Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Usia empat sembilan, penuh kenangan

Rose pandanwangi, 49, bernyanyi di lia. membawakan lagu negro spiritual dan indonesia. terlihat jelas ia kurang latihan karena tak ada ekspresi pada beberapa lagu yang dibawakannya.(ms)

25 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMASUKI aula LIA (Lembaga Indonesia Amerika) di Jalan Teuku Umar 9, Jakarta, Rose Pandanwangi mendapat tepuk tangan hangat. Ruang itu sesungguhnya kurang ideal buat konser. Luasnya 5 x 20 meter. Kursi yang dipajang tidak terpakai seluruhnya, tak lebih dari 100 orang yang hadir pada 15 Pebruari itu. Tapi mereka ini orang pilihan, dan itulah sebabnya Rose, 49 tahun, merasa sreg main. Mengenakan baju warna pclangi, Rose mengangguk sebentar kepada hadirin. Kemudian meneruskan pada Elvira Manusama-Tobing yang duduk di depan piano. Lagu pertama Pagi Menguning karya Kusbini, mengalun lembut dan berisi. Ini membuat pengunjung diam. Terpukau oleh suara mezzo soprano Rose. keplok yang terdengar bukanlah sambutan basa-basi. Chairil Anwar Gebrakan pertama mendapat sambutan yang hangat, meskipun sayang loyo pada nomor-nomor berikutnya. Deretan lagu. Setitik Embun Mochtar Embun. Di Sela-Sela Rumput Hijau Maladi, Dahaga Iskandar dan Samangat RAJ Soedjasmin dengan syair Chairil Anwar, lewat tanpa kesan. Hanya Lagu Untuk anaku karya Syaiful Bahri yang sempat menolong dibawakan dengan penjiwaan dan ekpresi yang mantap. Melihat penampilan Rose selama 1 jam dalam usia seperti sekarang, memang bisa membuat orang cemburu pada dedikasinya yang masih menggebu-gebu untuk ukuran Indonesia, meskipun tidak pada kesenian radisionil sejak remaja, di kota kelahirannya, Ujung Pandang, ia sudah belajar musik. Ia juga pernah mengecap pendidikan musik di Nederland. Sampai 1964 ia sudah meraih 14 piala dari kejuaraan Bintang Radio RRI. Bukan itu saja: ia juga mendirikan opera sendiri, 'Hidup Mengalun Dendang'. Opera ini sekarang memang sudah tidak ada, anggotanya rontok satu persatu. Sekarang, selain menjadi solis Paduan Suara LIA, ia juga menjadi anggota Orkes Kamar Jakarta. Seorany pengamat kawakan yang juga berkecimpung dalam opera dan konser berkomentar: "Jangan bandingkan Ibu Rose dengan 20 tahun yang lewat. Sekarang ini kurang berhasil, tapi secara keseluruhan baik. Banyak juga nomor yang bagus, terutama untuk 3 lagu negro spiritual. Tapi untuk lagu Indonesianya, kurang. Tak ada ekspresi di dalamnya. Kurangnya latihan terlihat jelas." Ia menilai, wanita pada umur sebelum 50 tahun masih bisa diandalkan menyanyi tapi selebihnya payah. Sedang untuk laki-laki ia memberi batasan 70 tahun. Rose membenarkan kurangnya latihan. "Kami latihan 2 bulan. Itu pun tidak secara teratur, praktisnya baru Januari kemarin." Menghadapi latihan yang kurang mencapai target sampai-sampai Rose pernah ngambek. "Satu bulan lebih. saya tidak membuka mulut. Mendengar musik NHK yang di IV saja saya matikan. Saat itu saya berpikir: mengakhiri nyanyi saya tak puas meneruskannya juga tidak puas. Tapi untunglah kemudian datang dorongan dari suaminya Sudjojono untuk tetap nyanyi. Rose pun kembali. "Tapi nanti kalau sudah 50 tahun umur saya akan melukis. Kata bapak, saya ada bakat melukis." Penampilan di LIA bagi Rose sendiri semacam introspeksi. "Ini penting sekali. Apakah saya sudah menurun atau belum, soalya saya sudah tidak muda lagi. Kritik sangat penting. Saya pengin tahu, kapan saya ini menurun. Kalau cuma mengandalkan tepuk tangan banyaknya penonton yang asal nonton saja, saya tak puas," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus