Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Mereka Takut LNG

Rencana ekspor gas alam cair (lng) dari arun, aceh ke amerika gagal karena ditentang pembela lingkungan as. masyarakat as protes mengenai lokasi terminal lng. (ling)

11 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG ketakutan di Amerika, dan akibatnya sampai juga ke Aceh: Sudah tiga kali rencana ekspor gas alam cair dari Arun (Aceh), terbentur tembok para pemhela lingkungan di California, AS. Seperti diketahui, hampir 5 tahun berselang dua perusahaan Amerika Southern California Gas Co. (Socal) dan Pacific Gas Electric Co. -- teken kontrak untuk mengimpor 3,5 juta ton gas alam cair (LNG) dari Aceh setiap tahun, selama 20 tahun. Khusus untuk menangani impor LNG Indonesia itu, Socal dan Pacific Gas membentuk perusahaan pengimpor, Pacific Indonesia, dan berencana membangun terminal penampung LNG di Oxnard, kira-kira 90 km sebelah barat daya Los Angeles. Di Oxnard, tanker LNG dari Aceh nantinya akan membongkar cairan super-dingin itu di dermaga yang menjorok 2 km dari pantai. Melalui pipa, gas alam cair itu akan dialirkan menuju dua tanki penampung di darat yang berkapasitas masing-masing 70 juta liter. Setelah ditampung, LNG itu akan dipanaskan kembali sehingga mengembang menjadi gas dengan volume 100 x volume cairannya. Proses itu kebalikan dari apa yang terjadi di tontang, dan nantinya juga di Arun -- akan dilakukan dengan menggunakan uap air laut. Bukan uap air yang langsung disedot dari laut, tapi bekas air pendingin PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) milik Socal Edison Company di dekatnya. Sekaligus menghindarkan bahaya polusi air panas kalau bekas air pendingin PLTU itu langsung dialirkan kembali ke laut. Keputusan Gubernur Brown Pokoknya, dengan sistim itu, Socal dan Pacific Gas nantinya akan mensuplai langganannya dengan 11 juta m3 gas alam sebagian besar methane (CH4) alias gas dapur - sehari. Malah kalau perlu dapat dinaikkan sampai 0 juta m3 sehari, bila musim dingin merasuk sampai ke sumsum. Namun rencana tetap tinggal rencana sebab penduduk tak merestuinya. Akibat kampanye gencar dari para pencinta lingkungan - seperti cabang-cabang Sierra Club di Califorrlia penduduk takut insiden 1944 di Cleveland (Ohio) atau insiden 1973 di Staten Island (N.Y. City) terulang kembali di daerahnya. Tahun 1944 itu, 4 juta liter LNG tumpah dari tanki LNG di Cleveland, terbakar, dan membunuh 133 orang di sana serta mencederakan 300 orang lainnya. Hampir 20 tahun kemudian sisa-sisa LNG dalam tanki yang diperkirakan kosong terbakar dan meledak di Staten Island sehingga atap beton tanki itu runtuh menimpa 40 pekerja yang kontan tamat riwayatnya. Begitu panas debat pro dan kontra lokasi terminal gas alam itu, sampai akhirnya Gubernur California sendiri, Edmund G. Brown Jr. memutuskan September 1977 bahwa terminal LNG hanya boleh dibangun di daerah yang tak berpenduduk. Terpaksa Pacific Indonesia mencoret rencana semula, lalu -- mencari-cari tanah kosong yang lebih jauh dari konsentrasi konsumennya. Perhatian mereka lantas terfokus ke Point Conception, 200 km di utara Los Angeles. Di sana tadinya sebuah perusahaan lain, El Paso, punya rencana membangun terminal penampung LNG dari Alaska. Tahu-tahu Washington memutuskan pemindahan rute aliran gas dari Alaska ke 48 negara bagian di selatannya, sehingga El Paso angkat kakidari Point Conception. Nah, di situlah, di pantai Teluk Cojo Pacific Indonesia mau membangun tiga tankinya 70 juta liter--lebih dahsyat dari rencana semula. Juga berbeda dengan rencana di Oxnard, tanker-tanker LNG nantinya direncanakan membongkar muatannya di dok terapung lepas pantai. Dari dok terapung itu, cairan gas alam yang bersuhu 160øC di bawah nol akan dialirkan ke darat melalui pipa sepanjang 1800 m. Tapi begitu jauh dari Los Angeles pun terdengar gema para penentang proyek itu. Khususnya para environmentalists lagi, serta para pemilik tanah di sekitar Teluh Cojo. "Daerah ini satu-satunya hutan pantai yang masih tersisa di negara bagian kami," ucap Michael Katon kepada wartawan The Asian Wall Street Jornal, 25 Januari lalu. Para pencinta lingkungan mengusulkan, agar Pacific Indonesia membangun seluruh instalasi penampungan LNG itu di tengah laut saja. Yang ditolak oleh calon langganan Pertamina itu? Lantaran rencana harus diubah dan bakal makan waktu sampai 7 tahun lagi. Sementara itu pengacara Bixby Ranch serta gabungan peternak Hollister Ranch Homeowners Association mengancam akan menggugat pemerintah ke depan meja hijau bila rencana itu toh diteruskan. Posisi Pacific Indonesia - dan secara tak langsung masa depan ekspor LNG Arun--memang tak begitu cerah. Sebab bukan hanya terminal LNG di Point Conception yang belum dapat lampu hijau dari masyarakat setempat. Banyak tempat lain di pantai AS yang diusul kan menjadi pelabuhan LNG - seperti Everett, Massachusettes Providence Rhode Island, Cove Point, Maryland, Savannah, Gorgia, Lake Charles, Louisiana, Port O'Connor (Texas), serta di Los Angeles sendiri--diprotes masyarakat setempat. Kalau protes itu didengar, ke mana Indonesia berjualan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus