Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Polusi yang dilihat ornop

Organisasi non-pemerintah yang bergerak dibidang lingkungan hidup, dan kegiatan-kegiatannya. di indonesia, kini ada 120 organisasi, bekerja secara swadaya. (ling)

6 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JIKA ditanya, Emil Salim, Menteri PPLH, pasti akan menjawab bahwa dia mendorong kehadiran banyak organisasi non-pemerintah (Ornop), yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Semua itu ingin diajaknya membantu membina kesadaran masyarakat akan lingkungan. Di seluruh Indonesia, kini ada 120 Ornop, bekerja secara swadaya. "Banyak yang membiayai diri sendiri," kata Ir. Erna Witoelar, Sekretaris Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup, pusat informasi tentang Ornop yang berserak itu. Sejumlah Ornop itu pekan ini membikin kegiatan memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia (5 Juni). Yayasan Pendidikan Kelestarian Alam misalnya, mengadakan lomba cara mengatasi sampah rumah tangga. "Sampah rumah tangga akan menjadi masalah besar, jika penduduk tidak ikut aktif mengatasinya," kata Ny. Azis Saleh, Ketua Yayasan itu. Berdiri tahun 1975, Yayasan ini menekankan kegiatannya pada upaya menanamkan kesadaran memelihara kelestarian alam. Idenya konon berasal dari orang-orang Belanda, yang tergabung dalam WWF (World Wild-life Fund). Yayasan ini antara lain bekerja sama dengan harian Kompas mengadakan Lomba Kuis Bergambar. Dengan kuis ini, masyarakat mencari rangkaian kata yang berisikan sebuah pokok pikiran atau slogan tentang lingkungan. Misalnya, slogan itu berbunyi: "Pemetakan sawah bertingkat-tingkat mencegah kerusakan tanah." Setiap minggu, Yayasan ini menerima 3 ribu lembar kartu pos yang berisi tebakan kuis itu. Pernah pula Yayasan ini bekerja sama dengan PPA membuat tulisan tentang harimau yang dimuat majalah anak-anak Si Kuncung. Kemudian pembaca diminta menebak kuis - menguji pengetahuan mereka tentang harimau dari tulisan itu. "Penerangan melalui kuis berhadiah ini ternyata cukup efektif," kata Ny. Azis Saleh. Banyak pula yang mengikuti kuis harimau itu. Ada pula kegiatan khas dari Minggu Study Club (MSC) di Kelurahan Pejaten (Pasar Minggu), Jakarta. "Kami mencoba berbuat dari lingkungan yang terdekat dengan kami," kata Purtomo, Ketua MSC. Selain meneliti perilaku penduduk sebuah RT terhadap sampah, misalnya, MSC mengumpulkan pendapat penduduk terhadap sebuah pabrik permen Trebor. Dan hasilnya? Sebanyak 64% penduduk di sekitarnya merasa bising dengan suara mesin pabrik 72% risau terhadap gas buangan dan 68% mencemaskan air limbah pabrik itu. Biaya penelitiannya -- tidak banyak -- diambil dari iuran anggotanya. Udang Biological Science Club (BSC) Universitas Nasional menyambut Hari Lingkungan ini dengan memperhatikan keadaan air di daerah Kebun Pala (Kampung Melayu) dan di Kelurahan Pegangsaan. Penduduk Jakarta di daerah itu membuang air besar di kali tapi juga mandi dan mencuci di situ. BSC memang sejak tahun silam memonitor kualitas air sungai di Jakarta. Beberapa perusahaan seperti Unilever dan Sucofindo membantunya dengan dana, terutama untuk menganalisa kandungan logam berat. Dijumpainya antara lain kadar Mercuri di Kali Ciliwung (Pasar Ikan), jauh di atas batas ambang yang ditentukan WHO (Organisasi Kesehatan se-Dunia) untuk air minum Kekeruhan Kali Sunter dijumpainya mencapai 130 unit, sedang Ciliwung (Pasar Ikan) 94 unit. Padahal standar kekeruhan yang disyaratkan WHO ialah maksimal 25 unit untuk air minum. Dan adalah akibat penelitian BSC, kawasan Muara Gembong (Tanjung Karawang) disarankan Emil Salim menjadi cagar alam. Mengapa? "Jika hutan bakau di situ habis, Cirebon akan kehabisan udang," kata Prasojo Soedomo, Ketua Departemen Biologi BSC. "Juga di sana terdapat Surili (sejenis kera, Presbytis aygula) yang sudah langka."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus