Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

30 Juta Demi Valhenburg

Tim Indonesia dalam olimpiade bridge 1980 di Valhenburg keluar sebagai juara ketiga bersama norwegia. mereka dipersiapkan dua tahun dengan biaya rp 30 juta.

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"KALAU tidak nomor satu, ya nomor dua," kata Amran Zamzani mengenai harapan tim Indonesia dalam Olimpiade Bridge 1980. Tekad pimpinan tim nasional itu dilontarkannya ketika Indonesia memenangkan kejuaraan bridge Timur Jauh di Tokyo, Desember 1979. Tapi kemudian Amran menurunkan ramalannya. "Kita boleh berharap setinggi langit, tapi keputusan terakhir ada di tangan Tuhan," ucapnya menjelang keberangkatan tim. Hasilnya lumayan dalam Olympiade Bridge di Belanda, yang diikuti 58 negara dan berlangsung antara 27 September sampai 11 Oktober lalu, ternyata Indonesia menjadi juara ketiga bersama Norwegia. Namun prestasi itu menurut Ketua GABSI (Gabungan Bridge Seluruh Indonesia), Wisnu Djajeng Minardo "memuaskan". "Dulu, dengan pemain tangguh Manoppo Bersaudara, kita, baru mencapai 14 Besar Juara Bridge Dunia," katanya kepada TEMPO di rumahnya. Wisnu kembali ke Indonesia Kamis pekan lalu setelah melihat sendiri tim Indonesia lolos sebagai 8 besar ke semi final. Wisnu menganggap, "dengan prestasi itu dunia kini sudah dapat menilai sampai mana kepintaran otak manusia Indonesia dalam olahraga." Sampai hari-hari terakihir menjelang dimulainya Olympiade Bridge yang berlangsung di kota pegunungan, Valkenburg, pemain Indonesia masih dianggap pemain kampungan dan kotor oleh kalangan pers. Harian Belanda De Telegraf, misalnya menulis "sepeser pun tak ada orang bersedia bertaruh bagi tim (Indonesia) yang linglung," kutip Wisnu. Kantor berita Reuter juga memberi komentar bernada minir, tambahnya. Kode Selama pertandingan, Indonesia selalu bermain wajar. "Tidak seperti pemain-pemain prof Italia, juara dunia selama 13 tahun. Soal kecil saja mereka protes untuk menjatuhkan mental lawan," cerita Wisnu. "Tapi justru mungkin karena bermain wajar, mau yang safe saja, Indonesia tak berhasil mengalahkan Amerika Serikat," tambahnya. Prancis, juara Olympiade ini, kabarnya mengalahkan juara II AS dengan spekulasi berani melakukan penawaran Grand Slam, padahal satu kartu As ada di tangan AS. Untuk menghadap Olympiade ini persiapan GABSI tidak tanggung-tanggung. Para pemain Hengky Lasut, Max Agouw, Ferdy Waluyan, Denny Sacul, Munawar Samiruddin dan Yassin Wijaya praktis sudah dibina selama dua tahun. Tidak hanya energi, waktu, pikiran, juga uang lebih Rp 30 juta sudah dikeluarkan untuk itu. Singkatnya, tim Indonesia dikirim tidak untuk sekedar mencari pengalaman, tapi untuk menjadi juara. Kelemahan tim Indonesia antara lain karena para pemain inti Max Agouw dan Ferdy Waluyan merosot fisiknya oleh cuaca 10ø C di sana. "Gejala kedinginan sudah tampak sejak awal, karena pada upacara pembukaan, pemain dibiarkan berdiri dalam gua di daerah pariwisata di pegunungan Valkenburg. Sedangkan dalam pelatnas di Jakarta, mereka cuma berada dalam kamar ber-AC sejak pukul 2 siang hingga larut malam. Pengaturan penonton, yang tidak diberi jarak yang lapang dari pemain juga dianggap merugikan tim Indonesia. "Itu mengganggu konsentrasi. Penonton juga mungkin memberi kode kepada tim yang didukungnya," kilah Wisnu pula. "Suasana tidak sebagus di Kejuaraan Timur Jauh," tambahnya. Prestasi tim wanita Indonesia jauh di bawah tim pria. Mereka cuma menempati urutan ke-24 dari 27 negara peserta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus