Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Tawon Vespa affinis alias tawon ndas setidaknya telah membunuh 34 orang di Jawa dalam kurun waktu dua tahun ini.
Habitat asli tawon ndas berupa pinggiran hutan telah berubah menjadi permukiman.
Rumah membuat nyaman tawon ndas karena terlindung dari cuaca dan pemangsa, sementara tempat sampah terbuka menyediakan sumber makanan yang melimpah.
TAWON Vespa affinis tak pernah tebang pilih korbannya. Bila sarangnya terancam, obyek apa pun yang mendekat akan diserang tanpa ampun. Misalnya yang dialami Sutarma, warga Kampung Kedung Bokor, Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang tiba-tiba diserang kawanan tawon pada Rabu pagi, 11 Desember lalu. Sekujur tubuh kakek 74 tahun itu mendapat lebih dari 50 sengatan. Ia sempat dirawat di rumah sakit selama dua hari sebelum akhirnya meninggal.
Sutarma adalah korban tewas terbaru dari setidaknya 34 orang sejak 2017 akibat sengatan tawon Vespa affinis alias tawon ndas di beberapa daerah di Jawa. Kejadian itu baru terungkap pada Selasa, 17 Desember lalu, ketika Tempo menghubungi Adhi Nugroho, Kepala Regu Evakuasi dan Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bekasi. "Kami evakuasi sarangnya setelah ada laporan tawon menyengat orang sampai meninggal," kata Adhi.
Menurut Adhi, sepanjang tahun ini, pihaknya sudah mengevakuasi lebih dari 100 sarang tawon ndas dari rumah penduduk. Permintaan pemusnahan sarang meningkat dua bulan terakhir setelah ramai pemberitaan mengenai sengatan tawon ndas yang menewaskan banyak orang. "Dalam sehari bisa lima titik permintaan pemusnahan sarang," ujarnya. "Pemindahan yang terbaru adalah sarang tawon di bubung rumah tetangga Sutarma itu."
Adhi menceritakan, tawon meradang lantaran sarangnya dirusak pemilik rumah dengan maksud mengusir gerombolan serangga yang telah menyengat lima warga Kedung Bokor itu. Sarang disodok dengan galah sehingga ratusan tawon berhamburan. "Pemilik rumah berhasil kabur, tapi Sutarma, yang tengah melintas, tak mendengar saat diperingatkan," kata Adhi, yang mengingatkan masyarakat agar tidak mengevakuasi sendiri sarang tawon.
Menjadi petugas evakuasi sarang tawon bukan berarti bebas dari sengatan. Irwan Santoso, 40 tahun, anggota Pemadam Kebakaran Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengaku masih hidup karena nyowo balen setelah disengat puluhan tawon yang sarangnya hendak dievakuasi pada Desember 2017. "Rasanya seperti disundut rokok. Panas dan nyeri selama berjam-jam," ujar Irwan. "Satu sengatan di telinga saja, seluruh wajah ikut bengkak."
Pemadam Kebakaran Kabupaten Klaten memang yang paling sibuk melayani permintaan evakuasi sarang tawon ndas. Menurut Eddy Setiawan, anggota Pemadam Kebakaran Kabupaten Klaten lainnya, sejak 2017 mereka mengemban tugas ekstra sebagai “pawang” tawon ndas. "Pada musim hujan, jumlah laporan masyarakat via telepon bisa 7-8 per hari. Puncaknya pada Desember sampai Januari. Itu fase tawon ndas bertelur hingga menetas," tutur Eddy saat ditemui pada Senin, 9 Desember lalu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo