BAHAYA kecelakaan yang hebat bisa bermacam-macam dalam
penyimpanan LNG, yang bisa menyebabkan orang tak nyenyak tidur.
baru-baru ini misalnya. AFP dan koran The New York Times
menyiarkan laporan Dr David Rosebaum dkk setebal 600 halaman
yang disusun atas permintaan Kantor Akuntan Negara AS. Menurut
laporan itu, Amerika Serikat "sedang menghadapi ancaman yang
berdaya-binasa jauh lebih tinggi dari pada serangan bom
nuklir."
Ancaman itu datangnya dari 60 tanki raksasa tempat pemerintah
AS menimbun cadangan LNG-nya. Bila salah satu tanki jebol
karena kecelakaan, cairan itu akan berubah kembali jadi gas,
yang meresap ke dalam lorong kereta-api bawah-tanah atau riol
kota besar yang padat penduduknya.
Campuran gas dan udara itu dapat meledak dengan kekuatan lebih
dahsyat dari ribuan ton TNT (tri-nitrotoluena). Ia bisa
membunuh serta melemaskan ratusan ribu manusia. Dr Rosenbaum
berpendapat bahwa pemerintah AS masih "kurang hati-hati", dan
"tak cukup melindungi kesehatan serta keselamatan umum."
Hampir senada dengan Dr Rosenbaum adalah pernyataan Dr James Fay
dari MIT (Massachusetts Institute of Technology). Kata Dr Fay,
"bahaya ledakan gas alam juga bisa timbul dari kapal tanki LNG
yang masih berada di laut." Kalau salah satu tankinya bocor
karena tabrakan, karam atau sabotase dalam beberapa menit saja
uap gas alam sudah merembes ke luar sampai ludes. Dan akan
terbentuklah "awan gas alam" yang mengambang di atas laut dengan
tebal sampai 21, meter dan panjang sampai 1« km.
Bila terbawa angin, awan maut yang sewaktu-waktu siap meledak
itu dapat terhembus sampai ke darat. Begitu bersentuhan dengan
api, awan itu akan terbakar. Apinya akan terus merambat mundur
ke sumber asalnya. Begitu pulalah bahaya yang dihadapi pekerja
dan masyarakat di sekitar tanki LNG di darat.
Memang, LNG di dalam tanki yang hampa udara, menurut para ahli
"tak akan terbakar meski dimasuki korek api menyala sekalipun."
Namun ada bahaya lain yang tak perlu berwujud kebakaran. Seperti
yang dibuktikan secara ehsperimentil oleh David S. Burgess dan
rekan-rekannya dari Biro Pertambangan AS (1970), uap gas alam
cair yang bersentuhan dengan air dapat meledak dengan kekuatan
di bawah 690 kilonewton/mÿFD, terutama bila komposisi ethane dan
propanenya cukup tinggi.
Ledakan juga bisa timbul, bila dua jenis gas alam dengan
kepadatan dan suhu yang berbeda, tercampur. Tahun 1971, sebuah
tanki LNG nyaris meledak di Italia karena muata~n LN~G baru yang
lebih padat dan hangat dialirkan ke dalam tanki itu yang sudah
ada isinya.
Sekitar 18 jam setelah muatan baru dialirkan ke dalam tanki,
barometer tanki menunjukkan kenaikan tekanan yang
mengkhawatirkan. Buru-buru keran pengaman dibuka, dan dalam
waktu sejam saja 150 ribu kg gas alam terbuang ke luar. Untung
saja kenaikan tekanan dalam tanki belum sampai meledakkan wadah
itu, dan gas yang terbuang tak menyenggol api dan terbakar.
Risiko Lebih Kecil
Bahaya ledakan gas tanpa nyala itu kini dapat dikurangi dengan
fasilitas dan teknologi ultra-dingin (crygenic technologic).
serta prosedur dan peraturan keselamatan ke yang harus dipatuhi
dengan ketat sekali. Sehingga ada ahli yang menyimpulkan, risiko
mati karena kebakaran gas alam 10 kali lebih kecil ketimbang
risiko kebakaran biasa di rumah dan sama dengan risiko maii
disambar petir.
Tapi kalau kebakaran itu sampai terjadi, para ahli FPC (Federal
Power Commision) pemerintah AS sudah memperhitungkan, banwa
kebakaran karena kebocoran tanker LNG di pelabunan New York
misalnya dapat memanggang 807 ribu orang. Seandainya pun tak
terjadi kebakaran, uap yang begitu dingin dan menggencet oksigen
dapat menyebabkan orang mati tercekik dengan kulit muka dan
bibir pecah berdarah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini