Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengklaim modifikasi cuaca pada 1-6 Februari lalu bisa memangkas frekuensi hujan normal di Jakarta dan sekitarnya. Ketua Sub Kelompok Logistik dan Peralatan BPBD Jakarta Michael Sitanggang mengatakan intensitas hujan di Jakarta kini turun secara signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Data akumulasi menunjukkan penurunan curah hujan di wilayah Jakarta hingga 50-60 persen,” ucapnya dalam keterangan tertulis pada Kamis, 6 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Michael, tim menghabiskan 6,4 ton kilogram garam semai atau NaCl sepanjang operasi tersebut. Ada delapan penerbangan berdurasi 19 jam 31 menit untuk menyokong upaya rekayasa cuaca tersebut.
Ada beberapa area yang menjadi lokasi penyemaian utama. “Akumulasi rute penerbangan selama operasi lebih banyak menyasar di wilayah barat, barat daya, hingga barat laut,” tutur Michael.
Pelaksana tugas Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Budi Harsoyo mengatakan potensi hujan ekstrem telah ditekan. “Selama dua hari ke depan, presipitasi atau curah hujan di Jakarta akan turun,” katanya.
Menurut Budi, skema modifikasi cuaca digencarkan sejak awal Desember 2024 untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem. Operasinya sempat jeda usai pergantian tahun, kemudian diterapkan lagi pada akhir Januari 2025 karena maraknya banjir di Jakarta. Selain BMKG dan BPBD, proses penyemaian juga didukung oleh TNI Angkatan Udara dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia
Tim menyesuaikan lokasi penyemaian dengan prediksi angin di Jakarta dan sekitarnya. Hasil analisis dari direktorat meteorologi publik BMKG ihwal gelombang Rossby Equator yang aktif juga menjadi parameter penentuan lokasi.