Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Menjebol bubuk gaplek

Penduduk desa gulamantung, kebomas, gresik, ja-tim diganggu kutu gaplek. asalnya dari bubuk gaplek gelondongan yang sudah lama yang dipakai pabrik makanan ternak. ternyata pabrik belum punya izin ho. (ling)

31 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESUAI namanya, kutu ini pun mengganggu. Tidak puas hanya hinggap, ia pun menggigit tanpa pilih jenis kelamin ataupun usia. Serangga yang besar sedikit dibanding nyamuk, tubuhnya keras, bersayap dan berwarna coklat kehitaman. Ia gemar juga menyelinap dalam makanan dan bahkan air matang pun tidak ditolaknya. "Kutu itu betul bikin tegang dan sibuk," tutur Abdul Hamid, penduduk Dukuh Pelakaran yang bersama Dukuh Jagongan sejak November lalu diserang kutu itu. Kedua dukuh itu bagian dari Desa Gulamantung yang terletak di Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Ja-Tim. Asal serangga, yang oleh penduduk disebut bubuk gaplek tidak bersembunyi. Sejak 4 bulan lalu, sebuah pabrik makanan ternak, PT Gersik Jaya Semesta beroperasi hanya 500 m sebelah timur Desa Gulamantung. Bahan baku makanan ternak itu gaplek dan selama ini tampaknya gaplek yang sudah lama. "Pertama kali produksi, saya lihat gaplek gelondongan yang sudah lama disimpan di gudang," ungkap Sabari, bekas karyawan pabrik itu. Ia cukup 1 minggu kerja di pabrik itu. "Saya tak kuat dengan debu gaplek yang sudah lama itu," ujar Sabari. Gaplek gelondongan lama itu agaknya tempat berkembang biak yang digemari kutu itu. Bila gaplek itu disekop hendak dimasukkan ke dalam mesin penggiling, "kutunya beterbangan ke mana-mana," cerita Sabari. Sejak 3 bulan silam kutu gaplek itu dibantu tiupan-tiupan angin terbang juga menyerbu Desa Gulamantung, dalam jumlah besar. Pejalan kaki, apalagi pengendara sepeda motor, harus awas benar. "Kalau tidak, mata pun dimasukinya tutur Abaul Hamid. Ini pernah dialami Supiatun, tetangga Abdul Hamid. Ia terpaksa, ke Puskesmas, melepaskan kutu itu dari mata kanannya. "Mata saya merah membengkak dan baru kempis 4 hari kemudian," tutur Supiatun. Agaknya kutu itu punya daya cengkeram yang kuat. "Bila kutu itu menempel di badan, harus dijebol dengan tenaga," cerita Nayah, tetangga lain di Dukuh Pelakaran. Pernah kutu itu hinggap di leher Syaiful Ma'rif, cucu Abdul Hamid. Bayi yang baru berusia 9 bulan itu menangis tak hentinya. Hamid sempat bingung melepas kutu itu. "Hati-hati karena kulit bayi, tapi juga bertenaga karena kuat sekali nempelnya," katanya. Tapi akal tak buntu. Penduduk Gulamantung teringat akan senjata penangkis tradisonal: daun imbo dan biasanya digunakan menghalau laron dan nyamuk. Daun imbo yang mirip daun asam, juga bisa digunakan mengobati penyakit gudig. Kalau daun imbo itu dibakar, asapnya berbau seperti bawang. Kutu yang kena asap itu langsung mati tak bergerak. Untungnya daun imbo itu banyak tumbuh di sekitar Gulamantung. Hermanto Wibowo, direktur pabrik makanan ternak itu, tak menyangkal bahwa kutu itu berasal dari gaplek lama di pabriknya. Tapi ia menolak memberi keterangan lain. "Soalnya sudah ditangani yang berwenang," ucapnya kepada Slamet Oerip Pribadi dari TEMPO. Wibowo tak lupa berusaha memperbaiki citra produksinya. "Kami akan menyeleksi lebih cermat bahan gaplek yang digunakan," janjinya. Sudah satu bulan ini, Desa Gulamantung tak lagi terganggu kutu gaplek itu. Kabarnya sejak sebulan ini pabrik tak jalan lagi," ujar Abdul Hamid. Tapi ini disanggah Burhanuddin Rasyid, Humas Kabupaten Gresik. "Hanya saja volume penyemprotan anti kutu diperbesar," katanya. Konon juga pabrik itu kini mendatangkan bahan baku gaplek dalam bentuk tepung yang tak digemari kutu. Bahkan awal pekan lalu sebuah tim pejabat teras Kabupaten Gresik datang meninjau pabrik itu. Konon berdasarkan instruksi Gubernur Ja-Tim. Tak lupa tim itu mengukuhkan usaha penyemprotan yang kontinyu, tapi lebih penting lagi, mengharuskan pabrik itu memasang kawat kasa di setiap jendela gudang. Sementara kelanjutan persoalan izin HO (Hindor Ordonantie), adalah izin berdasarkan U.U. Gangguan yang belum dimiliki pabrik itu tak terdengar. Meski pabrik makanan ternak itu berlokasi di kawasan industri Kebomas, sesuai perencanaan Kabupaten Gresik, pemukiman di Desa Gulamantung lebih dulu hadir. Menurut harian Merdeka, seorang pejabat di Kabupaten Gresik membenarkan bahwa pabrik itu belum punya izin HO. "Izin baru dikeluarkan kalau kami sudah terima laporan dari camat setempat tentang persetujuan masyarakat." Ini bisa lama. Masyarakat memang keberatan pabrik itu beroperasi menurut Drs. Bianto, Camat Kebomas. "Sampai saat ini mereka tak mau menandatangani persetujuannya." Setuju atau tidak, pabrik jalan terus tanpa izin HO sekalipun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus