SESUAI namanya, kutu ini pun mengganggu. Tidak puas hanya
hinggap, ia pun menggigit tanpa pilih jenis kelamin ataupun
usia. Serangga yang besar sedikit dibanding nyamuk, tubuhnya
keras, bersayap dan berwarna coklat kehitaman. Ia gemar juga
menyelinap dalam makanan dan bahkan air matang pun tidak
ditolaknya. "Kutu itu betul bikin tegang dan sibuk," tutur Abdul
Hamid, penduduk Dukuh Pelakaran yang bersama Dukuh Jagongan
sejak November lalu diserang kutu itu. Kedua dukuh itu bagian
dari Desa Gulamantung yang terletak di Kecamatan Kebomas,
Kabupaten Gresik, Ja-Tim.
Asal serangga, yang oleh penduduk disebut bubuk gaplek tidak
bersembunyi. Sejak 4 bulan lalu, sebuah pabrik makanan ternak,
PT Gersik Jaya Semesta beroperasi hanya 500 m sebelah timur Desa
Gulamantung. Bahan baku makanan ternak itu gaplek dan selama ini
tampaknya gaplek yang sudah lama. "Pertama kali produksi, saya
lihat gaplek gelondongan yang sudah lama disimpan di gudang,"
ungkap Sabari, bekas karyawan pabrik itu. Ia cukup 1 minggu
kerja di pabrik itu. "Saya tak kuat dengan debu gaplek yang
sudah lama itu," ujar Sabari.
Gaplek gelondongan lama itu agaknya tempat berkembang biak yang
digemari kutu itu. Bila gaplek itu disekop hendak dimasukkan ke
dalam mesin penggiling, "kutunya beterbangan ke mana-mana,"
cerita Sabari. Sejak 3 bulan silam kutu gaplek itu dibantu
tiupan-tiupan angin terbang juga menyerbu Desa Gulamantung,
dalam jumlah besar. Pejalan kaki, apalagi pengendara sepeda
motor, harus awas benar. "Kalau tidak, mata pun dimasukinya
tutur Abaul Hamid.
Ini pernah dialami Supiatun, tetangga Abdul Hamid. Ia terpaksa,
ke Puskesmas, melepaskan kutu itu dari mata kanannya. "Mata saya
merah membengkak dan baru kempis 4 hari kemudian," tutur
Supiatun. Agaknya kutu itu punya daya cengkeram yang kuat. "Bila
kutu itu menempel di badan, harus dijebol dengan tenaga," cerita
Nayah, tetangga lain di Dukuh Pelakaran.
Pernah kutu itu hinggap di leher Syaiful Ma'rif, cucu Abdul
Hamid. Bayi yang baru berusia 9 bulan itu menangis tak
hentinya. Hamid sempat bingung melepas kutu itu. "Hati-hati
karena kulit bayi, tapi juga bertenaga karena kuat sekali
nempelnya," katanya.
Tapi akal tak buntu. Penduduk Gulamantung teringat akan senjata
penangkis tradisonal: daun imbo dan biasanya digunakan menghalau
laron dan nyamuk. Daun imbo yang mirip daun asam, juga bisa
digunakan mengobati penyakit gudig. Kalau daun imbo itu dibakar,
asapnya berbau seperti bawang. Kutu yang kena asap itu langsung
mati tak bergerak. Untungnya daun imbo itu banyak tumbuh di
sekitar Gulamantung.
Hermanto Wibowo, direktur pabrik makanan ternak itu, tak
menyangkal bahwa kutu itu berasal dari gaplek lama di
pabriknya. Tapi ia menolak memberi keterangan lain. "Soalnya
sudah ditangani yang berwenang," ucapnya kepada Slamet Oerip
Pribadi dari TEMPO. Wibowo tak lupa berusaha memperbaiki citra
produksinya. "Kami akan menyeleksi lebih cermat bahan gaplek
yang digunakan," janjinya.
Sudah satu bulan ini, Desa Gulamantung tak lagi terganggu kutu
gaplek itu. Kabarnya sejak sebulan ini pabrik tak jalan lagi,"
ujar Abdul Hamid. Tapi ini disanggah Burhanuddin Rasyid, Humas
Kabupaten Gresik. "Hanya saja volume penyemprotan anti kutu
diperbesar," katanya. Konon juga pabrik itu kini mendatangkan
bahan baku gaplek dalam bentuk tepung yang tak digemari kutu.
Bahkan awal pekan lalu sebuah tim pejabat teras Kabupaten Gresik
datang meninjau pabrik itu. Konon berdasarkan instruksi Gubernur
Ja-Tim. Tak lupa tim itu mengukuhkan usaha penyemprotan yang
kontinyu, tapi lebih penting lagi, mengharuskan pabrik itu
memasang kawat kasa di setiap jendela gudang. Sementara
kelanjutan persoalan izin HO (Hindor Ordonantie), adalah
izin berdasarkan U.U. Gangguan yang belum dimiliki pabrik itu
tak terdengar.
Meski pabrik makanan ternak itu berlokasi di kawasan industri
Kebomas, sesuai perencanaan Kabupaten Gresik, pemukiman di Desa
Gulamantung lebih dulu hadir. Menurut harian Merdeka, seorang
pejabat di Kabupaten Gresik membenarkan bahwa pabrik itu belum
punya izin HO. "Izin baru dikeluarkan kalau kami sudah terima
laporan dari camat setempat tentang persetujuan masyarakat." Ini
bisa lama. Masyarakat memang keberatan pabrik itu beroperasi
menurut Drs. Bianto, Camat Kebomas. "Sampai saat ini mereka tak
mau menandatangani persetujuannya." Setuju atau tidak, pabrik
jalan terus tanpa izin HO sekalipun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini