Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meksiko
Luas wilayah: 1.972.550 km2
Populasi: 111.211.789 jiwa
GDP 2009: U$ 1.563 triliun
Per kapita: US$ 14.534
Keikutsertaan: 1930, 1950, 1954, 1958, 1962, 1966, 1970, 1978, 1986, 1994, 1998, 2002 2006
Prestasi terbaik: perempat final 1970, 1986.
SENYUM Javier Aguirre terkembang bebas. Skor 2-0 atas Selandia Baru adalah kado indah bagi Aguirre untuk menghadapi Piala Dunia. Pelatih tim nasional Meksiko itu puas, meski kemenangan itu merupakan hasil pertandingan persahabatan di Pasadena Rose Bowl, California, 3 Maret lalu. Resep racikannya di lapangan berhasil menghancurkan Selandia Baru, yang juga akan bertanding di Piala Dunia 2010. Meksiko kini tak bisa dipandang sebelah mata.
Aguirre memang bangga terhadap penampilan para pemain mudanya yang diturunkan dalam pemanasan menjelang Piala Dunia. Ia pun punya banyak pilihan ketika menetapkan 23 orang pemain tetapnya pada 1 Juni 2010. Para pemain yang merumput di liga-liga Eropa akan melengkapi skuad inti. Dia percaya, racikannya yang memadukan pemain senior dan muda menjadikan Meksiko tim yang sangat dinamis.
Contoh dari gaya padu-padan Aguirre di lapangan adalah dengan menurunkan kembali pemain gaek berusia 36 tahun, Cuauhtemoc Blanco. Padahal Blanco si playmaker sudah resmi mengundurkan diri. Namun Aguirre bisa membuat Blanco sebagai panutan dan dinamo pemain muda seperti Guillermo Ochoa, Efrain Juarez, Andres Guardado, dan Giovani dos Santos. Kini mereka bersama bintang Barcelona, Rafael Marquez, menjadi tulang punggung serangan Meksiko. Aguirre pun berhasil membawa Meksiko mewakili zona Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF). Ini kedua kalinya ia membawa Meksiko tampil di Piala Dunia, setelah pesta bola pada 2002 di Jepang dan Korea Selatan.
Sebelum ditangani Aguirre, Meksiko adalah tim dengan ”warna kelabu”. Biarpun diasuh mantan pelatih Inggris, Sven-Goran Eriksson, tim Meksiko susah payah lolos ke Piala Dunia. Dalam putaran ketiga kualifikasi Zona Amerika Utara, Tengah, dan Karibia, Meksiko masuk Grup 2 yang berat, bersama Jamaika, Kanada, dan Honduras. Keahlian Eriksson tidak mampu mengangkat tim Meksiko, yang harus malu ditekuk Amerika Serikat 0-2 dan 1-3 oleh Honduras.
Aguirre adalah lelaki yang berangasan dan ceplas-ceplos. Orang mungkin belum lupa, pelatih Meksiko itu menendang pemain Panama, Richardo Philips, di tepi lapangan ketika sedang berlangsung pertandingan Piala Emas 2009. Setelah itu, ia meminta maaf kepada suporter, media, dan para pemain Meksiko, tapi tidak kepada Philips dan tim Panama. Ia pun terkena larangan mendampingi tim dalam tiga pertandingan.
Ketika masih menjadi pemain, Aguirre adalah gelandang yang ganas. Dia pernah mendapat kartu merah saat membela Meksiko melawan Jerman di Piala Dunia 1986. Namun dia menjamin tak akan menularkan keberangasannya ketika menjadi pemain saat kini berperan sebagai pelatih. ”Kami akan fokus mempersiapkan diri. Percayalah, kami akan meraih hasil yang hebat di Piala Dunia. Itu komitmen yang saya buat hari ini,” katanya.
Di luar urusan bola, Aguirre juga berani. Dia mengeluarkan komentar pedas atas situasi keamanan Meksiko yang memburuk belakangan. Ia mengatakan tingkat kekerasan dan kriminalitas yang tinggi di Meksiko membuatnya memindahkan anaknya ke Madrid, Spanyol. Ia juga menyatakan mungkin akan kembali melatih di klub-klub Eropa setelah memimpin Meksiko tampil dalam putaran final Piala Dunia 2010. Namun ia buru-buru meminta maaf atas pernyataannya tersebut.
Aguirre memang kontroversial. Tapi pelatih galak yang populer dengan julukan El Vasco itulah yang membangkitkan Meksiko. Para pemain Meksiko amat mendukung dia tatkala dia mendapat kecaman. ”Ia pelatih kami, pemimpin kami. Ia mungkin membuat kesalahan kecil dan kemudian didramatisasi,” kata Gerardo Torrado, yang kerap ditunjuk Aguirre menjadi kapten tim.
Nah, resep kebanggaan Aguirre—memadukan pemain tua dan muda—akan segera dibuktikan keampuhannya di ajang yang sesungguhnya. Tim Meksiko mendapat kehormatan menemani tim tuan rumah Afrika Selatan tampil dalam pertandingan pertama 11 Juni nanti. Meski di atas kertas kemampuan Meksiko lebih baik dibanding Afrika Selatan, faktor suporter tuan rumah dan beban mental tampil pertama menjadikan laga itu sebagai pertaruhan besar tim Meksiko. Do or die, bertahan atau mati, demikian prediksi para pengamat.
Toh, Aguirre yakin bisa melibas tim tuan rumah. ”Mereka memang berjuang dengan semangat karena didukung penonton.” Namun yang diperhitungkan sang pelatih adalah lawan mereka berikutnya, yaitu Prancis dan Uruguay. ”Prancis lebih punya kemampuan, baik secara individu maupun tim. Begitu juga dengan Uruguay,” katanya. ”Itulah mengapa permainan melawan Afrika Selatan menjadi penting, karena kami menanti momen untuk berhadapan dengan Prancis dan Uruguay.”
Prasetyo (dari berbagai sumber)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo