KEPERKASAAN petenis Martina Navratilova makin memudar. Dalam pengumpulan nilai yang dikeluarkan oleh Asosiasi Tenis Wanita Internasional (WITA), hingga akhir April lalu, Martina, 33 tahun, hanya menempati urutan keempat, setelah Steffi Graf, Gabriela Sabatini, dan Helena Sukova. Ia pun sudah merencanakan untuk menarik diri dari Turnamen Tenis Prancis Terbuka, akhir bulan ini. Tetapi, kehebatan juara 8 kali Wimbledon (1978, 1979, 1982, 1983, 1984, 1985, 1986, dan 1987) dan juara 4 kali Amerika Terbuka (1983, 1984, 1986, dan 1987) ini justru dibicarakan kembali. Itu berkat hasil analisa Ted Tinling, bekas wasit tenis internasional, yang diumumkan di majalah World Tennis terbitan Maret lalu. Tinling, lewat penelitiannya, memilih Martina sebagai petenis wanita terbesar abad ini. "Saya kira saya satu-satunya pengamat tenis yang mempunyai data lengkap tentang petenis wanita top dunia," ujar Tinling. "Saya sudah pernah menyaksikan penampilan mereka selama karir saya di lapangan tenis, sejak pertengahan 1920-an." Ada 20 petenis wanita dunia sejak era Suzanne Lenglen, juara 6 kali Wimbledon tahun 1920-an, sampai bintang tenis muda usia dari Jerman Barat Steffi Graf, juara turnamen Grand Slam 1988 dan pemegang medali emas Olimpiade Seoul, yang dianalisa Tinling. "Nama-nama itu saya pilih berdasarkan peringkat yang saya buat serta hasil kejuaraan yang saya amati," katanya. Seperti halnya pengamat tenis Geore Lott, yang memilih John McEnroe sebagai petenis terbaik abad ini (TEMPO, 25 Maret), Tinling juga menggunakan 10 kriteria dasar -- teknis dan non-teknis yang harus dimiliki oleh petenis tingkat dunia. Yakni serve, forehand, backhand, volley, overhead, baseline play, tennis brain, mental toughness, serta court coverage yang meliputi kelincahan, kecepatan, dan antisipasi. Tinling juga menggunakan angka 0 s/d 10 dalam menilai kemampuan itu. "Bedanya, saya memberikan nilai lebih bagi pemain yang mempunyai kelebihan khusus pada salah satu kriteria?" kata Tinling. Misalnya, nilai 11 bagi serve pertama Martina yang tiada bandingnya dan susah dikembalikan. Pukulannya itu bervariasi -- flat, twist, dan spin -- membuat ia mengungguli lawannya. Suzanne Lenglen juga memperoleh nilai 11 atas kelebihannya di kriteria court coverage. Sedangkan pukulan forehand Steffi Graf yang mematikan juga mendapat nilai 11. Martina, yang kini sudah menjadi warga negara AS, dilahirkan di Kota Praha, Cekoslovakia, dari keluarga pecinta tenis. Neneknya, Agnes Semanska, adalah juara kedua nasional Cekoslovakia sebelum Perang Dunia II. Ayahnya, penasihat ekonomi di sebuah pabrik, dan ibunya seorang pegawai kantor, keduanya administrator tenis. "Tiap hari ke lapangan tenis, dan saya selalu dibawa," tutur Martina mengenang masa kecilnya. Umur enam tahun, ia sudah mulai memegang raket tua warisan neneknya yang sedikit bengkok. "Sepanjang hari aku dilatih Ayah dengan penuh semangat," ujar Martina. Pertandingan pertama diikuti Martina ketika ia berusia 12 tahun. Prestasinya yang meningkat itu membuat pemerintah Cekoslovakia mengizinkan Martina bertanding di AS, 1973. Kehidupan Amerika ternyata merasuk ke jiwanya. Ia suka mengenakan jeans dan makanan khas Italia, Pizza. Federasi Tenis Ceko yang dikuasai pemerintah menuduhnya "menjadi terlalu Amerika". Martina lantas diminta menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu dan menghentikan tenis untuk sementara. Ketika ia berangkat lagi ke AS untuk ikut ambil bagian dalam Turnamen Forest Hill awal 1975, federasi tenis negaranya mempersulit izinnya. Martina pun sadar kebebasannya terancam. Akhirnya, September 1975, ia minta suaka melalui imigrasi di New York, seusai mengikuti suatu turnamen. Lahirlah seorang bintang baru di dunia tenis. Sebagai pemain kidal, kelebihan Martina terletak pada serve-nya -- baik pertama maupun kedua. Serve pertamanya mendapat nilai di atas sempurna, sedang serve keduanya mendapat angka 10. Nilai sempurna lain yang diperoleh Martina adalah pukulan volley, overhead, dan court coverage. Martina adalah pemain volley terbaik saat ini. Pukulan overhead smash Martina hanya bisa disaingi oleh ratu tenis 1970-an, Billie Jean King -- juara 6 kali Wimbledon, 3 kali juara Amerika Terbuka, dan juara Prancis Terbuka. Martina mampu melakukan smash dari berbagai sudut lapangan ke segala arah yang diinginkannya. Tidak jarang ia melatih pukulan smash-nya ini dengan berlatih bulu tangkis di musim dingin. Nilai 8 diperoleh Martina untuk kriteria mental loughness, tennis brain, dan baseline play. Angka itu wajar, karena dia merupakan pemain dengan gaya serve and volley, tidak seperti Chris Evert dan Suzanne Lenglen. Dengan jumlah nilai 93, Martina terpilih sebagai pemain terbesar abad ini. Ia hanya unggul tipis satu angka dari Suzanne Lenglen -- petenis legendaris asal Prancis yang jaya di tahun 1920-an -- yang mengumpulkan nilai 92. Sedangkan Steffi Graf, saingan Martina saat ini, harus puas di urutan kelima, dengan jumlah nilai 87. Dan Chris Evert, musuh bebuyutannya, hanya mendapat nilai 85 dan berada di urutan ketujuh. Sayangnya, Gabriela Sabatini, petenis ayu asal Argentina, tidak termasuk dalam pengamatan Tinling. Padahal Gaby panggilan akrab Sabatini -- mampu menundukkan Martina di semifinal turnamen tenis wanita di Florida, AS, awal April lalu. Dan kini Gaby menempati peringkat kedua dunia setelah Steffi Graf. Rudy Novrianto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini