Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NIGERIA
Jumlah penduduk: 154,7 juta jiwa
Luas negara: 923,768 kilometer persegi
Organisasi: Nigeria Football Federation, berdiri 1945
Keikutsertaan: 1994, 1998, 2002
Gelar terbaik: Juara Piala Afrika (1980 dan 1994), medali emas Olimpiade 1994, medali perak Olimpiade 2008
Victor Obinna paham benar arti kerukunan antarumat beragama. Gelandang sayap tim nasional Nigeria ini lahir dan tumbuh sebagai remaja di Jos, kota wilayah Nigeria tengah, yang punya potensi konflik antaragama yang tinggi. ”Maka pengurus liga sepak bola lokal pun mewajibkan setiap klub mencampur pemain Kristen dan Islam, agar mereka berbaur,” kata pemain yang kini merumput di Liga Spanyol bersama Malaga itu.
Jos terletak di perbatasan Nigeria utara mayoritas penduduknya memeluk Islam dengan Nigeria selatan, yang mayoritas Kristen. Di sini pada Ahad pekan lalu meletus kerusuhan di antara kelompok berbeda agama tersebut. Hingga pertengahan pekan lalu, korban jiwa mencapai 150-an orang dan tak kurang dari 3.000 orang mengungsi.
Dalam konflik itu, masing-masing menuduh pihak lain sebagai pemicunya. Yang Kristen menuduh anak-anak muda Islam menyerang gereja tanpa alasan. Sebaliknya yang muslim menuduh orang-orang Kristen menyatroni mereka yang tengah membangun permukiman setelah kehilangan rumah akibat konflik serupa dua tahun lalu. Sebagian lain memberikan kesaksian, konflik ini bermula dari saling ejek di antara dua suporter sepak bola yang tengah mendukung tim mereka masing-masing.
Di negara kawasan Afrika barat itu konflik antara muslim dan pemeluk Kristen bukan hal baru. Korban ratusan jiwa juga hal yang jamak. Dua agama besar menyekat mereka: Islam 50,5 persen dan Kristen 48,2 persen (jumlah antara Protestan dan Katolik hampir seimbang).
Ironi bagi dunia sepak bola Nigeria. Pasalnya, sehari sebelum kerusuhan Sabtu pekan lalu, Tim Elang Super—julukan kesebelasan Nigeria—menundukkan Benin dalam Piala Afrika 2010 di Angola. Setelah digebuk Mesir 1-3 dalam laga perdana, kemenangan atas Benin mengembalikan kepercayaan anak-anak asuhan pelatih Shaibu Amodu itu.
Gol kemenangan Nigeria tercipta dari tendangan penalti Ayegbeni Yakubu, gelandang beragama Islam yang bermain untuk Everton, klub Inggris. Hadiah penalti didapat setelah pemain Benin melakukan handball akibat sundulan kepala Peter Odemwingie, gelandang beragama Kristen yang berasal dari Lokomotiv Moscow, klub Rusia.
Menghabiskan sisa turnamen di Angola, pelatih Amodu dan para pemainnya memilih tidak membicarakan kerusuhan di Jos. Pada dasarnya, di antara pemain tim nasional tidak terdapat sekat perbedaan agama. Pemain seperti Ayila Yussuf, juga Yusuf Mohamed, berbagi ruang permainan dan kamar ganti tanpa beban dengan John Obi Mikel atau Obinna, misalnya.
Menurut Stephen Keshi, mantan kapten tim yang membawa Nigeria menjuarai Piala Afrika terakhir kali pada 1994, bila menyangkut sepak bola, tak ada lagi persoalan beda agama. ”Sama seperti di Brasil atau Kolombia, di Nigeria sepak bola adalah agama itu sendiri,” tuturnya.
Sepenggal kisah yang lantas melegenda terjadi pada 1967. Di tengah perang saudara yang menyelubungi Nigeria, megabintang Brasil, Pele, berkunjung ke Lagos, kota terbesar Nigeria. Untuk menghormati Pele, kedua belah pihak yang berperang bersepakat melakukan genjatan senjata selama 48 jam, tepat dua hari dua malam selama Pele di sana.
Presiden Umaru Yar’Adua sangat mengerti sosiologi masyarakatnya. Di sela masa pengobatan penyakit jantungnya di Arab Saudi, presiden berusia 58 tahun ini mengirim pesan lewat televisi kepada rakyatnya. Setelah menyampaikan kabar kesehatannya, Yar’Adua berucap, ”Saya berharap tim nasional kita menjuarai Piala Afrika di Angola dan berprestasi tinggi di Piala Dunia nanti.”
Sayang sekali, konflik di Jos keburu pecah sehingga harapan sang presiden agar perhatian rakyatnya berfokus ke sepak bola tak tercapai. Namun harapannya yang lain, yaitu agar Nigeria tampil baik di Piala Dunia Afrika Selatan 2010, mungkin saja terwujud.
The Super Eagles pernah memiliki catatan mengejutkan. Pada debutnya di putaran final Piala Dunia Amerika Serikat 1994, Nigeria langsung menggebuk Bulgaria 3-0. Dalam pertandingan kedua, mereka kalah 1-2 oleh Argentina setelah sempat unggul 1-0. Jay-Jay Okocha lantas menundukkan Yunani 2-0 sebelum dihentikan Italia 1-2 pada 16 besar.
Empat tahun berikutnya, Prancis 1998, Nigeria lagi-lagi sukses menembus 16 besar. Spanyol mereka tekuk 3-2, Bulgaria mereka lumat 1-0, Nigeria tampil sebagai juara grup meski kalah 1-3 oleh Paraguay dalam laga terakhir. Sayangnya, di 16 besar, Tim Elang Super tak kuasa mengatasi keperkasaan Denmark, yang membantai mereka 1-4.
Pelatih Amodu tentu saja ingin menyamai bahkan melebihi prestasi di kedua Piala Dunia itu. Dia tak ingin mengulang kepahitan di Korea Selatan-Jepang pada 2002, tatkala Nigeria cuma sekali seri dan dua kali kalah.
Pelatih berusia 51 tahun ini memiliki catatan yang unik. Sebelumnya dia telah tiga kali menangani tim Nigeria, yaitu pada 1994-1995, 1998-1998, dan 2001-2001. Amodulah yang membawa Nigeria lolos ke Korea-Jepang 2002. Tapi saat itu posisinya diganti menjelang putaran final akibat kegagalan di Piala Afrika 2002. Amodu adalah pelatih asli Afrika pertama yang sukses meloloskan tim dua kali ke Piala Dunia.
Mengandalkan bintang-bintang yang merumput di kompetisi Eropa, Amodu sukses melewati putaran pertama kualifikasi Piala Dunia zona Afrika dengan enam kemenangan dari enam pertandingan. Dalam putaran kedua, tim ini meraup tiga kali menang dan tiga kali seri, tanpa kalah. Kekalahan dari Mesir dalam laga perdana Piala Afrika sempat menaikkan isu agar Amodu diganti. Tapi Federasi Sepak Bola Nigeria menepis isu tersebut.
Menatap Afrika 2010, Peter Rufai, mantan kiper yang memperkuat Nigeria di Piala Dunia 1994 dan 1998, menitipkan satu usul. ”Selayaknya seperti dalam Piala Dunia sebelumnya, saya berharap para pemimpin Islam dan Kristen melakukan doa bersama demi suksesnya tim nasional,” kata Rufai. ”Itu akan menaikkan moral tim.” Obinna dan rekan-rekannya pasti menyetujuiusul tersebut.
Andy Marhaendra (AFP, Allafrica, Soccernet)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo