Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Pulangnya Aang Pendekar

Pendiri PD, RMS Dirjoatmodjo, 70 th, meninggal dunia. pengalaman dan perjalanan hidup almarhum.(or)

21 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KELUARGA besar perkumpulan silat Perisai Diri (PD) dipukul duka pekan kemarin. Pendiri sekaligus pendekarnya, Raden Mas Subandiman Dirjoatmojo, 70 tahun, meninggal 8 Mei malam. Ribuan murid dan bekas anak-didiknya -- banyak di antaranya dengan mata sembab karena tangis -- mengantar jenazah almarhum ke pemakaman Islam, Ngagel, Surabaya. Ia meninggal setelah beberapa lama menderita tumor yang menyerang lambungnya. Di kalangan pesilat, Pak Dirjo sudah merupakan merk paten. Dia mendirikan PD tahun 1955. Pertumbuhannya boleh dikatakan pesat. Dalam 3 tahun dia sudah punya anak buah di hampir semua kota Jawa Timur. Sekarang nama dan jurus-jurusnya malahan meloncat ke Negeri Belanda, Prancis, Italia, Kanada, AS, dan Australia. Menurut Javanese Silat, The Fighting Art of Perisai Diri, tulisan Quintin Chambers dan Donn F. Draeger, yang terbit di Tokyo tahun 1978, sekitar 70.000 orang menjadi pengikut PD. Perjalanan hidup Pak Dirjo mirip kisah seorang pendekar dalam buku silat. Cucu Pakualam IX ini merasa sumpek dalam tembok istana. Usia 16 tahun, setelah lulus HIK (SGA zaman Belanda) dia merantau ke Jawa Timur. Dia memutuskan berjalan kaki sepanjang hampir 400 km dari Yogya menuju Jombang. Di kota ini dia memperdalam silat pada Guru Hasan Basri. Dari Jombang dia merantau lagi ke Solo dan berguru pada Sayit Sahab dalam ilmu silat. Untuk memperdalam kemahirannya dla merangkak terus melewati perguruan-perguruan yang terdapat di Semarang dan Cirebon. Seperti merasa sudah sampai di tepi langit, Pak Dirjo kemudian menetap dan mendirikan perguruan silat Eko Kalbu (Satu Hati) di Banyumas. Di kota itu secara tak sengaja dia bertemu dengan gurunya yang paling besar: Yap Kie San. Orang ini merupakan tokoh persilatan dari Siau Liem Sie atau yang populer dengan sebutan aliran Shaolin. Sebagai tanda ikatan batin, sang guru menghadiahi Pak Dirjo sebuah pedang luar biasa tajam dan bermata dua. Tapi kemudian Gow Kon Keng seorang pesilat yang sejak lama mengincar pedang itu, akhirnya berhasil meminjamnya dari Pak Dirjo. Tapi bom telah melumatkan rumah Gow. Dan pedang yang dianggap berkhasiat itu hilang tanpa bekas. Pak Dirjo kemudian pulang ke Yogva. Bukan karena kemauannya sendiri. Ki Hiajar Dewantara, pamannya yang memutuskan begitu. Tokoh pendidikan itu membutuhkan si pendekar untuk mengajarkan silat di Taman Siswa. Pengalamannya yang panjang dan banyaknya perguruan yang dia singgahi membuat Pak Dirjo seorang pendekar komplit. "Ia menguasai 19 aliran. Mulai dari Cimande sampai Putri Sembahyang," ujar Noer Hasdianto, S.H., ketua umum PD seluruh Indonesia. "Dasar ajarannya adalah kecepatan. Dalam satu detik bisa bergerak dengan 2 gerakan," sambung Syaukat Ali, salah seorang muridnya, mahasiswa UGM Yogyakarta. Karena gerakan-gerakannya yang berkelebat begitu cepat, maka PD sulit disebutkan perhimpunan pencak silat. Karena tabuhan gendang sudah tak dapat meningkahi gerak dan pukulan si pesilat. Apalagi seperti disebutkan dalam Javanese Silat hampir semua sikapnya merupakan campuran dari gerak dan reaksi manusia dan binatang. Inilah barangkali daya pikatnya, hingga PD populer di kalangan anak muda dan mahasiswa. Di kalangan tentara terutama di Jawa Tengah jurus-jurus dari Pak Dirjo ini sampai-sampai menjadi pelajaran yang dianjurkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus