Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Tanam Nanas di Lahan Gambut, Ini Keuntungan Warga Desa Mundam

Dengan adanya kebun nanas, lahan gambut menjadi bisa dimanfaatkan, masyarakat terbantu secara ekonomi.

11 Oktober 2019 | 06.15 WIB

Sania, ketua kelompok masyarakat yang menggunakan lahan gambut untuk menanam nanas di Desa Mundun, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Kepulauan Riau, Rabu, 9 Oktober 2019. TEMPO/Khory
Perbesar
Sania, ketua kelompok masyarakat yang menggunakan lahan gambut untuk menanam nanas di Desa Mundun, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Kepulauan Riau, Rabu, 9 Oktober 2019. TEMPO/Khory

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Desa Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Kepulauan Riau memanfaatkan lahan gambut untuk menanam nanas. Pemanfaatan tersebut membawa keuntungan bagi warga Desa Mundam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Panen sebentar lagi, kira-kira akhir Desember 2019, setelah itu akan panen empat bulan sekali. Keuntungannya, dari 1 hektare kita bisa dapat 5 ribu gandeng atau 10 ribu buah," ujar Ketua Kelompok Masyarakat Pengelola, Sania, di kebun nanas seluas 15 hektare, Rabu, 9 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sania dan 14 anggota kelompok memulai menanam pada Oktober tahun lalu, yang diselesaikan selama dua bulan. Untuk panen pertama setelah memulai menanam Sania membutuhkan waktu setahun. Artinya, kata dia, Desember 2019 akan panen pertama.

"Harga 1 gandeng nanas adalah Rp 4 ribu, artinya 1 buah nanas Rp 2 ribu. Selama 4 bulan kami menghitung bisa memiliki nilai Rp 20 juta dengan lahan 1 hektare," tutur Sania. "Perhitungan itu berdasarkan yang sudah saya alami, saya punya kebun nanas sendiri 1 hektare."

Menurut Sania, 27 tahun, dengan adanya kebun nanas ini, lahan gambut menjadi bisa dimanfaatkan, masyarakat terbantu secara ekonomi. Juga mencegah adanya kebakaran gambut, karena lahan dimanfaatkan dengan baik.

Buah nanas juga, ibu dua anak itu melanjutkan, bisa diolah menjadi selai, sirup, dan dodol. "Sehingga justru membuka lowongan kerja bagi masyarakat. Artinya bisa mengurangi pengangguran," kata Sania. "Kita sudah pernah jual ke Malaysia dan Singapura, tapi di Batam itu rutin, di sana ada tiga pengepul."

Untuk merawat kebun nanas tersebut, Sania dan lainnya memakai pupuk urea dan ICL setahun tiga kali. Dan melakukan ronda untuk memantau sejak terjadi kebakaran. "Peran masyarakat, mereka sangat bersemangat selain menguntungkan tapi menghindari kebakaran karena kalau kebakaran itu kita juga yang susah," tutur Sania.

Menurut Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead, nanas merupakan aspirasi masyarakat setempat. Banyak kegiatan lainnya, kata Nazir, tapi yang dilihat adalah nanas.

"Potensinya besar, nanas gambut seperti nanas madu di Jawa Barat dan disukai di Singapura dan Malaysia. Pasarnya bisa semakin berkembang. Teman dari Kadin mau mencoba ekspor ke Eropa kalau bisa jalan harus terjaga dan kontinyu. Kalau sudah bisa, taraf masyarakat akan terbantu karena permintaan di Eropa harus berkelanjutan," ujar Nazir.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus