Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Permintaan Katarina Sri Wulan, 70 tahun, itu terhitung ganjil dan mengundang senyum. Warga Dusun Jetis, Sidorejo Lor, Salatiga, Jawa Tengah, itu minta disediakan sepasukan nyamuk jantan yang akan ia lepaskan di rumahnya. Ia bilang, musim hujan akan datang. "Saya dikasih nyamuk, dong, supaya sehat," ucapnya.
Serombongan tamu dari Jakarta yang datang menemuinya dua pekan lalu itu spontan tertawa. Pemimpin rombongan, Ali Rahayu, yang pernah mengirim ribuan nyamuk ke desa itu, ikut tersenyum. Memesan nyamuk jantan? Untuk apa? Apa pula hubungannya dengan kesehatan warga Sidorejo Lor?
Rupanya, rombongan dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) ingin mendengar respons dari cara baru menekan populasi nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus dengue penyebab demam berdarah, yang diperkenalkan Ali pada Februari lalu. Katarina bercerita, sejak menerima "paket" nyamuk jantan itu, 11 anggota keluarga yang menghuni rumah tersebut merasakan ketenangan selama delapan bulan terakhir. "Jentik nyamuk sudah tak ada," kata Katarina.
Sidorejo Lor selama ini dikenal sebagai kelurahan langganan terjangkit demam berdarah. Dinas Kesehatan Kota Salatiga memasukkan lokasi ini ke daerah endemis. Artinya, dalam tiga tahun terakhir selalu ditemukan kasus demam berdarah.
Ali, peneliti dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Batan, menyebut teknik pembasmian populasi Aedes aegypti ini sebagai teknik serangga mandul. Caranya adalah mengirim pasukan nyamuk jantan yang telah dimandulkan untuk meraih hati nyamuk betina. Jika perburuan berakhir dengan perkawinan, telur yang dihasilkan menjadi tidak normal. Telur tak bisa berlanjut ke tahap larva.
Pemandulan dilakukan dengan menyinari nyamuk jantan dengan radiasi sinar gamma yang bersumber dari isotop kobal-60. Dosis radiasi ditentukan sebesar 70 gray, sehingga sanggup merusak kromosom sperma. Kerusakan komponen penyimpan informasi genetik inilah yang membuat nyamuk jantan menjadi mandul. "Dosis kecil, tidak mematikan atau menyakitkan nyamuk," ujarnya.
Sekali penyinaran dilakukan serentak pada ribuan nyamuk yang diperangkap di dalam wadah kaca atau plastik. Nyamuk dalam jumlah besar ini tentu sulit didapatkan jika hanya mengandalkan penangkapan. Di salah satu laboratorium seluas 6 x 4 meter di kompleks Patir Batan, Pasar Jumat, Jakarta, ia membiakkan ribuan nyamuk Aedes aegypti yang induknya ditangkap di Jakarta.
Penelitian di laboratorium menunjukkan tanda-tanda kesuksesan. Keseluruhan populasi ternyata bisa diputus setelah lima kali periode perkawinan. Rupanya, nyamuk jantan mati tak lama setelah memÂbuahi sang betina. Adapun nyamuk betina memilih tak kawin lagi hingga mati.
Namun Ali menemukan masalah baru. Bagi nyamuk betina, jantan mandul tampak tiga kali kurang mempesona. Karena itu ia berhipotesis, untuk menutupi kekurangan tersebut, jantan mandul yang dilepaskan setidaknya berjumlah tiga kali lebih banyak ketimbang jantan normal. "Studi awal menunjukkan pelepasan harus dilakukan lima tahap dengan jumlah nyamuk sembilan kali lebih banyak," katanya. Percobaan pun dilakukan di lokasi sebenarnya. Ia memilih tiga lokasi yang mewakili iklim berbeda: Salatiga mewakili daerah dingin, Banjarnegara mewakili daerah agak panas, dan Muntok di Bangka Barat mewakili daerah panas.
Di Banjarnegara, pasukan nyamuk mandul bisa menekan populasi nyamuk demam berdarah hingga 93,5 persen. Hasil hampir mirip, sebesar 95 persen, terjadi di Muntok. Di Salatiga, populasi nyamuk menurun hingga 96 persen. Rata-rata di daerah tersebut terjadi penurunan populasi nyamuk subur berturut-turut 80 persen, 53 persen, dan 85 persen.
Ali mengatakan keberhasilan pasukan nyamuk mandul ini merupakan yang pertama di dunia. Percobaan yang sama dilakukan di Italia, tapi tak ada laporan keberhasilannya. Di negeri pizza itu, pelepasan nyamuk dilakukan di luar rumah, bukan di dalam rumah seperti yang ia perkenalkan. Menurut dia, pelepasan sebaiknya dilakukan spesifik di dalam rumah.
Rahasia keberhasilan lain berasal dari wadah penyimpanan nyamuk. Ali membuat kontainer ini dari gelas plastik transparan dengan sisi yang diberi lubang ventilasi. Selembar spons kecil yang telah dicelupkan ke gula dan kuning telur ditempelkan di dalam gelas. Ini berguna sebagai sumber makanan nyamuk selama perjalanan. Karena itu, begitu dilepas di lokasi percobaan, pejantan mandul yang tetap fit selama perjalanan itu langsung menyerbu nyamuk betina.
Kepala Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit milik Kementerian Kesehatan, Bambang Heriyanto, semula ragu terhadap teknik serangga mandul. Menurut dia, nyamuk yang dilepaskan ke sebuah lokasi harus diternakkan dari induk yang ditangkap dari daerah yang sama. Sebab, penelitian di Balai Besar menunjukkan setiap daerah memiliki karakteristik unik, seperti ras pada manusia.
Keraguan Bambang terjawab oleh data Dinas Kesehatan Kota Salatiga. Kepala Dinas Kesehatan Sovie Hariyanti mengungkapkan, Kelurahan Sidorejo Lor dan Blotongan—lokasi pelepasan nyamuk mandul—tak mengalami kasus demam berdarah sepanjang 2012. Padahal tahun ini diperkirakan menjadi puncak siklus wabah demam berdarah lima tahunan, yang terakhir kali terjadi pada 2007.
Teknik serangga mandul kini berhaÂdapan dengan teknik pengasapan (fogging) untuk mematikan nyamuk. Pengasapan biasanya menggunakan insektisida, yang kerap menimbulkan alergi pada manusia. Nyamuk pun mulai beradaptasi dengan insektisida, sehingga semakin kebal racun. Dua keluhan tersebut tak terjadi pada teknik serangga mandul. Sebab, pemutusan populasi dilakukan alami dengan menciptakan persaingan pada nyamuk.
Dari segi biaya, kata Ali, teknik ini jauh lebih murah. Pemandulan nyamuk, pembuatan wadah, hingga pengiriman nyamuk hanya menelan biaya Rp 75 ribu per rukun tetangga untuk lima kali pelepasan. Sedangkan pengasapan menghabiskan duit 20 kali lebih banyak, sekitar Rp 1,5 juta untuk sekali pengasapan di satu RT.
Sekali masa pelepasan, metode ini efektif mencegah penyebaran demam berdarah selama enam bulan. "Cukup melepas dua kali setahun, biayanya akan sangat murah," kata Ali. Hal ini berbeda dengan pengasapan, yang harus dilakukan terus-menerus sepanjang musim hujan. Kementerian Kesehatan senang dengan kesuksesan penerapan teknik serangga mandul. Maka teknik ini nantinya akan dibahas oleh pakar kesehatan untuk dipastikan apakah bisa dijadikan program Kementerian. Pemerintah berharap bisa menekan angka kasus demam berdarah di seluruh wilayah Indonesia di bawah 55 kasus per 100 ribu penduduk.
"Banyak daerah membutuhkan teknik alternatif ini," kata Winarno, Kepala Subdirektorat Pengendalian Vektor Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan.
Namun ia masih mempertanyakan kesanggupan peneliti memproduksi nyamuk jantan mandul dalam jumlah besar. Soalnya, kasus demam berdarah bisa terjadi serempak di banyak wilayah Indonesia yang jaraknya jauh dari Jakarta.
Ali tak khawatir. Ia telah menyiapkan peralatan pendukung beternak nyamuk di laboratorium. Proses penyinaran juga bisa dilakukan dengan cepat. "Proses iradiasi bisa di-scale up dengan mudah." Kendala yang ia rasakan saat ini adalah bagaimana memproduksi wadah penyimpan nyamuk dalam jumlah besar. Tentu hal ini bisa diatasi dengan produksi massal, yang dilakukan jika ada permintaan dalam jumlah besar.
Anton William
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo