Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim dosen Teknik Fisika Telkom University Bandung membuat alat insinerator atau pembakar sampah Telurator yang dirancang ramah lingkungan. Pembakaran sampah itu berdasarkan uji emisi dengan beberapa kategori menunjukkan hasilnya di bawah angka baku mutu. “Karena proses pembakarannya lebih sempurna,” kata Suwandi dari tim pembuat Telurator, Rabu 13 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat yang dikembangkan sejak 3-4 tahun lalu itu dilatari persoalan limbah dan polusi asap pembakaran sampah. Sebuah unit yang telah dibuat kini dipakai warga Desa Tarumajaya Kabupaten Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berkemampuan membakar sampah hingga dua ton per hari, harga mesin itu berkisar Rp 600-700 juta per unit. “Kalau di perkotaan bisa dipakai 5 sampai 6 Rukun Warga (RW),” ujarnya. Kapasitas mesin bisa dibuat sesuai pesanan.
Telurator menurut Suwandi menggunakan teknologi yang relatif baru. Pembakarannya memakai vortex system untuk membuat suhu merata sehingga semua celah di dalam tungku terisi api. Teknologi lain yang dipasang yaitu fuel dose system untuk menghemat bahan bakar, kemudian electrical scrubber di cerobong untuk mengurai asap. “Sehingga tidak keluar ke atas (cerobong) tapi berbalik ke bawah dan sudah bersih,” kata dia.
Sumber asap berasal dari pembakaran sampah juga bahan bakar minyak yang bisa menggunakan solar, oli bekas, atau minyak jelantah. Insinerator bisa dipakai untuk membakar sampah organik, anorganik, serta limbah medis. Teknologi lain yang digunakan yaitu metode cyclone untuk memisahkan fly ash sehingga mesin tidak mengeluarkan abu terbang.
Ketahanan panas mencapai 1.800 derajat Celcius
Insinerator sampah domestik yang khusus membakar sampah basah, bersuhu 900-1.200 derajat Celcius. Berkapasitas satu ton sampah basah per hari, ketahanan panas di dalam tungku bisa mencapai 1.800 derajat Celcius.
Mesin yang berbahan mild steel dengan ukuran 200 x 120 x 200 sentimeter itu juga memerlukan daya listrik sebesar 600 watt bertegangan 220 volt. Listrik itu digunakan untuk kipas atau blower.
Adapun bahan bakar minyak yang digunakan berkisar 1-3 liter per jam. “Kalau sudah panas bahan bakarnya relatif kecil karena sampahnya berperan juga sebagai bahan bakar,” kata Suwandi. Meski sampah organik bisa ikut dibakar dengan suhu minimal 600 derajat Celcius, dia menyarankan agar sampah dipilah.
Limbah organik diproses dengan cara lain untuk menjadi pupuk misalnya, sementara sampah plastik bisa dibakar. Jika digunakan untuk membakar sampah organik, kata Suwandi, perawatan alatnya harus lebih sering karena sampah basah bisa menutupi lubang-lubang di dalam ruang pembakaran.
Pilihan Editor: Cerita Awal Mula Kebakaran di Bukit Teletubbies Bromo, Calon Pengantin Diduga Bayar Jasa Pemotretan Rp 7,5 Juta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.