LETJEN (Marinir) Ali Sadikin, 53 tahun, tak banyak berubah.
Bicara ceplas-ceplos. Yang berbeda -- dibandingkan sewaktu
menjabat Gubernur DKI Jakarta, tiga tahun lampau-barangkali cuma
soal jam kerja. Dulu ia sudah meninggalkan rumah menuju kantor
jam 06.30. Sekarang agak siang, sekitar jam 08.00. Selain
mengurus PSSI, dan berpolitik, ia sibuk bergerak di bidang
perkapalan dan asuransi. Berikut ini petikan percakapannya
dengan Herry Komar dari TEMPO di kantornya sekarang di Lantai
17, Gedung Arthaloka, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, sesudah
menonaktifkan diri di PSSI pekan lalu.
Apa yang anda kerjakan selama tiga tahun di PSSI?
Saya baru meletakkan dasar-dasar bagi organisasi. Waktu menerima
jabatan ketua umum, dulu, saya tak diwarisi apa-apa. Semuanya
nol. Sekarang roda organisasi sudah berputar dari pusat sampai
ke daerah. Tinggal menyempurnakan saja lagi.
Bagaimana dengan pembinaan
Pembinaan telah dilaksanakan secara fundamental. Lihat saja,
misalnya, pembinaan sepakbola remaja. Umumnya sudah berjalan.
PSSI sudah pula mengadakan kerjasama dengan Departemen P&K
mengenai sepakbola pelajar. Hingga lahir diklat (tempat
pendidikan dan latihan) Ragunan dan Salatiga yang diisi oleh
pelajar SMA. Dan saya luga telah menyiapkan tim junior yang akan
diterjunkan dalam Kejuaraan Sepakbola Junior Asia di Manila, 29
November s/d 12 Desember. Selain itu telah pula diletakkan dasar
kompetisi dengan orientasi klub. Maladi dan Kosasih
(Purwanegara,) sudah lama berharap bisa melaksanakannya. Tapi
tak kesampaian. Baru terlaksana dalam kepengurusan saya. Juga
soal Galatama.
Bagaimana dengan prestasi
Untuk membikin pemain yang baik dibutuhkan waktu lama. Menurut
suatu survei internasional, diperlukan tempo tujuh sampai
delapan tahun. Buat tingkat nasional, menurut litbang
(penelitian dan pengembangan) PSSI, ya, sekitar lima atau enam
tahun. Masalahnya adalah masalah teknis.
Waktu menerima jabatan ketua umum dulu anda diwarisi kas yang
defisit. Sekarang bagaimana?
Saya berusaha untuk tidak ada utang.
Dari mana dapat dana? Itu soal saya.
Kompetisi di daerah ternyata tak seluruhnya berjalan lancar.
Mengapa?
Itu tanggungjawab perserikatan. PSSI sudah memutuskan setiap
perserikatan yang tidak memenuhi kewajibannya, terutama memutar
roda kompetisi, tak bakal diperkenankan ikut kongres. Ini untuk
mendidik. Bukan mematikan. Buat apa perserikatan menentukan
nasib PSSI kalau perserikatan itu sendiri tidak memenuhi
kewajiban yang fundamental. Bagi saya untuk apa punya ratusan
perserikatan, kalau hanya nama. Lebih baik punya puluhan, tapi
betul-betul estab lished.
Siapa calon yang tepat untuk Ketua Umum PSSI? Saya tidak mau
ngomong soal itu.
Apakah lahirnya Undang-Undang mengenai Suap merupakan usaha
PSSI?
Siapa lagi kalau bukan PSSI. Kalau tidak ada suap di PSSI tak
akan ada Undang-Undang mengenai suap.
Apakah anda puas dengan hasil yang dicapai selama di PSSI?
Ya, saya merasa puas. Karena saya telah meletakan dasar-dasar
di PSSI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini