ORANG ketakutan di Amerika, dan akibatnya sampai juga ke Aceh:
Sudah tiga kali rencana ekspor gas alam cair dari Arun (Aceh),
terbentur tembok para pemhela lingkungan di California, AS.
Seperti diketahui, hampir 5 tahun berselang dua perusahaan
Amerika Southern California Gas Co. (Socal) dan Pacific Gas
Electric Co. -- teken kontrak untuk mengimpor 3,5 juta ton gas
alam cair (LNG) dari Aceh setiap tahun, selama 20 tahun. Khusus
untuk menangani impor LNG Indonesia itu, Socal dan Pacific Gas
membentuk perusahaan pengimpor, Pacific Indonesia, dan berencana
membangun terminal penampung LNG di Oxnard, kira-kira 90 km
sebelah barat daya Los Angeles.
Di Oxnard, tanker LNG dari Aceh nantinya akan membongkar cairan
super-dingin itu di dermaga yang menjorok 2 km dari pantai.
Melalui pipa, gas alam cair itu akan dialirkan menuju dua tanki
penampung di darat yang berkapasitas masing-masing 70 juta
liter. Setelah ditampung, LNG itu akan dipanaskan kembali
sehingga mengembang menjadi gas dengan volume 100 x volume
cairannya. Proses itu kebalikan dari apa yang terjadi di
tontang, dan nantinya juga di Arun -- akan dilakukan dengan
menggunakan uap air laut.
Bukan uap air yang langsung disedot dari laut, tapi bekas air
pendingin PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) milik Socal
Edison Company di dekatnya. Sekaligus menghindarkan bahaya
polusi air panas kalau bekas air pendingin PLTU itu langsung
dialirkan kembali ke laut.
Keputusan Gubernur Brown
Pokoknya, dengan sistim itu, Socal dan Pacific Gas nantinya akan
mensuplai langganannya dengan 11 juta m3 gas alam sebagian besar
methane (CH4) alias gas dapur - sehari. Malah kalau perlu dapat
dinaikkan sampai 0 juta m3 sehari, bila musim dingin merasuk
sampai ke sumsum.
Namun rencana tetap tinggal rencana sebab penduduk tak
merestuinya. Akibat kampanye gencar dari para pencinta
lingkungan - seperti cabang-cabang Sierra Club di Califorrlia
penduduk takut insiden 1944 di Cleveland (Ohio) atau insiden
1973 di Staten Island (N.Y. City) terulang kembali di daerahnya.
Tahun 1944 itu, 4 juta liter LNG tumpah dari tanki LNG di
Cleveland, terbakar, dan membunuh 133 orang di sana serta
mencederakan 300 orang lainnya. Hampir 20 tahun kemudian
sisa-sisa LNG dalam tanki yang diperkirakan kosong terbakar dan
meledak di Staten Island sehingga atap beton tanki itu runtuh
menimpa 40 pekerja yang kontan tamat riwayatnya.
Begitu panas debat pro dan kontra lokasi terminal gas alam itu,
sampai akhirnya Gubernur California sendiri, Edmund G. Brown Jr.
memutuskan September 1977 bahwa terminal LNG hanya boleh
dibangun di daerah yang tak berpenduduk.
Terpaksa Pacific Indonesia mencoret rencana semula, lalu --
mencari-cari tanah kosong yang lebih jauh dari konsentrasi
konsumennya. Perhatian mereka lantas terfokus ke Point
Conception, 200 km di utara Los Angeles. Di sana tadinya sebuah
perusahaan lain, El Paso, punya rencana membangun terminal
penampung LNG dari Alaska. Tahu-tahu Washington memutuskan
pemindahan rute aliran gas dari Alaska ke 48 negara bagian di
selatannya, sehingga El Paso angkat kakidari Point Conception.
Nah, di situlah, di pantai Teluk Cojo Pacific Indonesia mau
membangun tiga tankinya 70 juta liter--lebih dahsyat dari
rencana semula.
Juga berbeda dengan rencana di Oxnard, tanker-tanker LNG
nantinya direncanakan membongkar muatannya di dok terapung lepas
pantai. Dari dok terapung itu, cairan gas alam yang bersuhu 160øC
di bawah nol akan dialirkan ke darat melalui pipa sepanjang 1800
m.
Tapi begitu jauh dari Los Angeles pun terdengar gema para
penentang proyek itu. Khususnya para environmentalists lagi,
serta para pemilik tanah di sekitar Teluh Cojo. "Daerah ini
satu-satunya hutan pantai yang masih tersisa di negara bagian
kami," ucap Michael Katon kepada wartawan The Asian Wall
Street Jornal, 25 Januari lalu.
Para pencinta lingkungan mengusulkan, agar Pacific Indonesia
membangun seluruh instalasi penampungan LNG itu di tengah laut
saja. Yang ditolak oleh calon langganan Pertamina itu? Lantaran
rencana harus diubah dan bakal makan waktu sampai 7 tahun lagi.
Sementara itu pengacara Bixby Ranch serta gabungan peternak
Hollister Ranch Homeowners Association mengancam akan menggugat
pemerintah ke depan meja hijau bila rencana itu toh diteruskan.
Posisi Pacific Indonesia - dan secara tak langsung masa depan
ekspor LNG Arun--memang tak begitu cerah. Sebab bukan hanya
terminal LNG di Point Conception yang belum dapat lampu hijau
dari masyarakat setempat. Banyak tempat lain di pantai AS yang
diusul kan menjadi pelabuhan LNG - seperti Everett,
Massachusettes Providence Rhode Island, Cove Point, Maryland,
Savannah, Gorgia, Lake Charles, Louisiana, Port O'Connor
(Texas), serta di Los Angeles sendiri--diprotes masyarakat
setempat. Kalau protes itu didengar, ke mana Indonesia
berjualan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini