MUANGTHAI Iebih beruntung dari pada Indonesia. Federasi SEA Games yang bersidang di Singapura, 28 April,akhirnya memutuskan negara yang sedang diamuk peperangan di perbatasannya itu menjadi tuan rumah pesta olah raga negara- negara Asia Tenggara ke-13. Semula, Brunei Darussalam yang akan menyelenggarakannya, tetapi mendadak membatalkannya beberapa waktu yang lalu dengan alasan kekurangan fasilitas (TEMPo, 14 April 1984). Pertemuan dua jam itu kelihatannya diwarnai tarik urat Ieher yang cukup ramai Filipina dikabarkan ingin pula menawarkan diri menggantikan kedudukan Brunei. Tetapi setelah mendengar begitu bersemangatnya Indonesia dan Muangthai ingin menjadi tuan rumah, akhirnya utusan Eilipina mengurungkan niatnya. Ketika mendapat kesempatan pertama untuk berbicara dalam sidang, yang dihadiri utusan Muangthai, Malaysia,Filipina, Singapura, Brunei, dan Indonesia itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Ketua Umum KONl Pusat, menyatakan, sesuai dengan ketentuan "rotasi" yang ditentukan dalam peraturan SEA Games, maka Indonesia yang berhak menjadi tuan rumah. Ini, katanya didasarkan pada urutan abjad pertama nama negara . Tetapi Muangthai tampil dengan argumentasi yang lain. Ketua KONI-nya Muangthai, Marsekal Udara Dawee Chullasapya yang tampil dalam sidang penentuan itu memberikan interpretesi yang lain mengenai pengertian "rotasi" itu. Sebagaimana dikatakannya, SEA Games merupakan pengganti SEAP Games (hanya meliputi negara semenanjung Asia Tenggara) yang dimulai 1959 dan berubah menjadi SEA Games tahun 1977. Selama SEAP Games itu, Muangthai sudah menjadi tuan rumah pada tahun 1959,1969, dan 1975. Tapi sejak diubah menjadi SEA Games belum pernah lagi mendapat giliran Sementara itu, katanya, anggota- anggota baru, seperti Indonesia, Filipina,dan Singapura, sudah pernah menjadi tuan rumah. "Karena Brunei mengundurkan diri dan semua anggota baru SEA Games sudah pernah mendapat giliran, maka sekarang tiba giliran Muangthai.' Sidang ketika itu sempat ditunda sampai tiga kali dalam menghadapi pertikaian dua tetangga yang sama-sama bergairah menjadi tuan rumah. E.W. Barker, ketua KONI-nya Singapura yang memimpin Sidang, menghindari pemungutan suara untuk mengambil keputusan. Dikhawatirkan akan timbul perpecahan di kalangan anggota ASEAN. Hanya berkat lobbying yang tak kenal lelah dari pihak Muangthai, akhirnya Indonsia mengalah. "Demi kepentingan solidaritas dan sportivitas ASEAN, permohonan Muangthai untuk menjadi tuan rumah itu dikabulkan," ucap D. Suprayogi, Ketua Harian KONI. Menurut Suprayogi, sebelum sidang di Singapura itu, Muangthai telah menyampaikan permohonan kepada Presiden Soeharto dan menyatakan keinginannya menjadi tuan rumah SEA Games. Akhirnya, permintaan Dawee Chullasapya, yang pernah mendapat penghargaan Bintang Gerilya Rl, itu dikabulkan. Indonesia sendiri sudah bersiap-siap menggantikan Brunei sejak awal April. Presiden Soeharto dalam pertemuan dengan Menpora Abdul Gafur dan perutusan KONl Pusat ketika itu mengambil keputusan untuk mencalonkan diri sebagai tuan rumah.Tujuannya adalah untuk menyelamatkan gerakan olah raga itu. Bahkan Presiden sempat mengusulkan agar penyelenggaraan pesta olah raga itu tiga tahun sekali, tidak seperti sekarang dua tahun sekali. Muangthai sendiri menjadi serius mengenai masalah ini beberapa hari menjelang sidang di Singapura Sebuah pertemuan antara KONI-nya Muangthai dan kabinet pemerintah, baru berlangsung 24 April. "Penyelenggaraan SEA Games di Muangthai akan membantu meningkatkan prestise negeri ini diluar negeri kata seorang Juru bicara pemerintah kepada wartawan TEMPO Yuli Ismantoro di Bangkok. Tak lama setelah utusan Muangthai pulang dari Singapura, di kalangan atas mulai terasa suasana rebut-merebut untuk mendapatkan posisi dalam panitia penyelenggara dari pesta yang bakal menelan biaya sekitar Rp1,3 milyar itu. Para pengamat di sana menyebutkan, pemerintah Muangthai berusaha menggairahkan kehidupan olah raga untuk mengalihkan perhatian pemuda dari masalah-masalah politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini