KURSI-KURSI Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali terisi. Senin
ini ke-25 anggota DKJ periode 1982-84, yang dikukuhkan 25
Februari lalu oleh Gubernur DKI Tjokropranolo, membuka sidang
pleno pertama untuk memilih ketua, DPH (dewan pekerja harian)
dan lain-lain.
Lembaga kesenian yang dibentuk 1968 dan mendapat subsidi Pemda
DKI ini memang sejak lama terkatung-katung. Ketika masa kerja
DKJ periode 1977-79 habis ternyata calon-calon baru yang
diajukan Akademi Jakarta (AJ) - lembaga yang tugas utamanya
memang memilih anggota DKJ --tak disetujui Gubernur DKI.
Terpaksa masa kerja DKJ yang seharusnya sudah diganti itu
diperpanjang.
Tapi kabar dari gubernur pun tak kunjung muncul. Waktu itu
memang terJadi "korsluiting" antara gubernur dan AJ. Dua calon
anggota DKJ yang diajukan gubernur (Widyapranata, dan Tino
Sidin) dinilai AJ belum memenuhi syarat.
Sementara itu DKJ yang diperpanjang itu pun kena kritik para
seniman sendiri. Antara lain dituduh tak ada penyegaran ide-ide,
karena mereka terlalu lama duduk di DKJ.
Anggota DPH-DKJ yang diperpanjang itu sendiri rupanya tak lagi
betah dengan keadaan yang terkatung-katung. Dengan membuat
sedikit kejutan mereka (sastrawan Ajip Rosidi, musikus Iravati
Sudiarso, dramawan Wahju Sihombing, penari Sal Murgijanto, orang
film Asrul Sani dan sastrawan Nursjamsu) mengundurkan diri
serentak, awal lehruari 1981. Hingga untuk sementara terpaksa
AJ sendiri mengambilalih pengelolaan DKJ. Dua anggota AJ,
sastrawan dan wartawan Mochtar Lubis dan pelukis Rusli, turun
menangani DKJ -agar tidak macet.
Sementara itu AJ terus mengadakan pendekatan dengan gubernur.
Dua calon gubernur ternyata dengan sukarela mengundurkan diri
dari pencalonan. Tapi muncul soal baru gubernur rupanya tak
berkenan dengan ketentuan, bahwa anggota AJ diangkat seumur
hidup. Kepada TEMPO setahun yang lalu, Gubernur mengatakan,
apabila dua calon anggota AJ dari gubernur diterima dan lantas
mereka menentukan bahwa keanggotaan AJ tidak seumur hidup, masa
kemelut itu tentu akan beraihir.
Benar. Pengukuhan anggota DKJ bulan lalu itu adalah hasil
pemilihan AJ dalam bentuk baru. Dua calon AJ dari Gubernur
ternyata diterima: bekas Menteri Agama Mukti Ali dan bekas
Menteri Penerangan Budiardjo. Kebetulan, dan calon itu
sebetulnya mengaku calon dari AJ sendiri. Mereka menggantikan
Moh. Said yang meninggal 1979, dan Sudjatmoko yang menjadi
Rektor Universitas PIB di Tokyo.
Terkejut
Kini AJ telah "meninggalkan prinsip keanggotaan seumur hidup.
Semua anggotanya menyetujui," kata Tjokropranolo kepada TEMPO
pekan lalu. Keanggotaan AJ kini ditentukan hanya selama 3 tahun.
Setelah itu harus dibentuk AJ yang baru.
Sutan Takdir Alisjanbana, Ketua AJ, agak terkejut mendengar masa
keanggotaan AJ yang baru itu. Menurut Takdir, keanggotaan
seumur hidup itu penting, agar ada kestabilan dan otonomi.
"Jangan sampai tiap ganti gubernur berubah pula AJ," ujarnya.
Toh, ia tak menolak seandainya memang mau ada perubahan. "Tapi
jangan dilepaskan dari dunia kesenian," katanya lagi. "Kami
diangkat oleh kalangan kesenian, untuk itu orang-orang kesenian
perlu pula diajak bicara. Kami ini orang bebas, bukan pegawai
DKI." Tapi Tacdir pun mengakui, beberapa waktu yang lalu soal
masa keanggotaan AJ pernah dibicarakan DPRD-DKI . Meski tak ada
keputusan apa-apa.
Bagaimanapun DKJ baru telah dikukuhkan. Untuk ini, Gubernur
Tjokroranolo melontarkan harapan-harapannya. "Saya minta agar
DKJ tidak melihat yang namanya seni itu. hanya yang ada di TIM,"
katanya tegas." TIM itu 'kan cuma kantor DKJ. Saya nlnilai
selama ini DKJ itu pandangannya tertutup, itu-itu saja. Padahal
DKJ itu sebenarnya harus luas berpandangan, mencakup seluruh
Jakarta." Dan tambahnya: "Seharusnya DKJ yang memberi saran
kepada gubernur, bagaimana mengembangkan kesenian di sini."
Di Jakarta memang terdapat beberapa ajang kesenian. Kecuali lima
Gelanggang Remaja di lima daerah Jakarta, masih ada pula Pusat
Kesenian DKI di Jl. Rasuna Said. Begitu pula Pasar Seni Taman
Impian Jaya Ancol. Kerjasama tempat-tempat itu dengan DKJ selama
ini sesungguhnya telah ada Penyelenggaraan Festival Teater
Remaja yang untuk tahun ini baru selai bulan lalu itu
misalnya, tahap semifinalnya mengambil tempat di
gelanggang-gelanggang Remaja itu. Dan Pasar Seni Ancol? Kerja
sama formal antar lembaga memang belum terdengar. Tapi sudah
serig Putu Wijaya sebelum atau sesudah mementaskan drama di TIM
tun pentas di Ancol.
DKJ periode kini memang baru akan melangkah. Toh, beberapa nama
baru seperti menjanjikan udara segara. Ada sastrawan Subagio
Sastrowardojo, ada penyair Toeti Heraty Noerhadi dan bintang
film Christine Hakim --ada pula Abdurrahman Wahid, orang
pesantren yang horison pemikirannya tak hanya terbatas pada soal
agama.
Bagi Abdurrahman Wahid misalnya, sudah dibayangkannya, bahwa
"DKJ itu mestinya lebih reflektif, dan menatap masa depan." Juga
menurut dia, DKJ sebaiknya menjadi semacam workshop, menjadi
tempat transit. Memang, kesenian yang bagaimanapun dan di mana
pun, pelabuhan terakhirnya masyarakat luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini