Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Peneliti BRIN: Panas Lokal Dampak dari Setiap Proyek Harus Terukur

Peneliti BRIN beberkan manfaat sebaran tinggi personal weather cuaca, tak hanya mengandalkan alat milik instansi pemerintah.

30 September 2024 | 21.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat thermometer pengukur suhu udara di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti yang juga profesor di bidang klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mendorong persebaran personal weather station. Sebaran tinggi alat ukur cuaca pribadi tak hanya membantu menghimpun data cuaca real time yang akurat, tapi juga dapat menyediakan bukti kontribusi atas perubahan panas di sebuah lokasi.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Terutama untuk korporat yang memiliki proyek sangat besar atau luas, entah itu konstruksi atau mining, mereka pasti menciptakan panas lokal dan itu harus terukur," katanya kepada Tempo, Jumat 27 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Panas yang dihasilkan pada gilirannya bisa berkontribusi mengubah cuaca lokal. Kontribusi itu dipastikan pula dengan membandingkan kondisi sekitar yang tak tersentuh proyek. Artinya, personal weather station juga dituntut berada di banyak lokasi. Data perbandingan itu, Erma menjelaskan, akan jadi bukti-bukti yang dibutuhkan publik apakah proyek yang sedang berjalan aman buat mereka. 

"Kalau tidak ada data atau bukti kan tidak bisa omong," katanya sambil menambahkan, "Harus menjadi SOP setiap proyek yang bisa mengubah lanskap harus punya data cuaca
supaya masyarakat punya pegangan data yang jelas, sekaligus bagian dari transparansi pemilik proyek."

Sebelumnya, Erma mengungkap hujan yang turun di Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Kamis sore 26 September 2024, mencapai 103 mm dalam dua menit. Intensitas hujan sesaat yang tergolong hujan ekstrem itu tak terjadi di wilayah sekitarnya seperti Waduk Pluit (30 mm) dan Cilincing (4,8 mm).

Erma mengungkap mendapatkan data spesifik Muara Baru dari stasiun cuaca yang baru dipasang di lokasi itu. Sehari sebelumnya, saat hujan Rabu 25 September 2024, data Personal Weather Station di sebuah gedung di Slipi Jaya, Jakarta Barat, juga diamatinya mencatatkan intensitas hujan yang sampai 138 mm per 2 menit. 

Dia mengingatkan bahwa data intensitas hujan sesaat atau instan tersebut bisa sangat lokal. Bahkan, disebutnya, tidak tidak bisa mewakili radius lebih dari 1 kilometer. "Itulah mengapa sangat penting memiliki jaringan alat observasi cuaca sebanyak mungkin agar menghasilkan data cuaca real time yang akurat," kata Erma.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus