Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Newsletter

Aktivis 1998 dan Reformasi yang Mengecewakan

Demonstrasi mahasiswa dari berbagai kampus 25 tahun lalu yang dikenal sebagai gerakan Reformasi 1998, mengakhiri 32 tahun kekuasaan Presiden Soeharto.

24 Mei 2023 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demonstrasi mahasiswa dari berbagai kampus 25 tahun lalu mengakhiri 32 tahun kekuasaan Presiden Soeharto. Diiringi sejumlah kerusuhan di berbagai daerah, massa aksi mahasiswa dan aktivis yang dikenal sebagai gerakan Reformasi 1998 itu memaksa Soeharto, yang gagal mengatasi krisis ekonomi, lengser dari kursi presiden.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah seperempat abad, para aktivis 1998 menyebar ke pelbagai segi. Ada yang menjadi politikus dengan bergabung di partai politik dan duduk di Dewan Perwakilan Rakyat. Ada juga yang bergabung dengan pemerintah, menikmati kursi empuk menjadi komisaris BUMN, meski tak tak sedikit yang konsisten di jalur advokasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa sumbangan mereka terhadap cita-cita Reformasi setelah seperempat abad? Kami menemui sebagian dari mereka. Tak hanya mereka yang menduduki gedung DPR, juga aktivis yang mendekam di balik jeruji karena menentang Orde Baru.

Ada aktivis yang dulu getol mengampanyekan pelaku kejahatan hak asasi manusia berat diseret ke pengadilan. Tapi begitu bergabung dengan kekuasaan, sikapnya berubah dan ikut mendorong penyelesaian kejahatan HAM di luar pengadilan. Aktivis yang menjadi politikus tak lagi kritis terhadap kebijakan pemerintah. Mereka berubah menjadi para petugas partai yang bekerja untuk kepetingan partainya semata dan lebur dengan politisi lama yang tetap membawa watak Orde Baru.

Tak semua mantan aktivis memilih jalan tol seperti rekan-rekan mereka. Ada yang masih setia menjadi aktivis dan mengadvokasi kelompok marjinal. Sebagian lagi berkesenian atau kembali ke kampus.

Di balik gegap-gempita Reformasi 1998, yang kini masih jauh dari harapan, ada berbagai cerita perlawanan yang mengarukan. Para penentang Soeharto tak hanya berunjuk rasa, juga bergerak secara klandestin. Para aktivis perempuan berkamuflase agar tak ditahan rezim otoriter. Anda bisa membaca kiprah para aktivis dalam laporan khusus 25 tahun reformasi di majalah Tempo pekan ini. Selamat membaca.

Stefanus Pramono
Redaktur Pelaksana

—-------
LAPORAN KHUSUS
Ke Mana Para Aktivis 1998 Setelah Reformasi?

Setelah Soeharto lengser, para akvitis 1998 mengambil jalan berbeda-beda. Estafet yang belum mencapai garis finis.

Apa yang Dilakukan Para Aktivis 1998 di Istana?

Sejumlah aktivis 1998 memilih berada di lingkaran kekuasaan. Menjalankan agenda pemerintah dan berbalik sikap.

Jika Para Aktivis 1998 Masuk Partai

Sejumlah aktivis 1998 memilih bergabung ke partai politik, termasuk Golkar yang dulunya menyokong Soeharto. Dekat dengan pimpinan partai.

Kursi Komisaris untuk Aktivis 1998

Sebagian aktivis 1998 menjadi komisaris perusahaan pelat merah. Imbalan karena mendukung Joko Widodo.

Para Aktivis 1998 di Luar Kekuasaan

Sejumlah aktivis memilih tak bergabung dengan partai dan penguasa. Ada yang mengadvokasi korban pelanggaran HAM maupun berkesenian.

Para Aktivis 1998: Dulu dan Kini

Aktivis 1998 di daerah banyak yang merapat ke pejabat lokal. Tak mampu menjalankan tuntutannya.

Bagaimana Para Aktivis 1998 Membuat Jaringan Bawah Tanah

Reformasi 1998 ikut didukung oleh mereka yang bekerja secara klandestin. Membeli mesin cetak di tengah kejaran aparat.

Bermula dari Protes Kenaikan Harga Susu

Sejumlah aktivis perempuan berkamuflase untuk menentang Orde Baru. Menggunakan isu harga susu yang naik tinggi.

Galeri Foto: Gerakan Mahasiswa Dulu dan Kini

Setelah Reformasi 1998, gerakan mahasiswa berjalan lamban. Tetap berunjuk rasa menentang otoritarianisme.
 
KOLOM ARIEL HERYANTO
Mengapa Reformasi 1998 Mengecewakan?

Reformasi 1998 bernasib sama dengan gerakan di negara lain. Aktivis berjalan sendiri.

OPINI
Tak Tuntas Menjalankan Tuntutan Reformasi 1998

Reformasi 1998 meredup tanpa hasil signifikan. Aktivis tersuruk di kaki kekuasaan.

—-------
NASIONAL
Benarkah Jokowi Makin Condong Mendukung Prabowo Subianto?

Presiden Jokowi belakangan lebih sering memberi hormat. Ada perlawanan Istana terhadap PDI Perjuangan.

—-------
HUKUM
Jerat Gratifikasi Reserse Narkotik

Polisi tak kunjung menuntaskan kasus gratifikasi Achiruddin Hasibuan. KPK sempat turun tangan.

Mengapa Polri Tak Membongkar Jaringan Achiruddin Hasibuan?

Pemerkosaan Santri di Lombok Timur

Kasus pemerkosaan santri terjadi di Lombok Timur. Korban mencapai puluhan.

—-------
WAWANCARA
Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman

Jenderal Dudung Abdurachman berbicara soal cara mengatasi konflik di Papua. Ia mengklaim mengembalikan Angkatan Darat pada trahnya.

Nur Haryanto

Nur Haryanto

Pemerhati olahraga, mantan wartawan Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus