Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kostum kesebelasan nasional Selandia Baru langsung dikibar-kibarkan Winston Reid begitu sundulan kepalanya membuahkan gol ke ga wang Slovakia pada injury time. Laga di Rustenburg, Afrika Selatan, pada pertengahan bulan lalu itu berakhir 1-1. Stopper berusia 22 tahun ini tak menghiraukan hukuman kartu kuning akibat mencopot kaus. Hasil seri membuat Negeri Kiwi beroleh poin pertama sepanjang sejarah Piala Dunia.
Rakyat Selandia Baru tentu melonjak-lonjak gembira. Peter Kelly, agen pemain dari Australia, melihat dari sisi bisnis. ”Bila Anda mencetak gol seperti itu di sebuah turnamen penting, semua pemandu bakat pasti berdiri dari kursinya dan segera mengambil buku catatan. Harga Reid melambung.”
Inilah dunia lain Piala Dunia: tampil apik untuk menarik perhatian para pemandu bakat. Sebaliknya, dari sisi para talent scout, ajang akbar empat tahunan ini adalah kulminasi untuk memastikan kualitas pemain-pemain yang semula masih meragukan. Para pemburu bintang ini pasti telah memiliki rekam jejak Reid sebelumnya. Namun, bagi yang tertarik, gol Reid ke gawang Slovakia itu kian menunjukkan kualitas pemain bertinggi badan 190 sentimeter ini.
Reid berasal dari Selandia Baru, negara di Oseania yang 90 persen warganya cuma menggemari rugbi dan cuek terhadap sepak bola. Selama lima musim terakhir, dia merumput di kompetisi yang tak populer, Liga Denmark. ”Salah satu alasan saya bermain di Piala Dunia adalah mencari perhatian klub-klub besar,” ungkapnya. ”Saya merasa siap mencoba tantangan yang lebih besar daripada di klub FC Midtjylland.”
Reid tak tahu berapa banyak pemandu bakat yang menyebar di Afrika Selatan selama Piala Dunia. Dia juga tak tahu tempat duduk mereka di stadion. Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) pun tak tahu karena para pemandu bakat tak terdaftar resmi, kecuali yang merangkap sebagai agen. Mereka memasuki stadion layaknya penonton biasa.
Sebagai gambaran, AC Milan dan Inter Milan mengirim utusan ke Afrika Selatan untuk mengamati perkembangan terakhir sekaligus melakukan pendekatan terhadap Bastian Schweinsteiger. Kedua klub Italia yang bertetangga ini berebut gelandang Jerman dari klub Bayern Muenchen itu.
Pelatih dan ketua departemen pemandu bakat Arsenal, Arsene Wenger dan Steve Rowley, berada di Afrika Selatan sebulan penuh. Tentu saja mereka dibantu sepasukan anak buah. Pelatih Blackburn Rovers, Sam Allardyce, juga sibuk menjaring bakat.
Pemilik Chelsea, Roman Abramovich, dan para pembantunya tak ketinggal an. Belum lagi orang seperti Martin Keown, yang hadir sebagai analis untuk BBC sekaligus pemandu paruh waktu untuk Arsenal. Dan agen asal Israel, IMScouting, yang memiliki 60 talent scout dan punya klien sebanyak 180 klub, juga pasti sibuk selama kejuaraan.
Banyak pengendus bakat ini yang berangkat ke Piala Dunia berombongan dengan rival mereka dan duduk berdam pingan di stadion. ”Namun sangat be risiko kalau kami harus berbagi informasi,” kata Damien Comolli, direktur pemandu klub Prancis, St. Etienne. ”Selama bekerja, Anda harus menjadi pe nyendiri.”
Comolli telah berkali-kali menjadi pengendus pada Piala Dunia. Sebelumnya, dia melakukan tugas semacam ini untuk dua klub asal London, Tottenham Hotspur dan Arsenal. Di Afrika Selatan, Comolli menonton 12-13 pertandingan dalam sepuluh hari. ”Di sela pertandingan, saya menghabiskan waktu di hotel sambil mencari informasi apa pun dan menuliskan laporan tentang setiap pemain yang saya incar.”
Tentu saja, para pengendus ini tidak berangkat ke Afrika Selatan dengan kepala kosong. ”Bila Anda pergi ke Piala Dunia dan berharap menggali seorang ‘Wayne Rooney’ baru, Anda telah ketinggalan bus,” kata chief scout klub Aston Villa, Ian Storey-Moore, ber amsal. ”Kecuali para pemain Korea Utara, semua pemain dari semua tim sudah diketahui rekam jejaknya sejak sebelum bola ditendang.”
Para pengintip ini telah memiliki catatan lengkap sebelumnya. Mereka mendapatkannya dari jaringan klub yang tersebar di seluruh dunia. Bila tidak, data dari agen semacam IMScouting juga bisa diandalkan.
Agen yang berbasis di London, The Scouting Network (TSN), juga menawarkan suplai data yang tak kalah lengkap. ”Klub tinggal meminta kami mengecek rekomendasi yang mereka dapat dari agen atau informasi dari DVD,” kata Manajer TSN Paddy Connolly. Perusa haan ini langsung mengirim seorang pemandu untuk mempelajari si pemain, dan prestasi lengkap pun segera didapat.
Data semacam itulah yang dibawa pemandu ke Piala Dunia dan mereka tinggal mencocokkannya dengan te muan di lapangan. Karena keterbatas an dana, klub promosi Liga Inggris, West Bromwich Albion, memilih mengamati pemain lewat tayangan langsung. Namun, untuk klub sebesar Manchester United, Jim Lawlor berkata, ”Pencarian pemain paling baik tetap lewat peng amatan langsung. Kami mengirim sejumlah anggota staf ke sana.”
Tentu saja mereka tak akan memusatkan perhatian kepada pemain sekelas Lionel Messi, Kaka, atau Cristiano Ro naldo. Kemampuan ketiga bintang itu tak perlu lagi dinilai. Piala Dunia adalah ajang untuk memastikan kemampuan pemain yang belum begitu terkenal.
”Semua pemandu mengenal kemampuan pemain yang mungkin belum populer di mata publik,” kata Ori Cooper dari IMScouting. Anthony Annan, gelandang muda Ghana, misalnya, telah dikenal di kalangan pemandu bakat, tapi mereka masih perlu memastikan apakah kemampuan Annan masih hebat di Piala Dunia. Begitu pula dengan Luis Suarez, striker Uruguay yang bermain untuk klub Ajax dan pencetak gol terbanyak di Liga Belanda. Suarez ternyata tetap bersinar di Piala Dunia.
Dua pemain muda Jerman, Mesut Oezil dan Thomas Mueller, bisa menjadi contoh yang baik. Belasan kali pemandu bakat Barcelona di bawah pimpinan Pepe Boada menghadiri pertandingan Oezil bersama Werder Bremen di Liga Jerman. Penampilan Mueller dengan klubnya, Bayern Muenchen, juga kerap ditonton pemandu bakat dari klub-klub Italia atau Spanyol.
Kegemilangan keduanya di Afrika Selatan menguatkan rekomendasi pemandu bakat kepada klub mereka untuk segera menggaet Oezil atau Mueller. Bila mereka tidak cepat, harga bintang dadakan semacam ini bisa melambung lebih melangit. ”Harga Mueller (yang mencetak satu gol ke gawang Argentina dan dua gol ke gawang Inggris) sekarang melonjak tiga kali lipat,” kata Pius Minder, agen pemain dari Swiss. ”Tak seorang pun di Bayern yang akan mengangkat telepon bila ada orang menawar Mueller dengan harga 10 juta euro (sekitar Rp 114 miliar).”
West Bromwich Albion mencari cara yang mudah dan murah. Selain tak mengirim pemandu bakat ke Piala Dunia, klub Inggris ini cuma berniat menggaet pemain dari negara sekelas Slovenia, Slovakia, atau Cile. Sedangkan Stoke City cuma mengincar pemain muda dari empat tim Afrika. Harga target kedua klub itu mungkin masih murah.
Blackburn termasuk beruntung. Pe latih Sam Allardyce memiliki hubungan dekat dengan manajer perlengkapan tim Selandia Baru. Namanya Matt Hockin, yang pernah menjadi petugas pendamping pemain di Blackburn. Hockin memasok informasi ke Allardyce soal siapa dan bagaimana Winston Reid. Hockin juga melakukan pendekatan khusus agar Reid mau bergabung dengan Blackburn. Ia bertindak sebagai pemandu bakat tak resmi.
Itu bisa membuat pelatih Arsenal, Wenger, gigit jari karena gagal mendapatkan Reid, yang juga dia incar. Meski Reid tampil gemilang, harganya tak akan lebih dari sepersepuluh harga Mueller. Tak lama lagi Reid bermain di kompetisi impiannya, Liga Inggris.
Andy Marhaendra (Soccernet, FIFA, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo