Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kalender Jawa adalah sebuah sistem penanggalan yang digunakan oleh Kesultanan Mataram dan berbagai kerajaan pecahan Mataram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kalender Jawa memiliki keistimewaan karena memadukan sistem penanggalan Islam, sistem penanggalan Hindu, dan sedikit pengaruh penanggalan Julian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, sistem kalender Jawa saat ini memakai dua siklus hari, yaitu siklus mingguan yang terdiri dari tujuh hari atau disebut saptawara dan juga siklus lima hari pasaran atau pancawara.
Selain saptawara dan pancawara, sistem kalender Jawa juga mengenal siklus enam hari atau disebut sadwara. Lalu, apa itu pancawara atau siklus lima hari pasaran dalam kalender Jawa?
Mengutip dari laman Kraton Jogja, pancawara adalah sebuah pekan yang terdiri dari lima hari dalam kalender Jawa. Pancawara terdiri atas Pahing (Jenar), Pon (Palguna), Wage (Cemengan), Kliwon (Kasih), dan Legi (Manis).
Masing-masing hari dalam pancawara memiliki bobot angka yang biasa disebut dengan neptu, seperti Pahing memiliki neptu 9, Pon memiliki neptu 7, Wage memiliki neptu 4, Kliwon memiliki nepatu 8, dan Legi memiliki neptu 5.
Di samping itu, satu hal unik yang membuat pancawara disebut hari pasaran karena pada zaman dahulu banyak pasar tradisional yang hanya buka pada hari tertentu saja.
Misalnya Pasar Legi, Pasar Pon, dan Pasar Wage. Karena itu, pancawara populer juga disebut hari pasaran atau hari bukanya pasar.
EIBEN HEIZIER
Baca juga: Menyingkap Awal Bermulanya Kalender Jawa
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.