BILA sumur kering, sungai menyusut, dan sawah hanya tanah retak,
apakah yang akan mereka lakukan? Mungkin mereka mengundang Dewa
Wisnu seperti yang terjadi di Danau Gampingan, Bali. Akhir
Agustus, mereka melangsungkan suatu upacara tradisional meminta
hujan yang disebut neduh. Dipimpin oleh seorang pemuka agama
(Hindu Bali), sejumlah krama subak (para petani) berdoa bersama
sambil melabuh sesajen ke danau.
Di daerah Cianjur, Jawa Barat, upacara meminta hujan lebih
ramai. Terutama di Desa Puncakwangi, Kecamatan Sindangbarang,
penduduk berjalan menuju Sungai Cisokan. Sejauh sekitar 3 km,
arak-arakan itu tidak menghiraukan teriknya matahari. Mereka
melagukan syair-syair Sunda Buhun (kuno), sementara bumbung
bambu ditabuh oleh tujuh pemuda berpakaian hitam -- pakaian
petani. Di baris terdepan, dua orang menari. Seorang di
antaranya memikul keranjang berisikan seekor kucing berbulu
belang tiga.
Setibanya di tepi sungai yang berlubuk, arak-arakan berhenti.
Kemudian Said, kepala adat, menjajarkan semua sesaji yang dibawa
(seperangkat sirih-pinang, bubur merah-putih, rujak pisang,
kelapa muda, kunyit, kopi, cerutu, bunga tujuh rupa, dan
kemenyan) di pinggir sungai. Kemenyan pun dibakar, doa pun
dibacakan. Selanjutnya? Kucing berbulu belang tiga itu digendong
oleh Said. Tiba-tiba "meooong", kucing dilemparkan ke tengah
sungai, diiringi sorak-sorai
Tentu saja binatang ini berenang ke tepi. Tapi Said dengan sigap
menangkapnya kembali, dan melemparkannya lagi ke tengah sungai.
Demikian berulang-ulang. Ku cing itu diistirahatkan setelah ia
tak mampu lagi mengeong. Sementara sang kucing dijemur, semua
orang membuka bekal yang sengaja dibawa dari rumah. Upacara pun
usai. "Erangan kucing, binatang kesayangan Nabi Muhammad, itulah
yang diharapkan mengetuk Yang Maha Kuasa agar mendatangkan
hujan," tutur seorang penduduk.
Sebranan, upacara khas Kediri, Jawa Timur, biasanya
dilangsungkan pula di pinggir sungai, tapi tidak melibatkan
kucing. Hanya ada satu joli penuh dengan sesaji, yang diarak
lewat pinggir sungai. Di Tuban, masih di Jawa Timur, upacara
memanggil hujan disebut widaren, yang diselenggarakan di Telaga
Petiarjo. Di telaga itu, menurut kepercayaan setempat, Joko
Tarub mencuri pakaian Bidadari Nawangwulan.
Dalam suatu musim kemarau, menurut cerita orang Banyumas, Sunan
Amangkurat dari Mataram pernah lari dikejar Trunojoyo, kemudian
bersamadi di pinggir Sungai Serayu beserta pengikutnya yang
setia, memohon hujan. Maka begitu kini upacara di Banyumas.
Tentu saja tanpa seorang sunan, upacara itu disebut kandegan
(dari bahasa Jawa mandeg -- artinya berhenti).
Di Gunung Kidul, Jawa Tengah, upacara minta hujan mirip di
Cianjur. Tapi orang Gunung Kidul tidak melemparkan kucing ke
sungai. Mereka hanya menikahkan dua ekor kucing, Satu berbulu
putih mulus, satu lagi berbulu bintik-bintik. Dua sejoli itu
diarak keliling desa, lantas kedua kepalanya disiram air kembang
setaman, sambil sang pawang -- yang memimpin upacara --
membacakan doa.
Baru kemudian tiga perawan menari. Disebut bedayan, tarian ini
menggambarkan awan-awan yang terbang melayang, yang diharapkan
menjelma menjadi hujan.
Di daerah Trenggalek dan Ponorogo -- Jawa Timur -- ada pula
sejenis tarian meminta hujan, disebut tiban. Di sini para pemuda
desa menari -- saling melecut 'lawan' dengan cambuk dari lidi
pohon enau. Ujungan, demikian cambuk itu disebut, konon
menyimbolkan petir.
Bila di Irian Jaya penduduk menebangi pohon hingga lelah, mereka
pun sedang mengadakan upacara meminta hujan. Pohon itu mereka
buat menjadi keping-kepingan kecil, lalu dibakar. Asap yang
membumbung ke langit, kata mereka, akan memancing turunnya
hujan. Upacara ini baru-baru ini berlangsung di Lembah Baliem,
misalnya.
Tanpa ini-itu, Majelis Ulama Indonesia menghimbau umat Islam
agar melakukan salat istisqa (minta hujan). Dan Sabtu lalu, di
lapangan terbuka kampus IKIP Bandung salat itu dilakukan.
"Kemarau yang kering merupakan ujian dari Tuhan," kata khatib H.
Muchsin di sana. "Kalau sudah begitu, kepada siapa lagi kita
meminta pertolongan, selain kepadaNya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini