Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

newsletter

CekFakta #158 Ketahui Fakta-fakta dari Hoaks Seputar Cacar Monyet

Berbagai informasi palsu soal cacar monyet ikut marak tersebar memanfaatkan momen kepanikan munculnya wabah tersebut

29 Mei 2022 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menyebarnya wabah cacar monyet di berbagai negara di tengah pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) menimbulkan kepanikan baru di masyarakat. Berbagai informasi palsu pun ikut marak tersebar memanfaatkan momen kepanikan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah klaim di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini klaim yang beredar di media sosial sangat beragam. Namun, masih didominasi oleh isu politik terkait Rusia.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab

Ketahui Fakta-fakta dari Hoaks Seputar Cacar Monyet

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 92 kasus terkonfirmasi cacar monyet pada Sabtu, 21 Mei 2022. Selain itu, 28 kasus lain juga masih diselidiki di berbagai negara. Hingga saat ini, total ada 15 negara yang mengkonfirmasi temuan kasus cacar monyet.

Ilustrasi Virus Monkeypox atau Cacar Monyet. newscientist.com

Dalam kondisi pandemi Covid-19 yang masih belum usai, laporan WHO atas temuan kasus cacar monyet justru menyebabkan berbagai informasi salah dan palsu berkembang. Salah satunya, klaim yang mengaitkan cacar monyet dengan efek samping vaksin Covid-19.

Dianggap Bagian dari Efek Samping Vaksin Covid-19

Berbagai penyakit yang belakangan mewabah di tengah pandemi selalu dikait-kaitkan dengan efek samping vaksin Covid-19. Namun, hingga kini belum ada bukti atas klaim tersebut.

Dalam bidang kesehatan, vaksin membantu meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit. Sehingga jika disebutkan vaksin malah menyebabkan beberapa penyakit, termasuk cacar monyet adalah hal yang keliru.

Bill Gates Dituduh Sebagai Dalang Cacar Monyet

Belakangan muncul teori konspirasi yang menyebutkan Bill Gates adalah dalang dari mewabahnya penyakit ini. Padahal faktanya, penyakit ini sudah ditemukan sejak 1970 silam di Afrika.

Setelah ditelusuri, tuduhan Bill Gates sebagai dalang penyebaran penyakit ini berawal dari pernyataannya tentang pentingnya bersiap menghadapi kemungkinan pandemi setelah Covid-19 di masa depan.

Klaim tentang Penyebaran Cacar Monyet

Muncul sebuah unggahan viral di Weibo—media sosial Cina—dengan pernyataan bahwa virus cacar monyet sengaja disebarkan Amerika Serikat. “Rencana AS untuk membocorkan virus cacar monyet yang direkayasa secara biologis,” tulis influencer nasionalis China, Shu Chang, yang memiliki 6,41 juta pengikut di Weibo.

Unggahan tersebut pun disukai oleh lebih dari 7.500 pengguna dan mendapat lebih dari 660 komentar. Dilansir dari Bloomberg, laporan kesehatan yang dilampirkan dalam unggahan tersebut ternyata hanya bagian dari reportase kegiatan organisasi non-pemerintah AS, Nuclear Threat Initiative. Di dalamnya berisi laporan kegiatan tahun 2021 tentang perencanaan biosekuriti yang kebetulan mencakup skenario pandemi cacar monyet.

Riset Penulisan Cek Fakta

Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan jaringan Cek Fakta yang terdiri atas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) sedang melaksanakan riset penulisan Cek Fakta bekerjasama dengan tim akademisi dari Universitas Media Nusantara. Riset ini dilakukan dengan, salah satunya, mengadakan survei.

Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang akurat serta input dari publik terkait dengan produk Cek Fakta, dari aspek format dan model distribusi. Hasil survei ini akan digunakan sebagai masukan perbaikan produk Cek Fakta agar publik membaca produk-produk cek fakta yang dihasilkan media jaringan Cek Fakta sebagai referensi melawan dis/misinformasi yang beredar di masyarakat.

Anda bisa berpartisipasi dengan mengisi survei di tautan berikut: Survei CekFakta



Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

Modus scamming untuk pencurian kredensial dan upaya monetisasi teramati menjadi lebih canggih dan terkoordinasi. Alfons Tanujaya dari Vaksincom mengungkap hal ini dengan menyodorkan satu contoh kasus yang diamatinya. Scamming tersebut masih aktif mencari para korban baru di Facebook, terutama pada akhir pekan: penandaan (tagging) konten porno dengan narasi ‘gadis idola di TikTok’. Lewat keterangan yang dibagikannya, Selasa 24 Mei 2022, dia menyebut scammer sudah setara dengan modus ransomware. Penipuan ini memang tidak sampai menerapkan metode Ransomware as a Services (RaaS), yaitu ada pembagian tugas yang jelas antara pembuat dan penyebar ransomware. Tapi modifikasi dalam scam ini ada pada coding situs porno pencuri kredensial. Coding dipersiapkan dengan cara yang relatif sama dan hanya alamat situsnya yang diubah-ubah. 

Siluet pengguna ponsel terlihat di samping layar proyeksi logo Facebook dalam ilustrasi gambar yang diambil 28 Maret 2018. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]

Sebuah penelitian terbaru dari Microsoft menyatakan malware botnet Linux yang dikenal sebagai XorDdos telah melonjak aktivitasnya sebesar 254 persen selama enam bulan terakhir. Botnet adalah jaringan perangkat komputer yang dibajak dan digunakan untuk melakukan berbagai penipuan dan serangan siber. Istilah “botnet” terbentuk dari kata “robot” dan “jaringan.” Perakitan botnet biasanya merupakan tahap penyusupan dari skema multi-layer. Bot berfungsi sebagai alat untuk mengotomatiskan serangan massal, seperti pencurian data, kerusakan server, dan distribusi malware.

Twitter mengumumkan kebijakan terbaru mengenai label misinformasi yang beredar di platformnya. Head of Safety and Integrity Twitter, Yoel Roth mengatakan, label ini akan muncul pada cuitan-cuitan yang dianggap melanggar kebijakan dan berpotensi membahayakan. Pada penerapannya yang pertama, Twitter mencoba memberi label atau notifikasi pada topik-topik perang bersenjata skala internasional. Label atau pemberitahuan kepada pengguna, akan ditempatkan pada tweet dengan konten yang melanggar kebijakan misinformasi krisis. Tampilan label akan ditempatkan di depan tweet, sebelum pengguna memutuskan untuk melihat konten tersebut.

Beberapa Proyek NFT Diserang Setelah Bot Penengah Perselisihan “Mee6” yang Biasa Digunakan Diretas. Bot Discord yang banyak digunakan oleh proyek NFT, terutama game yang sangat populer (dan baru-baru ini dilanggar) Axie Infinity, telah disusupi yang mengarah ke pesan penipuan yang diteruskan ke pengguna. Peretasan bot “Mee6”, yang digunakan untuk memoderasi saluran Discord, menyebabkan pesan penipuan diteruskan di komunitas ini. Caranya, peretas menyamar sebagai salah satu pendiri game dalam kasus insiden Axie Infinity.

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial sangat beragam. Namun, masih didominasi oleh isu politik terkait Rusia.

Ikuti kami di media sosial:

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus