Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Suhu Udara Kertajati Makin Naik Jadi 39,4 Derajat Celsius, Ini Faktornya Menurut Peneliti BRIN

Wilayah Kertajati sempat berada di puncak suhu udara terpanas selama 4 hari berturut-turut

31 Oktober 2023 | 18.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Ahad, 29 Oktober 2023 adalah hari keempat wilayah Kertajati di puncak terpanas di Indonesia dengan suhu udara yang semakin meningkat. Hari ini, Stasiun Meteorologi Kertajati mencatat suhu mencapai 39,4 derajat Celcius.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selanjutnya, suhu tertinggi diikuti Stasiun Meteorologi Radin Inten II (38,3 derajat Celcius), Stasiun Klimatologi Jawa Tengah (38,2 derajat Celcius) dan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II (38,2 derajat Celcius). Sisanya berada pada suhu 37 derajat Celcius.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk diketahui pada 28 Oktober, suhu udara di Kerjatai tercatat 39,3 derajat Celcius, 27 Oktober 38,3 derajat Celcius dan 26 Oktober 38,8 derajat Celcius. Menurut Didi Satiadi, Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk Kertajati memang suhunya sekitar itu.

"Mungkin sampai 1-2 minggu ke depan dan masih mungkin naik," kata Didi lewat pesan singkat pada Selasa, 31 Oktober 2023.

Didi mengatakan faktor yang membuat suhu udara di Kertajati tinggi adalah posisinya yang berada di wilayah dataran rendah. Akibatnya, suhu cenderung lebih tinggi dibandingkan wilayah pegunungan yang cenderung lebih dingin.

Dataran rendah memiliki tekanan yang lebih tinggi dan atmosfer yang lebih rapat dibandingkan dataran tinggi. Suhu udara biasanya turun sekitar 1 derajat Celcius setiap kenaikan ketinggian 100 meter.

Selain itu, wilayah Kertajati memiliki permukaan yang relatif datar sehingga transfer panas dari permukaan tanah ke udara di atasnya menjadi optimal.

Permukaan yang datar juga menyebabkan lemahnya pergerakan angin sehingga panas cenderung diam di tempat tersebut. Kertajati juga dipengaruhi oleh aliran udara hangat dari Laut Jawa yang cenderung tertahan oleh adanya pegunungan di bagian selatan. 

Selain faktor geografis, suhu tinggi yang terpantau di wilayah Kertajati beberapa hari ini disebabkan terutama oleh faktor meteorologis, yaitu sangat rendahnya kandungan uap air dan minimnya tutupan awan di atas wilayah ini. 

Didi juga memperlihatkan tangkapan layar dari sadewa.brin.go.id mengenai kandungan uap air pada 29 Oktober 2023 pukul 14.0p WIB di atas wilayah Jawa Barat. Warna biru menunjukkan udara yang sangat kering, sedangkan warna merah menunjukkan udara yang lebih basah.

Wilayah Kertajati  berada dalam kondisi kering dengan kelembaban relatif yang hanya sekitar 20 persen pada siang hari. Udara yang sangat kering memiliki kapasitas panas yang rendah, sehingga paparan sinar matahari pada siang hari akan meningkatkan suhu udara dengan cepat. 

Selain itu, dalam kondisi kering, panas matahari cenderung dikonversi menjadi panas terasa (sensible heat) yang diwujudkan sebagai kenaikan suhu udara. Udara yang kering ditambah tutupan awan yang minimal pada siang hari menyebabkan sinar matahari mencapai bumi tanpa halangan apapun.

"Hal ini membuat  suhu udara akan meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya pada siang hari sekitar jam 13-14 waktu setempat," kata Didi. "Kondisi udara yang kering ini disebabkan oleh angin Monsun Australia yang saat ini cenderung berfluktuasi tetapi masih relatif kuat di atas Pulau Jawa."

Hal ini ditambah dengan kondisi El-Nino dan IOD positif yang terjadi saat ini, menyebabkan udara yang lebih kering dari biasanya. 

Ketika fenomena El-Nino dan IOD positif terjadi bersamaan, awan cenderung tertarik ke Samudera Pasifik bagian timur dan Samudera Hindia bagian barat, sehingga wilayah Benua Maritim Indonesia cenderung lebih kering, terutama di atas Pulau Jawa. Kondisi El-Nino dan IOD positif diperkirakan masih akan berlangsung hingga awal tahun depan, sehingga berpotensi memperpanjang kondisi kering dan panas saat musim peralihan (pancaroba), dan menunda awal dan puncak musim hujan di sebagian wilayah Pulau Jawa.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus