Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Padi Pidie puso ?

Serangan wereng di kab. pidie, aceh, akibat salah pola tanam. dinas pertanian kurang sigap menyediakan varitas unggul. kemungkinan wereng biotipe iii yang menyerang, perlu diubah jenis vutw-nya.(ling)

13 Maret 1982 | 00.00 WIB

Padi Pidie puso ?
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KETIKA padi di sawah mulai menguning, petani biasanya merasa -senang. Sebentar lagi masa panen tiba. Iapi kini perubahan warna padi, yang baru berusia dua bulan, tak menggembirakan petani di Kabupaten Pidie, Dl Aceh. Sejak awal bulan lalu, hama wereng menyerang sebagian areal sawah di kabupaten itu. Di Desa Sakti, Kecamatan Muara Dua, Mohamad Daoud baru saja selesai menyemprot sawahnya. Ia cukup cemas. Sambil meluruskan kakinya di pematang sawahnya, Daoud berkata, "Mudah-mudahan (serangan wereng kali ini) tidak seperti empat tahun lalu." Waktu itu serangan wereng membuat sawahnya menjadi puso, walaupun Daoud menanam VUTW jenis IR 32. Kali ini ia menanam lagi VUTW jenis IR 36 yang terkenal ampuh menghadapi wereng. "Kalaupun puso lagi, saya sedih sekali," ucapnya cemas. Keadaan memang cukup mengkhawatirkan. Dari 36.000 ha lebih sawah di Pidie yang ditanam dengan VUTW II jenis IR 32, 36 dan 38, menurut hasil sebuah tim peneliti, sekitar 4.000 ha sudah terserang. Arealnya semakin hari terus meluas. Bupati Pidie, Nurdin Abdurahman masih yakin serangan itu akan bisa diatasi. "Baru tahap dini," ujarnya. Tapi banyak pihak sudah meminta penyemprotan dari udara, suatu tanda serangan wereng kali ini cukup hebat. Ir. Zamzami Syam, Sekretaris Dinas Pertanian Provinsi, membenarkan bahwa serangan wereng itu sudah meluas. Menurut hasil penelitian resmi, populasinya masih rendah, 20-30 ekor wereng per rumpun padi. "Di beberapa lokasi memang populasinya di atas seratus," ujar seorang anggota tim penelitian itu kepada TEMPO. Namun penyebarannya belum merata. "Bertumpuk-tumpuk," ujar seorang pejabat lain dari Dinas Pertanian Provinsi. "Kalau merata bisa hancur semua." Wereng punggung putih (Mila varpatadogan) dikenal bisa menyerang seluruh jenis VUTW. "Kalau populasinya tinggi, jenis ini membahayakan sekali," ujar Ir. Zamzami kepada TEMPO. Wereng punggung putih itu hidup bersama wereng punggung cokelat yang juga terkenal ganas menghabiskan butir padi. "Belum ada kepastian setelah disemprot insektisida, semuanya bakal berhasil," ujar M. Daoud, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pidie. Di Binjei, Sum-Ut, Hans Westenberg, ahli pertanian swasta yang memperkenalkan berbagai jenis padi unggul di tahun 50-an (TEMPO, 21 Maret 1979 menanggapi kejadian di Aceh itu. Tingkat "populasi 20-30 ekor werreng dalam satu rumpun sudah berbahaya,' ujar pemenang Hadiah Ramon Magsasay 1972 itu. "Hal itu tak bisa dianggap enteng," tambah Westenberg, yang kini berusia 84 tahun. Westenberg menduga wereng akan kembali "jaya" seperti sebelum ada VUTW apabila tidak dipikirkan serius. Meskipun sudah ada obat-obatan, wereng tak akan bisa diberantas tuntas, bahkan di negara maju pun wereng masih tetap menjadi problem. "Dalam 100 ekor wereng, pasti ada 1-5 ekor yang kebal," ujar Westenberg. Yang kebal ini berkembang biak dalam kurun waktu tertentu. Cara mengatasinya, menurut Westenberg, ialah dengan menciptakan terus varitas unggul yang terbaru. Di Aceh, kata Westenberg, "Dinas Pertanian tak menyediakan varitas baru yang lebih unggul terhadap serangan wereng." Menurut dia, IR 32, 36 dan 38 sebenarnya sudah tak unggul lagi terhadap wereng. Kini pemerintah sudah menciptakan varitas baru, yaitu IR 48 dan 50, tapi rupanya belum sampai di Aceh. Sudah Layu Ir. Zamlmi tidak menutup kemungkinan bahwa yang menyerang padi di Aceh ialah wereng dari biotipe III. "Kalau jenis ini yang menyerang, perlu suatu pemikiran untuk mengubah jenis VUTW-nya," ujamya. Tapi ia lebih cenderung menyalahkan pola tanam di kabupaten itu. "Kita mengakui pola demikian tidak memutuskan siklus dari habitat wereng," ujarnya lagi. Oleh Pemda diusahakan agar petani mau bertanam palawija setelah padi dituai. Bupati Nurdin, misalnya, tahun lalu sangat menganjurkan agar petani Pidie menanam kacang kuning sebagai tanaman penyangga, bertujuan menghambat perkembangan wereng. Tapi, menurut seorang petani, hasilnya kurang baik karena besarnya curah hujan. Berbicara mengenai kemungkinan puso di Pidie, para pejabat di Banda Aceh kurang senang. "Kurang enak berita sedih ini muncul," ujar seorang pejabat. Tapi kaum tani yang menghadapi kenyataan sudah cukup lesu. "Kalau semprotan saya tak berhasil, tak tahulah," ujar Ibrahim Mahmud, petani di Desa Ulim, Pidie. Ibrahim menggarap sawah 3 ha tapi padinya berumur 2 bulan itu tampak berwarna kehitam-hitaman. Juga Hasan di Meureudu merasa khawatir. Padi di sawahnya sudah mulai kuning, sebagian sudah layu. "Saya melihat kuningnya seperti serangan wereng dulu," ujar Hasan yang pernah mengalami puso. Tapi petani lain, juga di Desa hleureudu, masih optimistis. Setelah padi di 2 hektar sawahnya yang terserang wereng, disemprot terus menerus, warna kuning tampak mulai menghijau lagi. "Kata bapak penyuluh, populasi werengnya tak seberapa," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus