Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

VSD Membobol Jawa Barat

Seribu hektar tanaman cokelat di Bunisari-Lendra, Garut terserang jamur vascular streak dieback (vsd) penyebabnya dari bibit yang dibawa menteri Sudomo. Untuk membasmi hama, seluruh kebun dibakar. (ling)

20 Juli 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PULAU Jawa kebobolan. Seribu hektar perkebunan cokelat di Bunisari Lendra, Kecamatan Cisompaet, Garut,Jawa Barat, untuk pertama kalinya kejangkitan jamur VSD atau vascular streak dieback. Untuk mencegah penularan lebih luas, sejak 3 Juli lalu, tanaman yang terkena VSD dibakar. Sampai pekan lalu sudah 30-an hektar cokelat jadi arang, lalu dikubur. VSD, penyakit yang menjadi langganan perkebunan cokelat di Semenanjung Malaysia dan Sabah, memang ditakuti. Jamur ini menyerang pembuluh angkut, memerosotkan produksi cokelat cukup besar. VSD mampu menurunkan produksi cokelat menjadi hanya 300 kg biji kering per hektar. Produksi normal, 900 kg biji kering per hektar. Jamur jenis Onchobasidium theobromae ini memang mudah menular: lewat angin. Bahkan, mudah terbawa manusia atau hewan. Tahun 1950-an Semenanjung Malaysia sudah kemasukan VSD. Pada 1970, hama itu menjalar ke Sabah. Baru 1980 hama ini masuk ke Indonesia, dan itu pun hanya menyerang perkebunan cokelat di Pulau Sebatik. Pulau ini memang berada di perbatasan Kalimantan Timur dan Sabah, sehingga penularan lewat angin dan orang dimungkinkan. Dua tahun kemudian perkebunan cokelat di Pulau Halmahera, Maluku, pun terkena VSD. Diduga, hama terbawa oleh orang-orang yang bekerja di Sabah. Tapi mewabahnya VSD di Bunisari-Lendra milik PTP XIII ini ? Ceritanya dimulai ketika Menaker Sudomo berkunjung ke Malaysia, Maret 1984. Menteri pulang membawa oleh-oleh sepeti biji cokelat jenis unggul dari Sabah untuk Presiden Soeharto. Seperti lazimnya, benih ini lalu masuk karantina di Jakarta. Baru kemudian disemaikan dalam 1.685 kantung plastik kecil-kecil di Bunisari-Lendra, pertengahan Maret tahun lalu. Ketika terdengar bahwa perkebunan cokelat di Sabah terserang VSD, pihak perkebunan langsung memindahkan benih cokelat oleh-oleh Sudomo itu ke areal tersendiri. Entah karantina kurang lama atau ada sebab lain, di awal Juli tiga bibit dari Sabah itu tampak terkena penyakit. Setelah diteliti, benar, VSD telah menyerangnya. Dan, terlambat, bibit lain di persemaian tempat bibit Sabah dipindahkan telah ketularan pula. Celakanya lagi, sebagian bibit yang telah ketularan sudah ditanam sebagai penyelang di antara pohon-pohon cokelat yang sudah besar. Pada 14 Juni ditemukan 5.000 pohon lebih dalam areal lebih dari 200 ha terkena jamur ganas ini. Dan, setelah dihitung-hitung, daerah wabah mencapai 1.000 ha. Di Bunisari-Lendra, dari 40.000 ha kebun hampir 5.000 ha khusus ditanami cokelat. Berarti, seperlima kebun cokelat terkena VSD. Untuk menemukan pohon yang menderita memang tidak sukar. Bila daun-daun menguning, pucuk ranting mengering, dan pada penampang ranting tempat daun melekat ditemukan tiga noktah cokelat tua, itulah pertanda pembuluh angkut pohon terkena VSD. "Dengan penjelasan satu jam, semua petugas perkebunan sanggup menemukan pohon yang terkena penyakit," kata Y. Soekria Soemaatmadja, administratur perkebunan Bunisari-Lendra kepada Hasan Syukur dari TEMPO. Maka, lewat rapat pihak PTP XIII, 29 Juni Bunisari-Lendra dinyatakan diisolir. Beberapa hari kemudian diputuskan, semua pohon yang terserang wabah dimusnahkan. Pemusnahan terpaksa dilakukan, agaknya, untuk sama sekali melenyapkan sang jamur. Penyelamatan dengan cara memotong ranting-ranting yang terkena hama - sebagaimana dilakukan di Malaysia - dikhawa-tirkan tidak efektif, bisa-bisa daerah yang terserang VSD kian luas. Gara-gara VSD, setidaknya Rp 750 juta hangus untuk biaya pemusnahan. Kerugian itu belum termasuk harga pohon-pohon cokelat. Juga belum jelas akan diapakan daerah bekas hama ini. Sebab, seperti pada jeruk yang terkena hama CVPD, sehabis tanaman dimusnahkan, tanahnya pun tak boleh ditanami selama dua tahun. Ini yang menggelisahkan 500 karyawan yang khusus mengurusi kebun cokelat (karyawan Bunisari-Lendra seluruhnya 3.600-an). Mereka khawatir, sesudah VSD, "hama" PHK berjangkit pula di situ.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus