Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Unik, Sistem Pemilihan Pemangku Adat Suku Andio di Banggai

Eksistensi Suku Andio di Kabupaten Banggai dinyatakan Bupati belum lama ini. Begini sistem pemilihan pemangku adat Suku Andio yang khas.

19 Juli 2021 | 15.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pakaian adat suku Andio Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah - Dok. Norma Anggo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebelumnya, di Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah terdapat tiga suku yang dikenal dengan Banggai, Balantak, dan Saluan (Babasal). Setelah Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Banggai ke-61 tahun pada 10 Juli 2021, Bupati Banggai, menegaskan eksistensi Suku Andio di Banggai. Demikian pula saat ini di Kecamatan Masama memiliki empat suku yang dikenal dengan Babasalan (Banggai, Balantak, Saluan, dan Andio).

Keberadaan Suku Andio yang sudah dikenal sejak pecahnya Kerajaan Tompotika pada 1580, dipimpin pemangku adat yang juga disebut Bossano. Dalam pemilihan Bossano kepada empat Bense atau kelompok masyarakat yang dilakukan dengan cara musyawarah.

Dalam pemilihan ini dilakukan Bense Batu, Bense Buada, Masama Babo dan Masama Rarom. Keempat kelompok masyarakat tersebut memiliki hak istimewa tersendiri, baik di masyarakat maupun di pemilihan ketua pemangku adat. Selain itu, ketua pemangku Adat ada juga yang disebut dengan Balangka-langkai yaitu Tuma u Bosaano atau ayah dari Bosaano.

Menurut Norma Anggo, Guru MTsN 2 Banggai, Desa Tangeban, Kecamatan Masama yang juga salah satu masyarakat Suku Andio, pengambilan keputusan oleh keempat banse tidak hanya dilakukan untuk memilih pemangku adat saja, dalam pembuatan rumah adatpun juga melibatkan kelompok masyarakat tersebut.

Dalam menegakkan aturan-aturan adat, Suku Andio juga memiliki perangkat suku yang juga disebut dengan Tonggol atau pelaksana tugas dan Tobaranino—sekarang dikenal semacam tentara atau polisi untuk tingkat negara.

Suku Andio juga memiliki adat istiadat seperti Mongkaan Boas bu o atau Makan beras baru dan untuk perkawinan atau Mosamba terdapat berbagai macam adat seperti, Montongos Pimanganan, Mongator Pimanganan, dan Mombuat.

Montongos Pimanganan merupakan cara melamar dengan membentuk kain dalam lipatan khusus, yang disebut Boila, menggunakan pimanganan yang disebut Salapah, wadah tempat lobo atau daun sirih dan Ti’ilon atau kapur sirih. Lebih lanjut, Mongator Pimanganan merupakan mengantar pinangan atau kegiatan meminang.

Sedangkan untuk mombuat merupakan kegiatan menyambut mantu dengan kebiasaan molamboti atau menerima yang dilambangkan dengan sebuah sarung yaitu menantu baru diterimah dengan memberikan sarung dan dibawa memasuki rumah. Dalam agenda Suku Andio ini pun terdapat istilah mongkambori boas menghambur beras dan Momedaki dulang (menginjak dulang atau baki), yang berisi tiga buah batu,  rumput berengketan, tanah, dan besi.

GERIN RIO PRANATA 

Baca: Mengenal Suku Andio, Suku Minoritas di Lembah Gunung Tompotika

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus