Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Rimba damar sebagai etalase hutan

Menteri djamaloedin menetapkan hutan damar krui, lampung barat, sebagai hutan percontohan yang dikelola rakyat. hutan itu lestari, walau getahnya disadap sepanjang tahun.

14 Agustus 1993 | 00.00 WIB

Rimba damar sebagai etalase hutan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DI negeri ini, ternyata tidak semua petani ''gemas'' melihat hutan dan lantas membabatnya. Petani Krui di Kabupaten Lampung Barat, misalnya. Mereka justru melestarikan hutan, yang di Krui merupakan hutan damar. Krui terdiri atas lima kecamatan, berbatasan dengan hutan lindung Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Menteri Kehutanan Djamaloedin, yang berkunjung ke hutan ini awal Juni lalu, menetapkan Krui sebagai ''ruang peraga'' untuk hutan binaan rakyat yang harus dicontoh penduduk di kawasan lain. ''Siapa yang ingin melihat petani hidup akrab dengan hutan, silakan datang ke Krui,'' ujar Menteri, menyuarakan kesung guhan. Sejak itu, sejumlah pejabat, baik dari pusat maupun daerah, silih berganti masuk hutan Krui, yang damarnya tersohor sejak zaman kolonial Belanda. Terakhir, 28 Juli lalu, tiga dirjen di lingkungan Departemen Kehutanan juga meninjau ke sana. Kenapa hutan damar Krui bisa lestari? Jawabnya, pohon damar (shorea Javanicus) memberi nafkah bagi penduduk. Getah damar, yang merupakan bahan baku untuk batik, korek api, pernis, lak, dan larutan pengawet, sudah lama menjadi bagian kehidupan penduduk sehari-hari. Saat fajar menyingsing, tua-muda keluar rumah menggendong bakul di punggung, seutas tali rotan dan golok terselip di pinggang. Alat-alat itu diperlukan untuk menyadap getah damar. Memanjat pohon damar yang tinggi dan besar (batangnya rata- rata selingkar tangan) bukanlah pekerjaan sulit. Sambil bersandar di tali rotan yang dibelitkan ke pohon dan kaki bertumpu di pokok kayu, mereka pun mencungkil getah damar kering dari lubang kayu yang mereka buat. Selesai membersihkan lubang itu, mereka melubangi lagi bagian lain agar getahnya keluar untuk disadap bulan berikutnya. ''Kalau pohonnya tidak dilukai, getahnya tidak akan keluar,'' ujar Mohammad Erson, 45 tahun, petani di kawasan hutan itu. Bagi ayah empat anak ini, menakik getah damar adalah warisan turun-temurun. ''Hampir semua petani di sini punya kebun damar yang dibiarkan berubah menjadi hutan,'' ujar Erson. Memang, tunas damar bisa tumbuh subur tanpa dipupuk dan disiangi. Hanya saja, yang menanamnya harus sabar menunggu dua puluh tahun, barulah damar bisa ditakik getahnya. Dan saat itu, ''kebun'' damar sudah berubah menjadi hutan. Ermon punya 200 pohon damar yang sudah berproduksi di atas lahan satu hektare. Tiap bulan ''kebun'' itu memberinya 250 kg getah damar kering yang dihargai Rp 700 per kg. Tentu saja ia tidak bisa hidup hanya dari getah damar. ''Menyadap damar cuma sampingan. Mata pencaharian pokok saya bertani padi di sawah,'' ujar Ermon kepada Kolam Pandia dari TEMPO. Dan rupanya, hampir semua petani di sana berkebun damar. Setiap Ahad, suasana Desa Laay dihuni 151 keluarga bagaikan suasana piknik. Para remaja ramai-ramai memanjat pohon damar. Lalu hasilnya dijual ke pasar. ''Orang tua tak perlu lagi memberi uang jajan ke anaknya. Bahkan hasil menjual damar cukup untuk biaya sekolah,'' ujar Ny. Jauni Asma, 54 tahun, Kepala Desa Laay. Menjual damar juga tidak sulit. Pasar damar selalu bagus karena komoditi itu senantiasa dicari orang. Karena itu, tak seorang penduduk akan menebang pohon damar. Padahal, kualitas kayunya bagus untuk bahan bangunan. ''Pohon damar bisa memberi hasil selama ia bergetah, tanpa musim, sampai ratusan tahun,'' ujar Nasah, seorang warga Krui. Getah damar kering Krui disebut ''damar mata kucing''. Mungkin karena bentuknya bulat dan ukurannya rata-rata sebesar mata kucing. ''Kualitasnya baik dan harganya pun mahal,'' ujar Broto Sumadyo, Kepala Perencanaan Dinas Kehutanan Provinsi Lam pung. Penduduk Krui menamainya ''damar kaca'', karena jernih sebening kaca. Damar jenis ini secara alami baru berproduksi setelah mencapai umur 20 tahun. Tapi Broto optimistis, dengan teknik kultur jaringan, damar bisa berproduksi lebih cepat. ''Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Kehutanan tengah meneliti kemungkinan pohon damar bisa berproduksi kurang dari 20 tahun,'' ujarnya. Di Lampung Barat, pohon damar tersebar di pesisir seluas 44.120 hektare. Tapi berapa hektare luas hutan yang dikelola rakyat, belum tercatat resmi. ''Kami masih menginventarisasi,'' kata Broto. Pohon ini tumbuh pula di kawasan TNBBS. Yang menarik, damar juga tumbuh menghutan di luar taman nasional, satu hal yang bisa terjadi karena penduduk membudidayakannya atas inisiatif sendiri. Itu sebabnya, hutan lindung tak pernah diusik. Sebagai tanaman konservasi, pohon damar cocok untuk daerah pesisir berlereng tinggi. ''Akarnya kuat, daunnya berlilin sehingga tidak banyak terjadi penguapan,'' ujar Broto. Tapi entah mengapa, damar mata kucing seperti enggan tumbuh di tempat lain. Petani di kawasan hutan Pulaupanggung dan Kotaagung, yang cuma berjarak sekitar 100 km dari Krui, justru lebih tertarik menanam kopi ini pilihan yang wajar karena kopi dalam dua tahun sudah bisa dipanen. Tapi lalu timbul masalah lain, yakni ketika sebagian hutan damar berubah jadi kebun kopi, yang jadi sengketa berkepanjangan antara petani dan petugas kehutanan. Kini Balitbang Dephut tengah menjajaki kemungkinan, apakah bisa menularkan kebiasan penduduk Krui dalam berkebun damar ke perambah hutan lindung. Masalahnya, bagaimana mereka bisa menunggu sampai 20 tahun. Hasan Sukur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus