Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Bibit siklon tropis 92S yang sedang bergerak di selatan Pulau Jawa dperkirakan akan mendongrak curah hujan di wilayah sepanjang pantai utara atau pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur berupa lonjakan curah hujan. Peneliti klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, mengatakan kondisi cuaca di Jakarta dan sekitarnya, serta Jawa Barat, justru sebaliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Peluang wilayah Jawa Barat mengalami cuaca panas akan lebih sering dibandingkan hujan,” ujarnya kepada Tempo pada Ahad 23 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Erma, hujan di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat dipengaruhi oleh propagasi atau penyebaran hujan dari Lampung menuju Jakarta. Namun, penguatan angin baratan menggeser potensi hujan tersebut dari wilayah barat Pulau Jawa ke arah timur.
Angin baratan menguat secara persisten dengan embusan yang lebih kencang dari biasanya di wilayah pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Angin kencang juga mengancam wilayah tenggara seperti Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara,” ucap Erma.
Efek Bibit Siklon Tropis 92S, baik yang berupa hujan lebat dan angin kencang, diprediksi berlangsung lama karena sifatnya cenderung stasioner atau tidak segera berubah menjadi siklon. Bibit siklon yang terpantau di perairan selatan Jawa Timur ini menaikkan potensi hujan di wilayah pantura pada dasarian akhir bulan ini, atau pada 21-30 Maret 2025.
Mobilitas bibit pusaran angin ini juga membuat banyak awan yang terkonsentrasi di perairan selatan Jawa Timur. “Kluster awannya banyak dan sangat luas,” kata Erma.
Curah hujan di wilayah Semarang, dia mencontohkan, bisa mencapai 649 milimeter pada dasarian akhir Maret 2025. “Di Kota Semarang itu (curah hujan) dari tadinya kecil, kurang dari 100 milimeter tiba-tiba akan ada lonjakan akumulasi sepuluh hari sampai 649 milimeter.”
Adapun angin kencang di pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur bisa terjadi sangat singkat, yaitu kurang dari 10 menit. Namun kecepatan maksimum angin kencang itu sudah bisa dikategorikan mencapai Skala Beufort 9-10, atau jika disertai rotasi bisa setara F1 Tornado yang lajunya menembus 119 kilometer per jam.
Pilihan Editor: Apakah Binatang Bisa Benar-benar Mengerti Bahasa Manusia?