KETIKA padi di sawah mulai menguning, petani biasanya merasa
-senang. Sebentar lagi masa panen tiba. Iapi kini perubahan
warna padi, yang baru berusia dua bulan, tak menggembirakan
petani di Kabupaten Pidie, Dl Aceh. Sejak awal bulan lalu, hama
wereng menyerang sebagian areal sawah di kabupaten itu.
Di Desa Sakti, Kecamatan Muara Dua, Mohamad Daoud baru saja
selesai menyemprot sawahnya. Ia cukup cemas. Sambil meluruskan
kakinya di pematang sawahnya, Daoud berkata, "Mudah-mudahan
(serangan wereng kali ini) tidak seperti empat tahun lalu."
Waktu itu serangan wereng membuat sawahnya menjadi puso,
walaupun Daoud menanam VUTW jenis IR 32. Kali ini ia menanam
lagi VUTW jenis IR 36 yang terkenal ampuh menghadapi wereng.
"Kalaupun puso lagi, saya sedih sekali," ucapnya cemas.
Keadaan memang cukup mengkhawatirkan. Dari 36.000 ha lebih sawah
di Pidie yang ditanam dengan VUTW II jenis IR 32, 36 dan 38,
menurut hasil sebuah tim peneliti, sekitar 4.000 ha sudah
terserang. Arealnya semakin hari terus meluas. Bupati Pidie,
Nurdin Abdurahman masih yakin serangan itu akan bisa diatasi.
"Baru tahap dini," ujarnya. Tapi banyak pihak sudah meminta
penyemprotan dari udara, suatu tanda serangan wereng kali ini
cukup hebat.
Ir. Zamzami Syam, Sekretaris Dinas Pertanian Provinsi,
membenarkan bahwa serangan wereng itu sudah meluas. Menurut
hasil penelitian resmi, populasinya masih rendah, 20-30 ekor
wereng per rumpun padi. "Di beberapa lokasi memang populasinya
di atas seratus," ujar seorang anggota tim penelitian itu kepada
TEMPO. Namun penyebarannya belum merata. "Bertumpuk-tumpuk,"
ujar seorang pejabat lain dari Dinas Pertanian Provinsi. "Kalau
merata bisa hancur semua."
Wereng punggung putih (Mila varpatadogan) dikenal bisa menyerang
seluruh jenis VUTW. "Kalau populasinya tinggi, jenis ini
membahayakan sekali," ujar Ir. Zamzami kepada TEMPO.
Wereng punggung putih itu hidup bersama wereng punggung cokelat
yang juga terkenal ganas menghabiskan butir padi. "Belum ada
kepastian setelah disemprot insektisida, semuanya bakal
berhasil," ujar M. Daoud, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Pidie.
Di Binjei, Sum-Ut, Hans Westenberg, ahli pertanian swasta yang
memperkenalkan berbagai jenis padi unggul di tahun 50-an
(TEMPO, 21 Maret 1979 menanggapi kejadian di Aceh itu. Tingkat
"populasi 20-30 ekor werreng dalam satu rumpun sudah berbahaya,'
ujar pemenang Hadiah Ramon Magsasay 1972 itu. "Hal itu tak bisa
dianggap enteng," tambah Westenberg, yang kini berusia 84
tahun.
Westenberg menduga wereng akan kembali "jaya" seperti sebelum
ada VUTW apabila tidak dipikirkan serius. Meskipun sudah ada
obat-obatan, wereng tak akan bisa diberantas tuntas, bahkan di
negara maju pun wereng masih tetap menjadi problem. "Dalam 100
ekor wereng, pasti ada 1-5 ekor yang kebal," ujar Westenberg.
Yang kebal ini berkembang biak dalam kurun waktu tertentu. Cara
mengatasinya, menurut Westenberg, ialah dengan menciptakan terus
varitas unggul yang terbaru.
Di Aceh, kata Westenberg, "Dinas Pertanian tak menyediakan
varitas baru yang lebih unggul terhadap serangan wereng."
Menurut dia, IR 32, 36 dan 38 sebenarnya sudah tak unggul lagi
terhadap wereng. Kini pemerintah sudah menciptakan varitas baru,
yaitu IR 48 dan 50, tapi rupanya belum sampai di Aceh.
Sudah Layu
Ir. Zamlmi tidak menutup kemungkinan bahwa yang menyerang padi
di Aceh ialah wereng dari biotipe III. "Kalau jenis ini yang
menyerang, perlu suatu pemikiran untuk mengubah jenis VUTW-nya,"
ujamya. Tapi ia lebih cenderung menyalahkan pola tanam di
kabupaten itu. "Kita mengakui pola demikian tidak memutuskan
siklus dari habitat wereng," ujarnya lagi. Oleh Pemda diusahakan
agar petani mau bertanam palawija setelah padi dituai. Bupati
Nurdin, misalnya, tahun lalu sangat menganjurkan agar petani
Pidie menanam kacang kuning sebagai tanaman penyangga, bertujuan
menghambat perkembangan wereng. Tapi, menurut seorang petani,
hasilnya kurang baik karena besarnya curah hujan.
Berbicara mengenai kemungkinan puso di Pidie, para pejabat di
Banda Aceh kurang senang. "Kurang enak berita sedih ini muncul,"
ujar seorang pejabat.
Tapi kaum tani yang menghadapi kenyataan sudah cukup lesu.
"Kalau semprotan saya tak berhasil, tak tahulah," ujar Ibrahim
Mahmud, petani di Desa Ulim, Pidie. Ibrahim menggarap sawah 3 ha
tapi padinya berumur 2 bulan itu tampak berwarna
kehitam-hitaman. Juga Hasan di Meureudu merasa khawatir. Padi di
sawahnya sudah mulai kuning, sebagian sudah layu. "Saya melihat
kuningnya seperti serangan wereng dulu," ujar Hasan yang pernah
mengalami puso.
Tapi petani lain, juga di Desa hleureudu, masih optimistis.
Setelah padi di 2 hektar sawahnya yang terserang wereng,
disemprot terus menerus, warna kuning tampak mulai menghijau
lagi. "Kata bapak penyuluh, populasi werengnya tak seberapa,"
ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini