Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Norma Anggo merupakan anggota masyarakat Suku Andio yang berada di Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Ia guru di MTsN 2 Banggai, Desa Tangeban, Kecamatan Masama.
Selain sebagai guru yang mengajar di sekolah, Norma kerap memperkenalkan eksistensi Suku Andio kepada banyak orang melalui kanal Facebook-nya. Hal ini dilakukannya karena Suku Andio yang menjadi minoritas di Kecamatan Masama, Banggai. Minoritas ini dikarenakan keberadaan Suku Andio yang hanya terletak di dua desa pada kecamatan tersebut, dan baru secara eksplisit diakui eksistensinya oleh Bupati Banggai belum lama ini.
Kecamatan Masama terdiri dari 14 desa, sementara Suku Andio berdiam di dua desa yaitu, Tangeban dan Taugi. “Kalupun dia tersebar di wilayah lain itu karna perkawinan atau pekerjaan dan penutur bahsa Andio juag cuma berada di dua desa tersebut,” ujarnya.
Seperti yang ia tulis di kanal Facebook pribadinya, Suku Andio merupakan salah satu suku minoritas yang berada di lembah Gunung Tompotika yang kini mendiami lembah Masama tepatnya di wilayah kecamatan Masama kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Keberadaan Suku Andio mulai dikenal sejak pecahnya Kerajaan Tompotika pada 1580 lalu.
Nama Andio diambil dari dari nama seorang pemuda yang memiliki sikap santun, kritis, cerdas dan Bijak. Karena pemuda tersebut terkenal pandai dan santun dalam bertutur kata, sehingga bahasa yang digunakannya dijadikan menjadi bahasa resmi Suku Andio yang disebut dengan, Bahasa Andio.
Untuk Bahasa Andio sering disebut dengan Taa’ andio yang lebih dikenal dengan Mobaala. Selain menggunakan Bahasa Andio, suku ini juga paham ketika menggunakan Bahasa suku lainnya seperti Bahasa Saluan dan Balantak.
“Istimewanya suku Andio paham dan mengerti bahsa Saluan dan Balantak tapi suku balantak dan saluan belum tentu paham dan mengerti bahasa Andio. kecuali bagi mereka yang sudah lama berdomisili di Taugi dan Tangeban,” katanya melalui pesan Whatsapp.
Menurutnya, Suku Andio yang memahami berbagai bahasa dari suku tersebut karena penuturnya yang sudah sedikit dan bagi masyarakat Suku Andio yang sudah keluar wilayah karena menikah ataupun bekerja sudah tidak menggunakan bahasa tersebut.
Faktor lain yang membuat mereka bisa memahami bahasa suku yang berada di wilayah Kecamatan Masama, karena letak geografis Suku Andio yang diapit oleh dua suku—Saluan dan Balantak. “Bagi yang pindah dan bekerja tidak akan bisa mengembangkan Bahasa Andio, karena di tempat mereka berdomisili tidak ada yang bisa Berbahasa Andio,” ujarnya.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Pengakuan Eksistensi Suku Andio di Ultah Kabupaten Banggai ke-61
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini