Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tiga pakar sawit IPB University dari Pusat Studi Sawit (Pusdisawit) memberikan rekomendasi terkait tiga isu yang sedang dihadapi Indonesia pada perdagangan tujuh bahan pokok hasil pertanian di Uni Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketiganya menghadiri undangan focus group discussion (FGD) dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian untuk membahas peluncuran platform European Union’s Deforestation Regulation (EUDR) dan dampaknya terhadap produk perkebunan, khususnya kelapa sawit, pada 27 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FGD ini dihadiri oleh berbagai pihak secara hybrid, di antaranya Kedutaan Besar Brussel dan Madrid, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Isu pertama terkait dampak peluncuran platform European Union Forest Observatory (EUFO) disampaikan oleh Suwardi. Dosen Fakultas Pertanian IPB University ini menyampaikan perbedaan definisi hutan dan deforestasi menurut peta EUFO dan KLHK.
"Sehingga menimbulkan konsekuensi sulitnya ekspor tujuh komoditas, yaitu minyak sawit, kayu, karet, kakao, kopi, kedelai dan ternak ke pasar Uni Eropa," kata Suwardi dalam siaran pers, Kamis, 28 Maret 2024.
Isu kedua terkait dampak revisi regulasi Food Information to Consumers (FIC) terhadap citra minyak sawit, disampaikan oleh Budi Mulyato, Kepala Pusdisawit IPB University. “Edukasi konsumen terutama di level internasional akan kandungan yang ada dalam produk-produk sawit sangat penting untuk menghindari miskonsepsi yang dapat mempengaruhi perdagangan minyak sawit dunia,” kata Budi.
Ia menambahkan, sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan (Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) juga dapat digunakan sebagai acuan untuk menunjukkan kualitas produk sawit.
Dosen Fakultas Peternakan IPB University, Epi Taufik, mengulas isu ketiga mengenai dampak kebijakan EUDR terhadap penggunaan by product kelapa sawit pada pakan ternak di Spanyol.
Dalam sesi ini, ia membahas bagaimana regulasi EUDR juga mempengaruhi penggunaan suplemen pakan ternak yang terbuat dari sawit. “Sawit memiliki kandungan asam palmitat yang ternyata sangat berguna untuk meningkatkan produksi susu sapi perah,” ungkap Ahli Susu IPB University ini.
Pada kesempatan ini, Pusdisawit juga menyerahkan naskah rekomendasi yang disusun oleh dua pakar IPB University lainnya, yakni Supijatno dan Siti Nikmatin. Hasil FGD ini akan ditindaklanjuti oleh Kementan dan seluruh pihak terkait sebagai bentuk respons Indonesia dan perannya sebagai penghasil sawit terbesar dunia.
Pilihan Editor: Masuk dalam Daftar, ITB Bantah Terlibat Ferienjob ke Jerman 2023