis, tak jarang penduduk memanfaatkan juga air berminyak itu. Setelah permukaannya dikibas-kibas, tentunya. Ikut Masygul Pihak PLN agaknya susah juga mencari jalan keluar. Surat protes penduduk cuma ditanggapi ir Lumban Gaol, Kepala PLN Samarinda, dengan janji: "Kami usahakan tak membuang lagi sisa minyak ke sungai." Cukup lama juga penduduk menunggu buah janji itu. Sampai akhirnya keluhan mereka didengar oleh Dinas Kesehatan Kota (DKK) Samarinda. Dr Soepangat, Kepala DKK yang langsung meninjau keadaan sungai Asyura, ternyata ikut masygul. "Pencemaran ini sangat membahayakan kesehatan penduduk," katanya. Menurut dokter itu, tebal minyak yang menggenangi sungai tak kurang dari satu mili. Makanya dokter muda itu mengusulkan agar PLN menyediakan bak khusus - buat sisa solar. Sebab bila dibiarkan berlarut-larut, "penduduk gampang ditimpa penyakit pada lambung dan paru-paru." "Bak itu sebenarnya sudah disediakan. Tapi mana mungkin menampung sisa solar sebanyak itu dengan rapi?" tangkis seorang karyawan PLN. Menurut orang ini, tak kurang dari 20 liter solar yang harus dibuang tiap hari. Itu minimal. Kadang-kadang diperlukan sekitar 30 liter sehari untuk mencuci penyaring mesin raksasa itu. Makanya jangan kaget bila solar bekas sebanyak itu tumpah begitu saja ke Sungai Asyura--melewati selokan bikinan PLN. Belum termasuk tiga drum oli yang tumpah manakala dilakukan penambahan oli. Nah. Seperti dilaporkan pembantu TEMPO di sana, akhir-akhir ini beberapa anak sering sakit-sakitan. Terutama perut mulas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus