Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Adu Jitu di Duel Udara

Pertama kali dilombakan dalam Asian Games, paralayang diharapkan menjadi pundi emas kontingen Indonesia. Diperkuat para pilot kelas dunia.

25 Maret 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Adu Jitu di Duel Udara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Radio komunikasi yang tersemat di bahunya bergemeresik tatkala Rika Wijayanti menggelar gulungan besar parasut di atas tanah berumput berlapis jaring hitam. Dia memeriksa ulang tali-temali parasut dan sabuk pengaman di tubuhnya. Begitu mendapat kode aman, Rika menarik parasut hingga mengembang di udara, lalu berlari menuruni landasan berujung tebing curam. Dalam hitungan detik, dia membubung tinggi meninggalkan puncak bukit teh Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat.

Sekitar semenit setelah Rika melayang pergi, para pilot-sebutan untuk pengemudi paralayang-lain yang antre bergerak maju. Melakukan prosedur persiapan yang sama, mereka meluncur satu per satu meninggalkan landasan di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut itu. Perlu waktu 3-5 menit hingga akhirnya semua pilot menjejakkan kaki pada target pendaratan di kaki bukit.

Latihan melayang sudah digelar sejak pukul delapan pagi. Dimulai dengan persiapan menggelar parasut, meluncur dari landasan, mendarat, hingga kembali lagi mendaki tangga batu menuju puncak bukit, sesi latihan itu selesai dalam empat jam. Selama itu pula Rika sudah enam kali bolak-balik terbang. Aktivitas itu kembali dilakukan setelah makan siang hingga petang. "Meski cuma latihan, dikerjakan seperti sudah kompetisi," kata Rika kepada Tempo saat jeda latihan, Senin pekan lalu.

Rika dan rekan setimnya tengah menjalani pemusatan latihan nasional untuk Asian Games XVIII pada 18 Agustus-2 September 2018. Inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah Asian Games, olahraga udara itu dipertandingkan. Ada dua kategori lomba yang disiapkan, yaitu ketepatan mendarat dan lintas alam. "Kita punya keunggulan di kategori ketepatan mendarat," ujar pelatih kepala Gendon Subandono.

Olahraga paralayang berkembang di Indonesia sejak awal 1990. Pelopornya adalah Kelompok Terjun Gunung Merapi, Yogyakarta, yang dibentuk Gendon dan rekannya, Dudy Arief Wahyudi. Menggunakan parasut buatan Prancis tahun 1987, mereka berlatih sendiri. Tiga tahun kemudian, Dudy meninggal akibat kecelakaan saat berlatih di kawasan Parangtritis, Yogyakarta.

Meski ekstrem, olahraga yang mengandalkan aliran angin ini terus berkembang. Peraturan keselamatan terbang pun dilengkapi. Sejumlah kejuaraan diadakan sepanjang 1990-an. Baru pada 2000, untuk pertama kalinya paralayang diperlombakan di Pekan Olahraga Nasional, yakni dalam PON XV di Surabaya. Sejak itu, pamor paralayang terus melejit. Banyak pilot asing yang menjajal terbang di Indonesia dan menularkan ilmunya kepada pilot-pilot lokal.

Popularitas paralayang sebagai olahraga dan rekreasi membantu menelurkan banyak pilot andal. Uniknya, sebagian besar pilot memulai kariernya sebagai caddy paralayang alias tukang angkut atau pelipat parasut. "Ketika ada yang potensial dan serius, kami bantu untuk berlatih," ujar Gendon.

Roni Pratama, salah satu pilot paralayang, dulu mempelajari olahraga ini secara otodidaktik. Dia sering menonton atraksi paralayang di kawasan Batu, Jawa Timur, yang dekat dengan rumahnya. "Iseng bantu melipat parasut," kata Roni. "Saya belajar terbang dengan parasut sejak kelas II SMP."

Roni adalah satu dari 18 pilot yang direkrut menjalani pelatnas di Gunung Mas. Jumlah ini nantinya akan dikerucutkan menjadi 12 orang dengan formasi 7 pilot laki-laki dan 5 pilot perempuan. Pelatnas dilakukan di Gunung Mas karena lokasi ini akan menjadi venue perlombaan paralayang Asian Games. "Alur penerbangan dalam latihan dirancang mendekati versi lombanya," ujar Gendon.

Demi debutnya di Asian Games, tim pelatnas Indonesia sudah bersiap sejak Januari lalu. Sebagian atlet bahkan ikut bertanding dalam Piala Asia Lintas Alam Paralayang pada Agustus 2017. Ajang itu diplot sebagai simulasi perlombaan di Asian Games. "Tuntutan prestasi di Asian Games jelas ada. Itu yang membuat anak-anak makin bersemangat," kata Gendon.

Paralayang menjadi cabang non-Olimpiade yang diandalkan meraih medali emas oleh kontingen Indonesia. Federasi Aero Sport Indonesia (FASI), induk olahraga paralayang, mengincar setidaknya dua emas dari enam nomor paralayang yang dilombakan. "Melihat kemampuan para pilot, yakin target itu tercapai," ujar juru bicara FASI, Tagor Siagian.

Sebagai tuan rumah Asian Games, Indonesia mengincar masuk sepuluh besar klasemen perolehan medali. Indonesia pun menargetkan meraup 16-20 emas. Gendon yakin paralayang bisa membantu mendongkrak perolehan medali. "Prestasi dan posisi Indonesia di panggung kompetisi paralayang dunia menjadi tolok ukurnya," kata Gendon.

Sejauh ini, kategori ketepatan mendarat menjadi andalan Indonesia. Dalam kategori ini, pilot yang mendarat paling dekat dengan titik target berpeluang besar menjadi pemenang. Ini jelas perkara sulit mengingat para pilot harus mengalkulasi arah dan kecepatan angin serta posisi dan jarak parasut ke target. "Nilai nol yang terbaik, pilot mendarat tepat di atas target," ujar Rika.

Di kategori lintas alam, para pilot berlomba melayang mengikuti rute yang ditentukan. Jaraknya bisa mencapai ratusan kilometer. Juara pada kategori ini adalah pilot yang bisa mencapai garis akhir paling cepat. "Balapan dimulai serentak ketika semua pilot sudah di udara," kata Roni, yang pernah melayang lebih dari lima jam saat mengikuti kompetisi lintas alam di Australia, Februari lalu.

Lima tahun berturut-turut sejak 2010, gelar juara dunia putri di kategori ketepatan mendarat selalu direbut Indonesia. Pilot asal Kalimantan Timur, Lis Andriana, bahkan mencetak hat-trick menjadi juara dunia pada 2012, 2013, dan 2014.

Di Asian Beach Games 2008, Indonesia merebut tujuh dari delapan emas di cabang paralayang. Di SEA Games XXVI Jakarta-Palembang 2011, tim paralayang menyumbangkan sepuluh emas. Indonesia juga mendapatkan tiga emas untuk ketepatan mendarat dalam Kejuaraan Dunia Paralayang di Quebec, Kanada, tahun lalu.

Februari lalu, Rika juga membawa pulang medali juara ketepatan mendarat dari Seri I Piala Dunia Paralayang. Kompetisi yang digelar di Turki itu diikuti pilot dari sebelas negara. "Agak grogi di awal karena melawan banyak pilot top," ujar Rika, juara dunia paralayang putri 2017.

Rika kini menempati peringkat ketiga dunia untuk kategori ketepatan mendarat di kelompok putri, yang berisi 254 pilot. Peringkat pertama ditempati pilot Republik Cek, Marketa Tomaskova, disusul wakil Thailand, Nunnapat Phuchong. Total ada empat perempuan Indonesia dalam sepuluh besar pilot putri dunia.

Para pilot Indonesia juga merajai kategori ketepatan mendarat kelas umum dunia. Meski baru berusia 21 tahun, Roni sudah menempati peringkat pertama dalam daftar berisi 2.077 pilot tersebut. Rekan senegaranya, Thomas Widyananto dan Jafro Megawanto, menempati peringkat kedua dan ketiga. Dari 20 pilot terbaik dunia dalam daftar itu, 14 di antaranya orang Indonesia.

Di luar prestasi para pilot, Indonesia kerap menjadi tuan rumah kejuaraan dunia. Semua catatan itu, kata Tagor, membantu FASI meyakinkan Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Dewan Olimpiade Asia agar memasukkan paralayang ke Asian Games. "Awalnya, cabang Olimpiade yang diprioritaskan. Akan kami buktikan paralayang juga mampu," ujarnya.

Meski Indonesia diperkuat para pilot kawakan, persaingan paralayang Asia cukup ketat. Di sejumlah negara, paralayang menjadi olahraga populer dan mereka memiliki tim kuat. Thailand, Cina, Korea Selatan, dan Jepang adalah pesaing terkuat Indonesia di kategori ketepatan mendarat. Adapun di lintas alam, Nepal dan India yang menjadi unggulan. "Kondisi alam di sana sangat mendukung untuk kategori ini," kata Gendon.

Gabriel Wahyu Titiyoga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus