SEKITAR 300 orang Argentina bersorak-sorai dan kemudian menari-nari. Di Stadion Nasional Tokyo Minggu siang pekan lalu, mereka, yang datang dengan membeli tiket pesawat dan karcis masuk sendiri itulah, wakil puluhan juta warga Argentina, yang kini bersuka ria menyambut sukses gemilang klub mereka, River Plate, merebut mahkota juara antarklub dunia: Piala Toyota. Di tengah suasana musim salju dan disaksikan sekitar 62.000 penonton Jepang serta puluhan juta pemirsa televisi di lima puluh negara, River Plate menundukkan klub Rumania juara Piala Champions 1985, Steaua, 1-0. "Sungguh, tahun ini tahun terbaik buat kami. Kami juara nasional, juara Amerika Selatan (Libertadores) dan kini juara dunia," kata Neri Alberto Pumpido, 28, kiper River Plate, seusai pertandingan. Tiga kemenangan beruntun tadi memang pantas membuat kubu River Plate berpesta. Dan setelah pencetak gol Antonio Alzamendi, yang mendapat bonus sebuah mobil sedan Toyota karena terpilih sebagai pemain terbaik -- agaknya, mereka perlu memberikan penghargaan juga buat bintang: Pumpido dan dua rekannya yang kini tercatat sebagai anggota tim nasional Argentina. Sebab, sebelumnya, "Bersama Hector (Enrique, pemain tengah) dan Ruggeri (Oscar, pemain belakang), kami juga sudah ikut membawa Argentina menjadi juara Piala Dunia 1986," tambah Pumpido dengan wajah cerah. Bisa merebut Piala Toyota, berikut hadiah uang sekitar Rp 19 juta, inilah sukses terbesar yang pernah diperoleh River Plate. Dan juga sepak bola Argentina. Sebab, sejak sepak bola dimainkan di negeri itu, sekitar seabad lalu, ini yang pertama kali mereka bisa merebut dua supremasi sepak bola dalam setahun. Maka, wajar jika penyambutan gegap gempita diberikan para penggemar bola di Buenos Aires ketika rombongan tim River Plate tiba pekan ini ibu kota Argentina itu. Maklum, buat River, ini pula yang pertama mereka tampil sebagai juara antarklub dunia. Dan itu menjadikan mereka klub kelima Argentina yang pernah menjadi juara dunia. Empat klub lainnya ialah Racing (juara 1967), Estudiantes de la Plata (juara 1968), Independiente (juara 1973 dan 1984), dan Boca Juniors (juara 1977). Kejuaraan antarklub dunia -- yang diperebutkan oleh juara antarklub Eropa dan juara antarklub Amerika Latin -- dimulai sejak 1960 dan diadakan berpindah tempat, antara Eropa dan Amerika Latin. Tapi, sejak 1980, penyelenggaraannya dipindahkan ke negeri netral di Asia. Dan kebetulan perusahaan mobil Toyota, Jepang, mau mensponsori dengan menyediakan piala bergilir dan hadiah uang. Maka, kepada merekalah penyelenggaraan kejuaraan ini diserahkan FIFA. Sejak kejuaraan di Tokyo, ada tujuh klub, satu dari Eropa (Juventus, Italia) dan enam klub dari Amerika Latin (masing-masing dua dari Uruguay, Brasil, serta Argentina) yang berganti-ganti menjadi juara. Dari Argentina, Independiente merupakan klub pertama yang menggondol Piala Toyota. Mereka menumbangkan klub Inggris, Liverpool, di final 1984 lalu. Kehormatan itu kini disamai rival bebuyutan mereka, River Plate, yang tampil sebagai juara Libertadores setelah menundukkan klub America dari Kolumbia di pertandingan akhir. Ada sekitar 20 klub Divisi Satu dari pelbagai negeri Amerika Latin bertarung memperebutkan gelar yang dipertandingkan dengan sistem home and away itu. River tampil sebagai juara sesudah mengumpulkan angka tertinggi setelah mempecundangi America, 2-1 di Kolumbia dan 1-0 di kandangnya. Klub ini didirikan oleh sejumlah pemain bola Inggris pada 1901. Mereka ini, waktu itu, ketika Argentina masih dijajah Inggris, kebanyakan pekerja di jawatan kereta api di Buenos Aires. Dalam sejarah sepak bola Argentina, kendati baru 3 kali juara nasional (1966, 1975, dan kini 1986), River tercatat sebagai klub tangguh di antara 20 klub top yang ada di negeri itu. Mulai di kejuaraan nasional amatir dan pada kejuaraan Divisi Satu, klub itu ikut terjun di sepak bola profesional yang di negeri itu dimulai 1931. Klub ini juga tercatat sebagai klub yang paling sering mencetak pemain yang kemudian ditarik jadi pemain nasional. Malah River tercatat pernah melahirkan beberapa pemain terkenal. Misalnya Alfredo di Stefano, yang kemudian pindah ke klub Real Madrid, Spanyol. Pemain ini pula tercatat, bersama beberapa temannya di antaranya Puskas, yang mengorbitkan Real Madrid menjadi kampiun kejuaraan antar klub dunia yang pertama, 1960 silam. Sayangnya, River kurang begitu berhasil dalam merebut gelar juara Amerika Latin. Dua kali mereka gagal merebut Piala Libertadores. Tahun 1966 diganjal Boca Juniors, Argentina, dan pada 1976 ditaklukkan Penarol, Uruguay. Sekarang, "Kami menang, karena pemain kami lebih pintar dari lawan. Kami memanfaatkan kelengahan anak-anak Rumania (Steaua) yang asyik menyerang," kata Hector Veira, manajer River. Buat Steaua -- artinya dalam bahasa Rumania, bintang -- klub milik angkata bersenjata Rumania yang bermarkas di Bukares itu, kekalahan ini betul-betul pil pahit. Sebab, kalau tidak, setelah tampil sebagai klub Eropa Timur pertama yang menjuarai Piala Champions 1985 lalu, maka mereka pulalah tim blok Timur pertama yang jadi juara dunia. Steaua rupanya belum jadi bintang terang. M.S. Laporan Seiichi Okawa (Tokyo) & kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini