JUARA dunia Icuk Sugiarto masih memerlukan daya tahan yang lain
setelah Kopenhagen. Begitu turun di Halim Perdanakusumah, 13
Mei, dia langsung diarak dalam jip terbuka, berkilo-kilo meter
di sepanjang jalan protokol yang sesak dan dicemari asap mobil.
Semarang dan kota kelahirannya, Solo, juga mengelu-elukannya
dengan cara yang sama. Lelah, tapi Icuk yang besar di pematang
sawah itu, kelihatan tetap gembira dan hangat menyambut para
penyanjung.
Di Jakarta sambutan buat Icuk tidak semeriah untuk Rudy Hartono
maupun Iie Sumirat yang berjaya di All England dan berhasil
menundukkan jago-jago RRC, 7 tahun yang lampau. Tetapi Icuk
boleh mencatat, baru untuk dialah seorang menteri khusus datang
menyambut di lapangan terbang. Menteri Negara Pemuda dan Olah
Raga, Abdul Gafur, sengaja datang menyambut Icuk sebagai orang
yang berhasil mengembalikan pamor Indonesia dalam dunia
bulutangkis.
Hadiah-hadiah pun bagaikan pukulan rally yang tak putus-putusnya
satu demi satu bermunculan. Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
lewat Dewi Motik menghadiahkan kapling. Begitu juga pengusaha
real estate Hi Song Hiong dari Semarang.
Abu Rizal Bakrie, orang kuat dalam bisnis pipa dan pemilik klub
Pelita Jaya dimana Icuk bernaung, menghadiahkan kapling berikut
rumah seharga Rp 35 juta. "Saya tak mengira kalau akan disambut
seperti ini. Tak ada yang luar biasa pada diri saya," komentar
Icuk merendah menanggapi sambutan yang tumplek itu.
Memang sampai bulan Maret yang lalu dia bukan apa-apa. Di All
England belum sempat mencapai semifinal sudah dipermalukan
pemain kelas 3 RRC, Tian Biangyi. Kemudian muncul di Hongkong
Open dia dibikin tak bernapas oleh pemain top Cina, Han Jian.
Pulang ke Jakarta Icuk benar-benar tak berdaya. Dalam sebuah
latihan bersama Liem Swie King di Pelatnas dia sempat
muntah-muntah. "Saya tak tahan. Saya sudah jenuh. Berlatih dan
bertanding terus menerus," keluhnya.
Baru setelah penampilannya dalam duel meet Indonesia-Malaysia
pertengahan April di Bandung, dia menemukan kekuatan kembali.
Gelanggang itu memang dijadikan pimpinan PBSI untuk mengoreksi
kesalahan yang dibuat Icuk dalam All England. "Kesalahan Icuk
ketika itu, dia terlalu bernafsu menyelesaikan set kedua pada
saat Tian Biangyi sudah menurun daya tahannya. Ia melakukan
smash-smash beruntun padahal lawannya seorang pemain yang senang
menyambut pukulan macam itu. Akibatnya lawan yang meraih angka
demi angka," ulas pelatih Tahir Djide.
Icuk Sugiarto adalah tipe pemain bertahan. Dia adalah
kekecualian dari kecenderungan bulutangkis yang semakin mengarah
pada pola menyerang dengan mengandalkan kecepatan. Variasi
pukulan-pukulannya tidak terlalu banyak, terutama permainan bola
di depan net. "Posisinya akan goyah kalau Icuk bermain
menyerang," sambut juara sejati Rudy Hartono, ketua bidang
pembinaan PBSI.
Yang harus dikembangkan anak muda dari Solo itu justru bakat dia
sebagai pemain yang punya keterampilan tinggi dalam penempatan
bola yang dalam, dan memancing lawan untuk hanyut dalam gaya
permainannya. Dan kalau sudah hanyut Icuk yang berdaya tahan
istimewa itu tinggal mengocok lawan. Inilah sebenarnya yang
ditampilkannya ketika menundukkan Liem Swie King di Kopenhagen.
Icuk sendiri dengan rendah hati mengakui kepada TEMPO, bahwa
koreksi-koreksi setelah All England punya andil besar dalam
kejayaannya di Kopenhagen. "Saya lemah di bagian kiri. Kalau
bola dropshot saya sering terlambat mengembalikannya," katanya.
Sebagai pemain bertahan, diperlukan kemampuan menjangkau semua
titik di lapangan. Karena itulah Tahir Djide memberikan porsi
latihan daya tahan 2 kali lipat dibandingkan pemain lain. "Kalau
pemain lain berlatih lari 10 kali keliling dia diminta 20 atau
25 kali," kata Tahir.
Icuk memang memiliki daya tahan luar biasa di antara 200 peserta
yang tampil dalam kejuaraan dunia di Kopenhagen. Melihat Icuk
yang tak kenal lelah itu komite doping curiga dan, sampai dua
kali mengujinya. "Selama saya di bulutangkis baru satu kali ini
dalam sebuah kejuaraan seorang diperiksa sampai dua kali,"
cerita Tahir Djide, dosen IKIP Bandung yang sudah bertahun-tahun
melatih tim bulutangkis Indonesia.
Tampaknya pukulan mematikan merupakan kelemahan dari Icuk yang
lain. Ia tidak memiliki smash setajam King. Tetapi ini agaknya
merupakan kesalahan yang sudah telanjur dibawa dari klub Icuk
ketika masih di Solo. Sudut smash-nya jatuh di atas kepala dan
kurang condong ke depan. Membuat jalannya bola tidak tajam
menukik.
Tetapi seperti dikatakan Rudy memperbaiki beberapa kelemahan
stroke Icuk itu memerlukan waktu yang lama. "Saya sendiri merasa
terlalu cepat menjadi juara. Saya belum merasa sempurna.
Kekurangan saya masih banyak. Latihan stroke maupun teknik yang
diberikan Rudy Hartono baru 30%," kata Icuk tentang
perbaikan-perbaikan yang dilakukannya Rudy menjelang Kopenhagen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini