HANYA 4 hari setelah jatuhnya satelit nuklir Soviet di padang
tundra Kanada, penggal-penggal reruntuhan Cosmos 954 itu
ditemukan. Terpencar di tiga tempat.
Yang pertama menemukannya bukanlah para ahli nuklir atau tentara
yang memang dikerahkan mencari, melainkan 6 orang ahi
margasatwa AS dan Kanada yang sedang bertugas di pos pengawas
cuaca Warden's Grove. Reruntuhan itu - mungkin antena radarnya -
mencuat dari es di pinggir Sungai Thelon. di pinggir kawah
seluas 3 x 2 meter yang terbentuk karena panasnya sisa satelit
yang berpijar melintasi atmosfir.
Lewat radio, penemuan itu cepat di laporkan ke pusat pencarian
di pangkalan AU Kanada Namao di luar kota Edmonton, Alberta.
Yang pertama diselamatkan bukanlah benda-benda mati itu,
melainkan keempat orang Kanada dan dua orang Amerika itu.
Maklumlah, karena tak bermaksud mencari uranium, keenam ahli
satwa itu tak menggunakan seragam anti radio aktif. Minggu 29
Januari itu juga mereka diterbangkan dari Warden's Grove ke
Yellowknife ibukota Wilayah Barat Daya Kanada uniuk pengamanan
kesehatan. Sementara itu penemuan mereka dibiarkan tergeletak di
tempat untuk diamati dengan geiger counter kekuatan radiasinya.
Para ahli Amerika dan Kanada yang mengamati benda itu kabarnya
menemukan derajat radiasi lebih tinggi dari pada radiasi
alamiah. Sementara itu, di dua tempat lain yang letaknya juga di
sebelah timur Danau Great Slave, ditemukan benda-benda hitam
yang menunjukkan radio-aktifitas yang agak tingi.
Untunglah
Untunglah - begitu menurut para ahli - tak satupun dari ketiga
kepingan satelit itu berisi reaktor nuklir dengan 45 Kg U235
bahan bakarnya. Maupun plutonium (Pu239) sisa pembakarannya.
Kata mereka: "Reaktor itu sudah dirancang akan terbakar begitu
memasuki atmosfir bumi." Itu sebabnya, radiasi yang ditemukan di
bumi Kanada itu tak tinggi.
Berita dari Kanada itu rada membuat orang bernafas lega. Namun
kekhawatiran para ahli antariksa serta pembela lingkungan masih
belum terobati.
Mungkin itu sebabnya, Presiden Jimmy Carter yang bersama para
penasehatnya tekun mengikuti operasi pencarian sisa Cosmos 954
di tengah ketegangan perundingan Mesir-Israel, mau menjawab
pertanyaan pers soal satelit itu. Sekali dengan dara editor
American Press Institute, Jumat 27 Januari segera sesudah
penemuan ke-6 ahli satwa itu. Kedua kalinya di depan layar TV AS
hari Senin 30 Januari, sesudah makna penemuan itu dikonfirmasi
oleh para ahli nuklirnya.
Kami memang punya perjanjian dengan Uni Soviet untuk mencegah
ledakan nuklir apapun di antariksa," ujar Jimmy Carter padit
para wartawan API. Tapi diakuinya, perjanjian itu sudah saatnya
ditinjau kembali. Kecelakaan satelit Soviet yang baru terjadi
itu menurut Carter menunjukkan, bahwa "kita tak dapat menjalin
sepenuhnya keamanan bahan bakar nuklir di antariksa."
Bisa Jatuh di Hawaii
Pada mulanya satelit nuklir hanya mengandung bahan bakar nuklir
sedikit saja. Massa radio-aktifnya tak cukup untuk menimbulkan
ledakan nuklir. Di samping itu, pada saat diluncurkan, satelit
itu relatif bersih dari radiasi, hingga sama sekali tak
berbahaya bagi manusia di sekitarnya.
Namun setelah reaktor nuklirnya bekerja cukup lama, dan timbul
semakin banyak bahan sampingan seperti plutonium, cesium dan
sebagainya, radio-aktifitasnya pun meni1lgkat. Di situlah bahaya
mulai timbul bagi manusia.
Itu sebabnya, angkatan satelit nuklir yang semakin besar dan
kuat reaktornya tak diperkenankan kembali ke bumi setelah
selesai menjalankan tugas. Mereka harus ditembakkan ke orbit
tinggi untuk berpusing-pusing di sana selama berabad-abad. Dalam
insiden Cosmos 954 itu, mekanisme untuk menembakkannya ke orbit
tinggi itu, hingga justru jatuh kembali ke bumi. Kata Carter,
"bisa saja satelit itu tak jatuh di Kanada, tapi di Hawaii. Atau
di Afrika Timur."
Bagaimana sikap Amerika dengan insiden itu? Menurut Carter yang
pernah bekerja sebagai perwira kapal selam nuklir "ada dua
langkah yang dapat kita kerjakan" Pertama, memperbaiki mekanisme
pengaman yang dapat menjanjikan penembakan satelit yang sudah
selesai tugasnya (atau yang macet) ke orbit tinggi. Ibarat
payung cadangan. mesti ada mekanisme cadangan yang otomatis
bekerja kalau mekanisme pertama - seperti dalam kasus Cosmos
954-tak jalan.
Alternatif lainnya menurut Carter adalah satelit yang dilengkapi
dengan reaktor nuklir kecil saja. Reaktor ini dijamin dapat
terbakar habis kalau terpaksa meluncur kembali ke bumi karena
gesekan udara. tanpa meninggalkan radioaktivitas yang berarti
Atau sama sekali tak menggantungkan tenaga satelit pada tenaga
nuklir. Melainkan tenaga matahari. "Kami sendiri," kata Carter,
"lebih menggantungkan satelit-satelit kami kepada suplai tenaga
dari panel sel matahari."
Tiga hari kemudian, dalam wawancara pers di tivi, sikap Carter
sudah jauh lebih tegas. "Saat ini," begitu katanya, "saya
cenderung untuk mengadakan perjanjian dengan Uni Soviet untuk
menghentikan semua satelit bermuatan bahan radio-aktif."
Itu mau Carter. Tapi bagaimana Uni Soviet? Belakangan ini, PM
Uni Soviet Leonid Brezhnev lebih sibuk memperingatkan
negara-negara Eropa Barat agar. Jangan melengkapi diri dengan
atom neutron yang made in U.S.A. Mungkin logika Soviet, apa
artinya radio-aktifitas dari satelit mata-mata Soviet
dibandingkan dengan bom-bom nuklir terbaru dari Amerika itu.
Walhasil, usul Carter itu tampaknya hanya secuwil kecil saja
dari usaha perlucutan senjata nuklir, yang juga meliputi peluru
kendali antar benua, bom neutron, kapal selam bertenaga atom.
Semuanya atom merupakan ancaman terhadap kelestarian lingkungan
dunia.
Makanya dengan tenangnya, sehari setelah Cosmos 954 ambruk ke
bumi Kanada, Uni Soviet meluncurkan dua satelit baru ke
antariksa. Yakni Cosmos 986 sebagai penerus dari "misi ilmiah
Cosmos 954" - begitu menurut kantor berita Tass - dan satelit
komunikasi seri Molnya. Satelit Cosmos '86 itupun punya orbit
polar, dengan sudut inklinasi 60ø.
1tu terjadi di tengah-tengah protes para korban bom atom di
Jepang, yang menjuluki satelit Soviet yang jatuh di atas Kanada
itu sebagai "pembunuh dari antariksa".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini